Saturday, April 15, 2017

2. PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN

PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)









Oleh

Ayu Widya Pangesti
1314121024






JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I.       PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Jamur Metarhizium anisopliae yang sebelumnya dikenal sebagai anisopliae entomophora adalah jamur yang hidup di tanah. Penggunaan Metarhizium anisopliae sebagai agen mikroba terhadap serangga sudah sangat lama. Secara fakta, pemakaian insektisida alami untuk pengendalian hama tidak diragukan lagi. Hasil pemanfaatan pestisida biologis yang mengandung agensia hayati diharapkan dapat mampu menekan serangan hama terhadap usaha tani. Dengan manfaat seperti ini seharusnya pestisida alami bisa cepat diterima oleh para petani.

Penggunaan Metarhizium anisopliae sebagai agen hayati merupakan jenis pestisida microbial (microbial pestiside), yaitu jenis produk biopestisida yang mengandung mikroorganisme (bakteri, fungi, virus, dan protozoa) sebagai bahan aktif. Dan jamur yang berlaku sebagai pembasmi serangga pada tanaman disebut bioinsektisida. Penggunaan agen hayati Metarhizium anisopliae sudah diketahui dapat menurunkan intensitas organisme pengganggu tanaman utama yang menyerang tanaman padi. Oleh karena itu, keampuhan dari Metarhizium anisopliae akan diuji coba menggunakan insekta lainnya apakah masih berpengaruh atau tidak. Penggunaan agen hayati ini bersifat tidak langsung, yakni dengan mengendalikan serangga hama yang berperan sebagai vektor. Inilah kelebihan tersendiri dari penggunaan bioinsektisida dari
fungi.
Jamur  M. Anisopliae memiliki spektrum yang sangat luas dan dapat menginfeksi lebih dari 100 spesies dari beberapa ordo serangga seperti Scapteriscussp, semut


api,  Salenopsis invicta, larva kumbang seperti Oryctes rhinoceros, Phylophaga  sp dan Cetina nitida (Prayogo, 2005).

1.2  Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.      Mengetahui cara pembuatan suspensi jamur entomopatogen.
2.      Mengetahui keefektifan suspensi jamur entomopatogen.























II.    METODOLOGI PERCOBAAN


2.1  Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah  tabung reaksi, cawan petri, timbangan analitik, rotamixer, dan gelas ukur. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah jamur entomopatogen yaitu yaitu Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana, dan Aspergillus sp.

2.2  Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1.    Diambil perbanyakan Metarhizium anisopliae dan ditimbang seberat 1 gram.
2.    Setelah ditimbang, Metarhizium anisopliae tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan di tambahkan dengan 10 ml air yang kemudian di aduk dengan rotamixer agar menjadi homogen.
3.    Setelah menjadi suspensi Metarhizium anisopliae, diambil 1 ml dari suspensi tersebut dan dimasukkan dalam air dengan takaran 9 ml ke dalam tabung reaksi yang lain yang kemudian diaduk dengan rotamixer agar menjadi homogen.
4.    Pengambilan 1 ml dari suspensi yang telah diaduk dengan rotamixer dilakukan hingga 3 kali sehingga akan mendapatkan hasil 10-3.
5.    Setelah mendapatkan 10-3disiapkan cawan petri yang telah dilapisi tissue.
6.    Dimasukkan Erionata thrax ke dalam cawan petri yang kemudian di semprotkan dengan suspensi yang telah dibuat tadi sebnyak 3 kali semprot.
7.    Cawan petri ditutup dan dilakukan pengamatan pada hari jumat dan senin.

III.      HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1  Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah :
No
Hari, Tanggal
Gambar
Keterangan
1
Jum’at
 05 Juni 2015

Perkembangan jamur Metarhizium anisopliae belum terlihat dengan jelas, keadaan hama Erionata thrax pun masih hidup.
2
Senin
08 Juni 2015


Jamur Metarhizium anisopliae telah berkembang dan menyebabkan hama Erionata thrax mati. Pada tubuh Erionata thrax tampak miselium jamur Metarhizium anisopliae yang berwarna hijau.

3.2  Pembahasan

Klasifikasi Metarhizium anasopliae adalah sebagai berikut :
Kingdom         :  Fungi
Phylum            : Ascomycota




Class                : Sordariomycetes
Ordo                : Hypocreales
Family             : Clavicipitaceae
Genus              : Metarhizium
Species            : Metarhizium anisopliae (Suwahyono, 2009)


Pada praktikum ini digunakan hama Erionata thrax  dan jamur entomopatogen yaitu Metarhizium anisopliae  dalam suspensi 103. Pada awal praktikum dibuat suspensi jamur entomopatogen 103 dari biakan jamur yang telah dibuat minggu lalu. Kemudian diaplikasikan pada hama Erionata thrax  dan dilakukan pengamatan. Berdasarkan data yang diperoleh pada saat pengamatan, hasilnya menunjukkan bahwa pada hari jum’at atau hari ketiga setelah percobaan belum menunjukkan tanda-tanda serangan jamur entomopatogen  (Metarhizium anisopliae ). Larva Erionata thrax masih hidup. Kemudian dilakukan pengamatan kembali pada hari senin yaitu miselium jamur entomopatogen  sudah tampak yaitu berwarna hijau. Larva Erionata thrax  pun mati. Hal ini membuktikan bahwa jamur entomopatogen efektif dalam  mengendalikan pertumbuhan hama Erionata thrax  dan menjadi agensi pengendali hayati.

Koloni cendawan Metarhizium anisopliae pada awal pertumbuhannya berwarna putih, kemudian berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur. Miselium bersekat, diameter 1,98-2,97 µm, konidiofor tersusun tegak, berlapis, dan bercabang yang dipenuhi dengan konidia. Konidia bersel satu berwarna hialin, berbentuk bulat silinder dengan ukuran 9,94 x 3,96 µm. Temperatur optimum untuk pertumbuhan Metarhizium anisopliae berkisar 220 – 270C. Konidia akan membentuk kecambah pada kelembapan di atas 90%, namun demikian konidia akan berkecambah dengan baik dan patogenisitasnya meningkat bila kelembapan udara sangat tinggi hingga 100%. Koloni dapat tumbuh dengan cepat pada beberapa media seperti jagung dan beras(Matthew,2007).

Mekanisme penetrasinya di mulai dengan menempelkan konidia pada kutikula atau mulut serangga. Konidia ini selanjutnya berkecambah dengan membentuk tubuh kecambah. Apresorium mula-mula dibentuk dengan menembus epitikula, selanjutnya menembus jaringan yang lebih dalam (Situmorang, 1990).

Kemampuan entomopatogenitas Metarhizium anisopliae dikarenakan cendawan Metarhizium anisopliae memiliki aktivitas larvisidal karena menghasilkan cyclopeptida, destruxin A, B, C, D, E dan desmethyldestruxin B. Destruxin telah dipertimbangkan sebagai bahan insektisida generasi baru. Efek destruxin berpengaruh pada organella sel target (mitokondria, retikulum endoplasma dan membran nukleus), menyebabkan paralisa sel dan kelainan fungsi lambung tengah, tubulus malphigi, hemocyt dan jaringan otot (Matthew,2007).

Manfaat dari penggunaan jamur entomopatogen atau agen pengendali hayati dalam usaha pengendalian antara lain :
1.  Selektifitas tinggi dan tidak menimbulkan hama baru;
2.    Organisme yang digunakan sudah ada di lapangan/lahan;
3.   Organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan hama
4.   Dapat berkembang biak dan menyebar secara alamiah hama tidak menjadi
resisten atau terjadi sangat lambat
5.    Pengendalian ini dapat berjalan dengan sendirinya
6.   Tidak ada pengaruh/efek samping yang buruk, seperti pada penggunaan pestisida.
Penggunaan Metarhizium anisopliae dapat dijadikan sebagai bio kontrol hayati yang ramah lingkungan. Metarhizium anisopliae dapat mengurangi populasi serangga perusak tanaman petani secara bertahap dan tidak merusak ekosistem dari wilayah tersebut (Prayogo, 2005).

























KESIMPULAN



Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :

1.      Hama Erionata thrax mati setelah hari ke 6 (Senin) setelah pengaplikasian jamur entomopatogen.
2.      Jamur Metarhizium anisopliae penetrasi pada kutikula atau mulut hama.
3.      Jamur entomopatogen efektif dalam mengendalikan perkembangan hama karena larva Erionata thrax mati dan terdapat miselia jamur pada tubuh hama.
4.      Pembuatan suspensi dilakukan dengan pencampuran media biakan beras yang terdapat jamur entomopatogen dan air di dalam tabung reaksi dan kemudian diencerkan hingga ketentuan tertentu.
5.      Pengendalian oleh jamur entomopatogen dianggap lebih ramah lingkungan dan memiliki banyak manfaat.





















DAFTAR PUSTAKA



Matthew. 2007. Seleksi Isolat Beauveria bassiana (Bals.amo) Vuillemin dan Metarhizium sp. Dalam Menimbulkan Mortalitas Terhadap Nimfa Walang Sangit (Leptocorixa acuta) (Thunb.) (Hemiptera:alydidae). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Indralaya. [Skripsi].

Prayogo  Y. 2005. Untuk mempertahankan keefektifan Cendawan Entomopatogen M. Anisopliae Untuk  Mengendalikan Hama Tanaman Pangan. J. Litbang Pertanian25 (2) : 47-54.

Suwahyono. 2009. Perbanyakan Jamur Metarhizium. Kanisius Yogyakarta.





























LAMPIRAN

aftimar

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Manual Categories