Saturday, April 15, 2017

2. PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)








Oleh
Dede Rahayu
1314121033










LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.                   PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Hewan pengganggu yang dapat mengurangi kuantitas dan kualitas bahan pangan, pakan ternak, dan serat selama produksi, merusak tanaman selama pertumbuhan di lapang sampai saat panen, pengolahan, penyimpanan, pemasaran, dan penggunaan, serta menularkan penyakit kepada manusia, hewan, dan tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia (Sudarsono, 2014).

Keberadaan hama seiring dengan peningkatan populasinya sangat merugikan kegiatan usahatani. Tetapi pengendalian bisa dilakukan hanya apabila hasil yang didapatkan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan pada pengendalian. Dan perlu diperhatikan fase/siklus hidup hama tersebut ketika merusak tanaman agar efektiv dalam mengendalikannya.

Oleh karena itu, pada praktikum ini dipelajari mengenai gejala kerusakan pada tanaman akibat hama untuk dapat mengidentifikasi jenis hama yang menyerang melalui gejala pada tanaman.

1.2  Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui gejala kerusakan tanaman
2.      Mengetahui hama penyebab kerusakan tanaman


II.                METODOLOGI PERCOBAAN


2.1  Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut bagian tanaman yang menunjukkan gejala kerusakan.

2.2  Prosedur Kerja

Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalah sebagai berikut:
1.      Diamati dan digambar gejala kerusakan tanaman yang ada.
2.      Ditulis nama penyakit dan hama penyebabnya.
3.      Ditulis ordo dan familinya.






III.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1         Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan praktikum ini yaitu;
No.
Nama Ilmiah Spesimen
Gambar
Inang Alternatif
Gejala
Nama Hama
Bioekologi (Stadium menyerang)
Pengendalian
1.
Kubis (Brassica oleracea L)










Petsai, sawi putih (Brassica chinensis L)
mengakibatkan bercak putih pada daun,
Ulat krop kubis (Crocidolomia pavonana)
Larva
Musuh alami: tawon parasit
Mekanik: memusnahkan telur
Kimia: Pestisida
2.
Mangga (Mangifera indica)










Jambu agung
Terdapat bisul pada daun yang berwarna coklat-hitam
Puru daun (Procontarinia matteiana)
Larva
Mekanik: pemangkasan
Kimia: insektisida

3.
Pepaya (Carica papaya)














Terung, tomat, kamboja, aglaonema, dll

Daun klorosis (menguning) dan mengerut,
Tanaman mengalami deformasi dan kerdil
Kutu putih (Paracoccus marginatus)
Nimfa instar pertama
Musuh alami: golongan predator, parasitoid, dan cendawan
Kimia: Insektisida
4.
Pisang (Musa paradisiaca)














tanaman famili musaceae, seperti pisang hias, pisang serat lainnya
Ulat yang masih muda memotog tepi daun secara miring, kemudian digulung membentuk tabung kecil
Ulat penggulung daun pisang (Erionata tharax)
Larva
Kultur teknis: dipungut dan dimusnahkan
Biologi: Predator dan parasitoid
Kimiawi: Insektisida


5.
Kopi (Coffee sp.)














Teprosia, Crotalaria, Centrosema, Caesalpinia, Hibiscus, Rubus, Leguminosae, Leucaena Glauca
Pada ujung buah yang terserang terdapat lubang gerekan
Pengerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)

Imago
Kultur teknis: penggunaan varietas yang buahnya matang serentak
Biologi : parasitoid
6.
Angsana (Pterocarpus indicus)














tanaman angsana, sawi, seledri, cabai paprika, camellia, cabai, mawar, bawang daun, kentang, tomat, dan huidobrensis
Terdapat guratan berwarna putih atau perak dengan pola acak tak beraturan
Ulat Daun Angsana (Liriomyza huidobrensis)
Larva
Kultur teknis: rotasi tanaman
Biologi: parasitoid
Kimiawi: insektisida


7.
Kacang panjang (Vigna sinensis)














Kacang hijau
pada bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan
Penggerek Polong Kacang Panjang (Maruca testulalis)

Larva
Kimia: Insektisida
Biologi: parasitoid
8.
Handelium (Graptophylum pictum Griff)














daun handeleum dan biasanya menyerang daun yang lunak
daun sobek bergigi bekas gigitan
Ulat pada daun handelium (Doleschallia polibete)

Larva
Pestisida nabati


9.
Padi (Oryza sativa L.)














tanaman padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang-kadang juga dapat menyerang tanaman jagung, sorgum dan tebu
Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang
Ulat Pelipat Daun Padi (Cnaphallocrosis medinalis)

Larva
Biologi: parasitoid
Kultur teknis: penenaman serempak
Kimiawi: insektisida
10.
Mangga (Magnifera indica)














Tanaman nangka, duren, mangga
membentuk alur gerekan yang tidak rata, mengeluarkan cairan seperti getah
Penggerek batang mangga (Batocera sp)
Uret/larva
Biologi: agen hayati
Mekanik: pemangkasan dan pembakaran
Kimia: insektisida


3.2    Pembahasan

1.      Ulat Krop Kubis

Klasifikasi
Divisi               : Artrhopoda
Kelas               : Hexapoda
Ordo                : Lepidoptera
Family             : Pyralidae
Genus              : Crocidolomia
Speies              : Crocidolomia pavonana
Tanaman inang: petsai dan kubis-kubisan

Bioekologi
Siklus hidup ulat kubis Crocidolomia pavonana mencapai 33–42 hari. Kondisi fisik tanah yang sesuai adalah bertekstur liat berpasir berstruktur gembur, subur, dan banyak mengandung bahan organik. Hama ini tergolong binatang malam sehingga tidak menyukai datangnya cahaya dan bertelur di balik daun dalam kelompok yang terdiri 30–80 butir. Luas tiap kelompok kira–kira 3mm x 5mm. Ngengat betina dapat hidup sampai 24 hari dan dapat menghasilkan telur dengan sampai 18 kelompok sehingga total telur ngengat ini 1460 butir selama hidupnya. Biasanya setelah menetas, ulat segera memakan daun terutama daun  bagian dalam yang tertutup oleh daun luar. Hal ini karena ulat ini takut akan cahaya matahari. Pada tanaman kubis, bila terdapat hama ini masih mungkin untuk hidup asalkan ulatnya dibinasakan sebelum mencapai titik tumbuh.

Gejala
Larva instar awal C.pavonana memakan daun dan mengakibatkan bercak  putih pada daun tersebut, kemudian meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang setelah lapisan epidermis tersebut kering. Setelah mencapai instar 3, larva memencar dan menyerang bagian yang lebih dalam, kemudian menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik tumbuh (Sastrosiswojo & Setiawati, 1993 dalam Risanti,2014). Bila serangannya berat, tumbuhan dapat mati karena tidak dapat membentuk tunas baru. Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis, sedangkan kerusakan berat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat dipanen. Kebanyakan tanaman yang terserang akan hancur seluruhnya jika ulat krop kubis tidak dikendalikan.

2.      Kutu Putih Pada Daun Pepaya

Klasifikasi
Kingdom       : Animalia
Filum             : Arthropoda
Kelas             : Insecta
Ordo             : Hemiptera
Famili            : Pseudococcidae
Genus            : Paracoccus
Spesies          : Paracoccus marginatus
Tanaman inang: pepaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, melon, alpukat dan kembang sepatu hama ini juga menyerang tanaman jambu, jagung dan akasia.

Bioekologi
Kutu putih pepaya betina dan jantan memiliki tahapan perkembangan hidup yang berbeda. Kutu putih pepaya betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis bertahap), yaitu terdiri dari telur, nimfa yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga, dan imago yang tidak memiliki sayap. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu generasi adalah sekitar satu bulan dan bergantung pada suhu. Kutu putih pepaya jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis sempurna), yaitu terdiri dari telur, larva yang terdiri dari instar pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat berupa pupa, dan imago yang memiliki sayap (Amarasekare et al., 2008).

Gejala
Kutu putih pepaya merusak tanaman inang dengan cara mengisap cairan tanaman yang terdapat pada pembuluh floem. Daun tanaman yang terserang P. marginatus pada umumnya menjadi berkerut, dan jika serangannya berat menyebabkan daun menjadi kuning, kering, dan akhirnya gugur. P. marginatus juga menyerang bagian batang, pucuk, dan buah. Serangan kutu putih pepaya pada pucuk menyebabkan daun menjadi mengkerut dan keriting dan akhirnya mati. Bunga dan buah pepaya gugur sebelum waktunya. Selain menyebabkan kerusakan pada daun, batang, buah, dan bunga, kutu putih pepaya menghasilkan embun madu yang dapat memicu tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga tumbuh dan berkembang menutupi permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesis (Miller & Miller, 2002).

3.      Puru Daun Mangga

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Diptera
Family             : Cecidomyiidae
Genus              : Procontarinia
Spesies            : Procontarinia matteiana
Tanaman inang: jambu dan mangga

Bioekologi
Sekali bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir . Warna telur kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi larva, yang menetap dalam jaringan daun dan menghisap cairan. Setiap bintil hanya terdapat 1 belatung yang menetap selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan cara membuat lubang pada ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah , dan masuk ke dalamnya lalu berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari , yang berakhir dengan munculnya lalat muda Procontarinia matteiana yang nantinya akan menjadi sumber penularan. Lalat ini bergerak pada malam hari.

Gejala
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintil hijau sampai kehitaman pada permukaan daun. Bintil-bintil pada daun, jika diraba daun manga terasa keras. Jika bintil disayat dengan silet akan ditemukan belatung atau larva kecil, berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini terjadi , mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga muda. Daun yang terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal, terutama bagian permukaan daun tepat dibagian belatung menetap, timbul bintil-bintil puru.









4.      Ulat Penggulung Daun Pisang

Klasifikasi
Kingdom          : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family             : Hespiredae
Genus              : Erionata
Spesies            : Erionata tharax
 Tanaman Inang : Pisang, pisang hias, pisang, serat.

Bioekologi
Fase Telur - Telur akan menetas antara 3 – 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya.
Fase Ulat (Larva) -  Setelah menetas larva akan mencari makan Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 – 6 kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Ketika larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.

Fase Kepompong (Pupa) - Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalam pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya. (berkamuflase) . Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 – 20 hari tergantung spesiesnya.
Kupu-kupu - Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah sayap mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-kupu adalah   fase dewasa (Nurzaizi, 1986)




Gejala
Larva menggerek dan membuat terowongan pada bonggol/pangkal batang pisang kemudian memakan primordia akar dan jaringan pengangkut. Pada tanaman muda (anakan), menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati. Pada tanaman yang lebih tua akan menghambat pertumbuhan dan akhirnya tanaman roboh.

Sebelum tanaman roboh biasanya terjadi serangan sekunder oleh jamur atau bakteri yang mempercepat kematian tanaman. Bagian yang terserang menjadi cokelat tua.

5.      Penggerek Buah Kopi

Klasifikasi
Kingdom  : Animalia
Phylum    : Arthropoda
Class        : Insecta
Order       : Coleoptera
Family     : Curculionidae
Genus      : Hypothenemus
Species    : Hypothenemus hampei
Tanaman inang: Teprosia, Crotalaria, Centrosema, Caesalpinia, Hibiscus, Rubus, Leguminosae, Leucaena Glauca

Bioekologi
Siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Setelah 4 hari telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. 15 hari kemudian larva berubah menjadi kepompong (pupa) di dalam biji. Setelah 7 hari kepompong berubah menjadi serangga dewasa. Kumbang jantan dan kumbang betina kawin di dalam buah kopi, kumbang jantan dapat hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan kumbang betina dapat bertahan hidup dalam waktu 157 hari. Kemudian kumbang betina terbang untuk menggerek buah yang lainnya. Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga sepanjang hidupnya tetap berada di dalam buah (Sartika, 2012).

Gejala
Pada ujung buah yang terserang terdapat lubang gerekan. Warna buah berubah dari hijau menjadi kuning kemerahan, tampak seperti masak dan terasa hampa bila ditekan/dipencet. Biji kopi yang terserang tampak berlubang-lubang sehingga produksi dan mutunya menurun.
Imago bubuk buah kopi masuk ke buah kopi melalui diskus, kemudian ke endosperma. Serangan pada buah - buah muda hanya untuk keperluan makan bagi imago yang dapat menyebabkan buah gugur dan busuk. Serangan pada saat buah mulai mengeras selain menggerek buah dan memakan biji kopi, bubuk buah juga berkembang biak didalam biji. Sehingga biji menjadi berlubang - lubang, cacat dan busuk.

6.      Ulat Pada Daun Angsana

Klasifikasi
Kingdom            : Animalia
Filum                  : Arthropoda
Kelas                  : Insekta
Ordo                  : Diptera
Family                : Agromyzidae
Genus                 : Liriomyza
Spesies               : Liriomyza huidobrensis
Tanaman inang: angsana, sawi, seledri, cabai paprika, camellia, cabai, mawar, bawang daun, kentang, tomat, dan huidobrensis

Bioekologi
Telur yang diletakkan pada bagian epidermis akan menetas setelah 2-4 hari. Stadium larva berlangsung selama 6-12 hari dan terdiri dari tiga instar. Larva instar kedua dan ketiga merupakan larva yang paling besar menimbulkan kerusakan. Pada fase berikutnya, larva akan berubah menjadi pupa, yang bersembunyi di dalam tanah atau di antara daun. Setelah delapan hari, stadium pupa selesai dan berubah menjadi lalat dewasa.

Gejala
Gejala serangan lalat penggorok daun ini ditunjukkan dengan adanya guratan berwarna putih atau perak dengan pola acak tak beraturan menyerupai di permukaan daun. Serangan berat akan mengakibatkan daun mengering dan tidak mampu mengeluarkan tunas baru. Serangan diawali dengan lalat betina meletakkan telur melalui pada bagian epidermis daun. Setelah menetas, larva akan menggerogoti jaringan mesofil daun, sehingga jaringan tersebut menjadi terbuka atau terluka. Luka pada jaringan mesofil ini berpotensi menimbulkan serangan penyakit sekunder, terutama disebabkan oleh infeksi fungi maupun bakteri, sehingga daun akan membusuk. Lalat dewasa menghisap cairan daun hingga tidak dapat bertunas lagi.
7.      Penggerek Polong Kacang Panjang

Klasifikasi
Kingdom            : Animalia
Filum                  : Arthropoda
Kelas                  : Insekta
Ordo                  : Lepidoptera
family                 : pyralididae
Genus                 : Maruca
Spesies               : Maruca testulalis
 Tanaman inang: kacang-kacangan, kacang hijau

Bioekologi
Siklus hidup Maruca tertualis bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda. 3-5 hari telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong. Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini merupakan stadia paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini Stadia larva terdiri dari 5 instar. Setelah umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7 hari untuk menjadi serangga dewasa.

Gejala
Gejala serangan larva Maruca tertualis pada bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba, kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva.

8.      Ulat Pada Daun Handeleum

Klasifikasi
Kingdom            : Animalia
Filum                  : Arthropoda
Kelas                  : Insekta
Ordo                  : Lepidoptera
Family                : Hyblaeadae
Genus                 : Doleschallia
Spesies               : Doleschallia polibete
Tanaman inang: daun hadaleum



Bioekologi
Serangga betina yang sudah kawin terbang mencari tanaman inang lalu bertelur pada daun tanaman tersebut. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun secara berkelompok dengan jumlah 4-33 butir. Seekor betina D. polibete mampu meletakkan telur 83-134 butir. Telur menetas menjadi larva setelah 4-5 hari. Stadium larva terdiri dari 5 instar. Larva hidup berkelompok selama instar I sampai instar III Selanjutnya larva menyebar ke seluruh daun. Setiap daun terdapat 1-3 ekor larva dan berkembang terus sampai larva menjadi prapupa. Pada fase prapupa, larva berhenti makan. Fase prapupa berlangsung ± 2 hari dan menjadi pupa. Pupa menetas menjadi imago setelah 6-7 hari.

Gejala
Permukaan daun sobek bergerigi bekas gigitan, kadang ulat tampak di permukaan daun.

9.      Ulat Pelipat Daun padi

Klasifikasi
Ordo                  : Lepidoptera
Family                : pyralidae
Genus                 : Cnaphallocrosis
 Species              :Cnaphallocrosis medinalis
 Tanaman ingang: padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang-kadang juga dapat menyerang tanaman jagung, sorgum dan tebu.

Bioekologi
Serangga dewasa (ngengat) berwarna coklat dengan garis hitam pada sayap. Ngengat betina dapat hidup 10 hari dan dapat meletakkan telur sampai 300 butir, dimulai setelah 2 hari menjadi imago, telur diletakkan sepanjang tulang daun sebanyak 10-12 butir setiap malam Lama periode telur 4-6 hari, periode larva 15-16 hari, dan lama periode pupa 4-8 hari.

Gejala
Cnaphallocrosis medinalis dalam stadia larva menyerang tanaman padi dan yang diserang adalah daunnya, bagian daun yang terserang berwarna putih transparan memanjang sejajar tulang daun, karena yang dimakan pada bagian klorofil dan yang tersisa kulit epidermis bagian atas, sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis.
Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang yang dihasilkan oleh larva.Larva akan tinggal dalam gulungan daun dan memakan daun di dalamnya, serangan Cnaphallocrosis medinalis akan berarti jika kerusakkan daun pada fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai ≥ 50%.

10.  Penggerek Batang Mangga

Klasifikasi
Kingdom            : Animalia
Phylum               : Arthropoda
Class                  : Insecta
Order                 : Coleoptera
Family                : Cerambycidae
Subfamily          : Lamiinae
Genus                 : Batocera
Species               : Batocera wallacei
 Tanaman inang: nangka, durian,mangga

Bioekologi
Pada stadia larva menghabiskan hidupnya didalam batang
tanaman dan keluar setelah menjadi imago. Imago meletakkan telur pada celah-celah batang. Setelah menjadi larva, kemudian membuat lubang dengan cara menggerek hingga ke bagian dalam batang. Dijumpai satu larva pada setiap lubang gerekan.

Gejala
Serangan penggerek cabang mangga yaitu membentuk alur gerekan yang tidak rata hingga 1-2 meter, mengeluarkan cairan seperti getah berwarna putih hingga coklat. Gejala awal serangan hama penggerek batang tanaman yaitu daun yang menguning dan layu kemudian daun akan gugur/rontok, ranting mengering, pada akhirnya tanaman mati akibat terganggunya metabolisme tanaman. Gerekan larva menyebabkan distribusi hara dan air terganggu. Apabila batang yang digerek dibuka nampak bekas gerekan berwarna coklat kehitaman.


IV.             KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah;
1.    Penyerangan hama meninggalkan tanda dan gejala pada tanaman yang membantu proses pengidentifikasian jenis serangga yang menyerang.
2.    Pada serangga dengan alat mulut mandibulata, umumnya gejala yang dimiliki ialah berupa bekas aktifitas makan pada permukaan daun, batang, mau pun buah.
3.    Serangga dengan alat mulut haustelata, meninggalkan gejala berupa liang gerek pada penggerek batang yaitu jalur pada bawah epidermis daun akibat aktifitas menghisap cairan daun.
4.    Beberapa gejala serius tidak tampak pada tanaman seperti penggerek batang mangga yang harus dilakukan pembukaan batang yang digerek untuk melihat alur gerekan.
5.    Tanaman memiliki zat untuk merespon zat yang diinfeksikan hama atau sekedar merespon gigitan/hisapan hama, contohnya terbentuknya puru pada daun mangga sebagai respon dari hama.












DAFTAR PUSTAKA


Amarasekare, K.G., C.M. Mannion, and L.S. Osborne. 2008. Life history of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) on mealybugs Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae). USDA Agricultural Research Service, Lincoln, Nebraska

Miller DR, GL. Miller. 2002. Redescription of Paracoccus marginatus Willink (Hemiptera: Coccidae: Pseudococcidae) Including Descriptions of the Immature Stage and Adult Male. Proc. Entamol. Soc. Wash. 104:1-23

Nurzaizi H. 1986. Pengamatan hama Nacoleia octasema Meyrick (Lepidoptera :
     Pyralidae) dan Erionota thrax Linnaeus (Lepidoptera: Hesperidae) pada   
     tanaman pisang di Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon Jawa Barat    
     [Laporan Praktek Lapang] : Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
     Pertanian, Institut Pertanian Bogor : Jawa Barat

Risanti, R.Rahmatika. 2014. Hama Kubis. Tersedia di http://.scribd.com/doc/211320384/Hama-Kubis/ di akses pada 21 Maret 2015

Sartika. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang

Sudarsono, Hamim. 2014. Bioekologi Hama Tumbuhan. Universitas Lampung : Lampung













LAMPIRAN



aftimar

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Manual Categories