PENGENALAN
GEJALA KERUSAKAN TANAMAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama
Tanaman)
Oleh
Dede Rahayu
1314121033
LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hewan pengganggu yang dapat
mengurangi kuantitas dan kualitas bahan pangan, pakan ternak, dan serat selama
produksi, merusak tanaman selama pertumbuhan di lapang sampai saat panen,
pengolahan, penyimpanan, pemasaran, dan penggunaan, serta menularkan penyakit
kepada manusia, hewan, dan tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia (Sudarsono,
2014).
Keberadaan hama seiring dengan
peningkatan populasinya sangat merugikan kegiatan usahatani. Tetapi
pengendalian bisa dilakukan hanya apabila hasil yang didapatkan sebanding
dengan biaya yang dikeluarkan pada pengendalian. Dan perlu diperhatikan fase/siklus
hidup hama tersebut ketika merusak tanaman agar efektiv dalam mengendalikannya.
Oleh karena itu, pada praktikum
ini dipelajari mengenai gejala kerusakan pada tanaman akibat hama untuk dapat
mengidentifikasi jenis hama yang menyerang melalui gejala pada tanaman.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya
percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui gejala kerusakan tanaman
2.
Mengetahui hama penyebab kerusakan
tanaman
II.
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut bagian tanaman yang menunjukkan
gejala kerusakan.
2.2 Prosedur Kerja
Adapun
langkah-langkah kerja yang dilakukan dalah sebagai berikut:
1. Diamati
dan digambar gejala kerusakan tanaman yang ada.
2. Ditulis
nama penyakit dan hama penyebabnya.
3. Ditulis
ordo dan familinya.
III.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Pengamatan
Adapun
hasil pengamatan praktikum ini yaitu;
No.
|
Nama
Ilmiah Spesimen
|
Gambar
|
Inang
Alternatif
|
Gejala
|
Nama
Hama
|
Bioekologi
(Stadium menyerang)
|
Pengendalian
|
1.
|
Kubis (Brassica
oleracea L)
|
|
Petsai, sawi putih (Brassica chinensis L)
|
mengakibatkan bercak putih pada daun,
|
Ulat krop kubis (Crocidolomia pavonana)
|
Larva
|
Musuh alami: tawon
parasit
Mekanik: memusnahkan
telur
Kimia: Pestisida
|
2.
|
Mangga (Mangifera indica)
|
|
Jambu agung
|
Terdapat bisul pada daun yang berwarna
coklat-hitam
|
Puru daun (Procontarinia matteiana)
|
Larva
|
Mekanik:
pemangkasan
Kimia:
insektisida
|
3.
|
Pepaya (Carica
papaya)
|
|
Terung, tomat, kamboja, aglaonema, dll
|
Daun klorosis (menguning) dan mengerut,
Tanaman mengalami deformasi dan kerdil
|
Kutu
putih (Paracoccus marginatus)
|
Nimfa
instar pertama
|
Musuh alami:
golongan predator, parasitoid, dan cendawan
Kimia:
Insektisida
|
4.
|
Pisang (Musa paradisiaca)
|
|
tanaman famili musaceae, seperti pisang
hias, pisang serat lainnya
|
Ulat yang masih muda memotog tepi daun
secara miring, kemudian digulung membentuk tabung kecil
|
Ulat
penggulung daun pisang (Erionata tharax)
|
Larva
|
Kultur teknis:
dipungut dan dimusnahkan
Biologi:
Predator dan parasitoid
Kimiawi:
Insektisida
|
5.
|
Kopi (Coffee sp.)
|
|
Teprosia,
Crotalaria, Centrosema, Caesalpinia, Hibiscus, Rubus, Leguminosae, Leucaena
Glauca
|
Pada ujung buah yang terserang
terdapat lubang gerekan
|
Pengerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)
|
Imago
|
Kultur
teknis:
penggunaan varietas yang buahnya matang serentak
Biologi :
parasitoid
|
6.
|
Angsana (Pterocarpus indicus)
|
|
tanaman angsana, sawi, seledri, cabai
paprika, camellia, cabai, mawar, bawang daun, kentang, tomat, dan
huidobrensis
|
Terdapat guratan berwarna putih atau perak
dengan pola acak tak beraturan
|
Ulat Daun Angsana (Liriomyza huidobrensis)
|
Larva
|
Kultur
teknis:
rotasi tanaman
Biologi:
parasitoid
Kimiawi:
insektisida
|
7.
|
Kacang panjang (Vigna sinensis)
|
|
Kacang hijau
|
pada bunga yang baru mekar, kelopak
bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan
|
Penggerek Polong Kacang Panjang (Maruca testulalis)
|
Larva
|
Kimia:
Insektisida
Biologi:
parasitoid
|
8.
|
Handelium (Graptophylum pictum Griff)
|
|
daun handeleum dan biasanya menyerang
daun yang lunak
|
daun sobek bergigi bekas gigitan
|
Ulat pada daun handelium (Doleschallia polibete)
|
Larva
|
Pestisida nabati
|
9.
|
Padi (Oryza sativa L.)
|
|
tanaman padi (sawah, gogo dan
gogorancah), kadang-kadang juga dapat menyerang tanaman jagung, sorgum dan
tebu
|
Daun akan digulung ke bagian atas dan
tepi daun direkatkan dengan benang-benang
|
Ulat
Pelipat Daun Padi (Cnaphallocrosis
medinalis)
|
Larva
|
Biologi:
parasitoid
Kultur
teknis:
penenaman serempak
Kimiawi:
insektisida
|
10.
|
Mangga (Magnifera indica)
|
|
Tanaman nangka, duren, mangga
|
membentuk alur gerekan yang tidak rata,
mengeluarkan cairan seperti getah
|
Penggerek batang mangga (Batocera sp)
|
Uret/larva
|
Biologi: agen
hayati
Mekanik:
pemangkasan dan pembakaran
Kimia:
insektisida
|
3.2 Pembahasan
1. Ulat
Krop Kubis
Klasifikasi
Divisi : Artrhopoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Lepidoptera
Family : Pyralidae
Genus : Crocidolomia
Speies : Crocidolomia pavonana
Tanaman inang: petsai dan
kubis-kubisan
Bioekologi
Siklus hidup ulat kubis Crocidolomia pavonana mencapai 33–42
hari. Kondisi fisik tanah yang sesuai adalah bertekstur liat berpasir
berstruktur gembur, subur, dan banyak mengandung bahan organik. Hama ini
tergolong binatang malam sehingga tidak menyukai datangnya cahaya dan bertelur
di balik daun dalam kelompok yang terdiri 30–80 butir. Luas tiap kelompok
kira–kira 3mm x 5mm. Ngengat betina dapat hidup sampai 24 hari dan dapat
menghasilkan telur dengan sampai 18 kelompok sehingga total telur ngengat ini
1460 butir selama hidupnya. Biasanya setelah menetas, ulat segera memakan daun
terutama daun bagian dalam yang tertutup
oleh daun luar. Hal ini karena ulat ini takut akan cahaya matahari. Pada
tanaman kubis, bila terdapat hama ini masih mungkin untuk hidup asalkan ulatnya
dibinasakan sebelum mencapai titik tumbuh.
Gejala
Larva
instar awal C.pavonana memakan daun
dan mengakibatkan bercak putih pada daun
tersebut, kemudian meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang
setelah lapisan epidermis tersebut kering. Setelah mencapai instar 3, larva memencar
dan menyerang bagian yang lebih dalam, kemudian menggerek ke dalam krop dan
menghancurkan titik tumbuh (Sastrosiswojo & Setiawati, 1993 dalam
Risanti,2014). Bila serangannya berat, tumbuhan dapat mati karena tidak dapat
membentuk tunas baru. Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis,
sedangkan kerusakan berat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat dipanen.
Kebanyakan tanaman yang terserang akan hancur seluruhnya jika ulat krop kubis
tidak dikendalikan.
2. Kutu
Putih Pada Daun Pepaya
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
Famili
: Pseudococcidae
Genus
: Paracoccus
Spesies
: Paracoccus marginatus
Tanaman
inang: pepaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, melon, alpukat dan kembang sepatu
hama ini juga menyerang tanaman jambu, jagung dan akasia.
Bioekologi
Kutu
putih pepaya betina dan jantan memiliki tahapan perkembangan hidup yang
berbeda. Kutu putih pepaya betina mengalami metamorfosis paurometabola
(metamorfosis bertahap), yaitu terdiri dari telur, nimfa yang terdiri dari
instar pertama hingga ketiga, dan imago yang tidak memiliki sayap. Waktu yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan satu generasi adalah sekitar satu bulan dan
bergantung pada suhu. Kutu putih pepaya jantan mengalami metamorfosis
holometabola (metamorfosis sempurna), yaitu terdiri dari telur, larva yang
terdiri dari instar pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa,
dan instar keempat berupa pupa, dan imago yang memiliki sayap (Amarasekare et
al., 2008).
Gejala
Kutu putih pepaya
merusak tanaman inang dengan cara mengisap cairan tanaman yang terdapat pada
pembuluh floem. Daun tanaman yang terserang P.
marginatus pada umumnya menjadi berkerut, dan jika serangannya berat menyebabkan
daun menjadi kuning, kering, dan akhirnya gugur. P. marginatus juga menyerang bagian batang, pucuk, dan buah.
Serangan kutu putih pepaya pada pucuk menyebabkan daun menjadi mengkerut dan
keriting dan akhirnya mati. Bunga dan buah pepaya gugur sebelum waktunya.
Selain menyebabkan kerusakan pada daun, batang, buah, dan bunga, kutu putih
pepaya menghasilkan embun madu yang dapat memicu tumbuhnya cendawan jelaga.
Cendawan jelaga tumbuh dan berkembang menutupi permukaan daun sehingga
menghambat proses fotosintesis (Miller & Miller, 2002).
3. Puru
Daun Mangga
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Cecidomyiidae
Genus : Procontarinia
Spesies : Procontarinia matteiana
Tanaman
inang: jambu dan mangga
Bioekologi
Sekali
bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir . Warna telur
kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi
larva, yang menetap dalam jaringan daun dan menghisap cairan. Setiap bintil
hanya terdapat 1 belatung yang menetap selama 10-14 hari. Setelah itu keluar
dengan cara membuat lubang pada ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah ,
dan masuk ke dalamnya lalu berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari ,
yang berakhir dengan munculnya lalat muda Procontarinia
matteiana yang nantinya akan menjadi sumber penularan. Lalat ini bergerak
pada malam hari.
Gejala
Penyakit
ini ditandai dengan timbulnya bintil hijau sampai kehitaman pada permukaan
daun. Bintil-bintil pada daun, jika diraba daun manga terasa keras. Jika bintil
disayat dengan silet akan ditemukan belatung atau larva kecil, berwarna putih,
panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini terjadi , mula-mula lalat betina
bertelur pada permukaan daun manga muda. Daun yang terserang hama ini
pertumbuhannya tidak normal, terutama bagian permukaan daun tepat dibagian
belatung menetap, timbul bintil-bintil puru.
4. Ulat
Penggulung Daun Pisang
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Hespiredae
Genus : Erionata
Spesies : Erionata tharax
Tanaman Inang : Pisang, pisang hias, pisang,
serat.
Bioekologi
Fase Telur - Telur akan menetas
antara 3 – 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan
memulai memakannya.
Fase Ulat (Larva) - Setelah menetas larva akan mencari makan
Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan
pertamanya. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 – 6 kali, dan
periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Ketika larva mencapai
pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat
berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman
benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali
untuk membentuk pupa.
Fase Kepompong (Pupa) - Fase pupa
kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalam pupa
terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras,
halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada umumnya pupa berwarna
hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya. (berkamuflase) . Pembentukan
kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 – 20 hari tergantung
spesiesnya.
Kupu-kupu - Setelah keluar dari
pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan
agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera
setelah sayap mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup
beberapa kali dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-kupu adalah fase dewasa (Nurzaizi, 1986)
Gejala
Larva menggerek dan membuat terowongan
pada bonggol/pangkal batang pisang kemudian memakan primordia akar dan jaringan
pengangkut. Pada tanaman muda (anakan), menyebabkan tanaman layu dan akhirnya
mati. Pada tanaman yang lebih tua akan menghambat pertumbuhan dan akhirnya
tanaman roboh.
Sebelum tanaman roboh biasanya
terjadi serangan sekunder oleh jamur atau bakteri yang mempercepat kematian
tanaman. Bagian yang terserang menjadi cokelat tua.
5. Penggerek
Buah Kopi
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Curculionidae
Genus : Hypothenemus
Species : Hypothenemus
hampei
Tanaman inang: Teprosia, Crotalaria, Centrosema, Caesalpinia, Hibiscus, Rubus,
Leguminosae, Leucaena Glauca
Bioekologi
Siklus
hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Setelah 4 hari telur
menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. 15 hari kemudian larva berubah
menjadi kepompong (pupa) di dalam biji. Setelah 7 hari kepompong berubah
menjadi serangga dewasa. Kumbang jantan dan kumbang betina kawin di dalam buah
kopi, kumbang jantan dapat hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan kumbang betina
dapat bertahan hidup dalam waktu 157 hari. Kemudian kumbang betina terbang
untuk menggerek buah yang lainnya. Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga
sepanjang hidupnya tetap berada di dalam buah (Sartika, 2012).
Gejala
Pada
ujung buah yang terserang terdapat lubang gerekan. Warna buah berubah dari
hijau menjadi kuning kemerahan, tampak seperti masak dan terasa hampa bila
ditekan/dipencet. Biji kopi yang terserang tampak berlubang-lubang sehingga
produksi dan mutunya menurun.
Imago
bubuk buah kopi masuk ke buah kopi melalui diskus, kemudian ke endosperma.
Serangan pada buah - buah muda hanya untuk keperluan makan bagi imago yang
dapat menyebabkan buah gugur dan busuk. Serangan pada saat buah mulai mengeras
selain menggerek buah dan memakan biji kopi, bubuk buah juga berkembang biak
didalam biji. Sehingga biji menjadi berlubang - lubang, cacat dan busuk.
6. Ulat
Pada Daun Angsana
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insekta
Ordo :
Diptera
Family :
Agromyzidae
Genus :
Liriomyza
Spesies :
Liriomyza huidobrensis
Tanaman
inang: angsana, sawi, seledri, cabai paprika, camellia, cabai, mawar, bawang
daun, kentang, tomat, dan huidobrensis
Bioekologi
Telur
yang diletakkan pada bagian epidermis akan menetas setelah 2-4 hari. Stadium
larva berlangsung selama 6-12 hari dan terdiri dari tiga instar. Larva instar
kedua dan ketiga merupakan larva yang paling besar menimbulkan kerusakan. Pada
fase berikutnya, larva akan berubah menjadi pupa, yang bersembunyi di dalam
tanah atau di antara daun. Setelah delapan hari, stadium pupa selesai dan
berubah menjadi lalat dewasa.
Gejala
Gejala
serangan lalat penggorok daun ini ditunjukkan dengan adanya guratan berwarna
putih atau perak dengan pola acak tak beraturan menyerupai di permukaan daun.
Serangan berat akan mengakibatkan daun mengering dan tidak mampu mengeluarkan
tunas baru. Serangan diawali dengan lalat betina meletakkan telur melalui pada
bagian epidermis daun. Setelah menetas, larva akan menggerogoti jaringan
mesofil daun, sehingga jaringan tersebut menjadi terbuka atau terluka. Luka
pada jaringan mesofil ini berpotensi menimbulkan serangan penyakit sekunder,
terutama disebabkan oleh infeksi fungi maupun bakteri, sehingga daun akan
membusuk. Lalat dewasa menghisap cairan daun hingga tidak dapat bertunas lagi.
7. Penggerek
Polong Kacang Panjang
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
:
Arthropoda
Kelas :
Insekta
Ordo
:
Lepidoptera
family
:
pyralididae
Genus
:
Maruca
Spesies :
Maruca testulalis
Tanaman inang: kacang-kacangan, kacang hijau
Bioekologi
Siklus
hidup Maruca tertualis bertelur di
kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda. 3-5 hari telur menetas menjadi
larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong. Larva bertambah besar
dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini merupakan stadia paling
berbahaya dari pertumbuhan hama ini Stadia larva terdiri dari 5 instar. Setelah
umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7
hari untuk menjadi serangga dewasa.
Gejala
Gejala
serangan larva Maruca tertualis pada
bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak
dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring
laba-laba, kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva.
8. Ulat
Pada Daun Handeleum
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo :
Lepidoptera
Family :
Hyblaeadae
Genus :
Doleschallia
Spesies :
Doleschallia
polibete
Tanaman inang: daun hadaleum
Bioekologi
Serangga
betina yang sudah kawin terbang mencari tanaman inang lalu bertelur pada daun
tanaman tersebut. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun secara berkelompok
dengan jumlah 4-33 butir. Seekor betina D.
polibete mampu meletakkan telur 83-134 butir. Telur menetas menjadi larva
setelah 4-5 hari. Stadium larva terdiri dari 5 instar. Larva hidup berkelompok
selama instar I sampai instar III Selanjutnya larva menyebar ke seluruh daun.
Setiap daun terdapat 1-3 ekor larva dan berkembang terus sampai larva menjadi
prapupa. Pada fase prapupa, larva berhenti makan. Fase prapupa berlangsung ± 2
hari dan menjadi pupa. Pupa menetas menjadi imago setelah 6-7 hari.
Gejala
Permukaan daun sobek bergerigi
bekas gigitan, kadang ulat tampak di permukaan daun.
9. Ulat
Pelipat Daun padi
Klasifikasi
Ordo :
Lepidoptera
Family :
pyralidae
Genus :
Cnaphallocrosis
Species
:Cnaphallocrosis
medinalis
Tanaman ingang: padi (sawah, gogo dan
gogorancah), kadang-kadang juga dapat menyerang tanaman jagung, sorgum dan
tebu.
Bioekologi
Serangga
dewasa (ngengat) berwarna coklat dengan garis hitam pada sayap. Ngengat betina
dapat hidup 10 hari dan dapat meletakkan telur sampai 300 butir, dimulai
setelah 2 hari menjadi imago, telur diletakkan sepanjang tulang daun sebanyak
10-12 butir setiap malam Lama periode telur 4-6 hari, periode larva 15-16 hari,
dan lama periode pupa 4-8 hari.
Gejala
Cnaphallocrosis
medinalis dalam stadia larva menyerang tanaman
padi dan yang diserang adalah daunnya, bagian daun yang terserang berwarna putih
transparan memanjang sejajar tulang daun, karena yang dimakan pada bagian
klorofil dan yang tersisa kulit epidermis bagian atas, sehingga berpengaruh
terhadap fotosintesis.
Daun
akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang yang
dihasilkan oleh larva.Larva akan tinggal dalam gulungan daun dan memakan daun
di dalamnya, serangan Cnaphallocrosis
medinalis akan berarti jika kerusakkan daun pada fase anakan maksimum dan
fase pematangan mencapai ≥ 50%.
10. Penggerek
Batang Mangga
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum :
Arthropoda
Class :
Insecta
Order :
Coleoptera
Family :
Cerambycidae
Subfamily : Lamiinae
Genus :
Batocera
Species :
Batocera wallacei
Tanaman inang: nangka, durian,mangga
Bioekologi
Pada
stadia larva menghabiskan hidupnya didalam batang
tanaman
dan keluar setelah menjadi imago. Imago meletakkan telur pada celah-celah
batang. Setelah menjadi larva, kemudian membuat lubang dengan cara menggerek
hingga ke bagian dalam batang. Dijumpai satu larva pada setiap lubang gerekan.
Gejala
Serangan
penggerek cabang mangga yaitu membentuk alur gerekan yang tidak rata hingga 1-2
meter, mengeluarkan cairan seperti getah berwarna putih hingga coklat. Gejala
awal serangan hama penggerek batang tanaman yaitu daun yang menguning dan layu
kemudian daun akan gugur/rontok, ranting mengering, pada akhirnya tanaman mati
akibat terganggunya metabolisme tanaman. Gerekan larva menyebabkan distribusi
hara dan air terganggu. Apabila batang yang digerek dibuka nampak bekas gerekan
berwarna coklat kehitaman.
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum
ini ialah;
1.
Penyerangan hama meninggalkan
tanda dan gejala pada tanaman yang membantu proses pengidentifikasian jenis
serangga yang menyerang.
2.
Pada serangga dengan
alat mulut mandibulata, umumnya gejala yang dimiliki ialah berupa bekas
aktifitas makan pada permukaan daun, batang, mau pun buah.
3.
Serangga dengan alat
mulut haustelata, meninggalkan gejala berupa liang gerek pada penggerek batang
yaitu jalur pada bawah epidermis daun akibat aktifitas menghisap cairan daun.
4.
Beberapa gejala serius
tidak tampak pada tanaman seperti penggerek batang mangga yang harus dilakukan
pembukaan batang yang digerek untuk melihat alur gerekan.
5.
Tanaman memiliki zat untuk
merespon zat yang diinfeksikan hama atau sekedar merespon gigitan/hisapan hama,
contohnya terbentuknya puru pada daun mangga sebagai respon dari hama.
DAFTAR
PUSTAKA
Amarasekare,
K.G., C.M. Mannion, and L.S. Osborne. 2008. Life
history of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) on mealybugs
Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae). USDA Agricultural Research
Service, Lincoln, Nebraska
Miller
DR, GL. Miller. 2002. Redescription of
Paracoccus marginatus Willink (Hemiptera: Coccidae: Pseudococcidae) Including
Descriptions of the Immature Stage and Adult Male. Proc. Entamol. Soc.
Wash. 104:1-23
Nurzaizi H. 1986. Pengamatan hama Nacoleia octasema Meyrick (Lepidoptera :
Pyralidae) dan Erionota thrax Linnaeus
(Lepidoptera: Hesperidae) pada
tanaman pisang di Kecamatan Babakan,
Kabupaten Cirebon Jawa Barat
[Laporan Praktek Lapang] :
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian,
Institut Pertanian Bogor : Jawa Barat
Risanti,
R.Rahmatika. 2014. Hama Kubis.
Tersedia di http://.scribd.com/doc/211320384/Hama-Kubis/ di
akses pada 21 Maret 2015
Sartika.
2012. Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang
Sudarsono,
Hamim. 2014. Bioekologi Hama Tumbuhan.
Universitas Lampung : Lampung
LAMPIRAN
0 comments:
Post a Comment