Saturday, April 15, 2017

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)









oleh

Alifia Rahma Andarini
1314121012










JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.                   PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Hama secara umum diartikan sebagai organisme pengganggu yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usahatani secara luas.Pengertian khususnya merujuk kepada hewan pengganggu yang populasinya merusak dalam segi ekonomi kegiatan usahatani (Sudarsono, 2014).

Tanaman yang terserang hama akan menunjukkan gejala. Gejala ini akan mengarah pada jenis hama yang menyerang. Umumnya dapat mengidentifikasi alat mulut serangga yang berperan sebagai hama. Beberapa tanaman merespon serangan dengan mengeluarkan zat seperti pada kasus puru daun mangga. Puru yang dihasilkan merupakan respon dari tusukan/gigitan hamaProcontarinia matteiana.

Untuk dapat dengan mudah mengetahui jenis hama, cara menyerang dan dampak serangan, cukup dengan mempelajari gejala yang tampak pada tanaman inang. Oleh karena itu, praktikum Pengenalan Gejala Kerusakan Tanaman ini dilakukan.

1.2  Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini ialah;
1.      Mengetahui gejala kerusakan tanaman
2.      Mempelajari jenis alat mulut hama yang menyebabkan kerusakan
3.      Mempelajari bioekologi hama
4.      Mempelajari ordo dan famili dari hama yang menyebabkan kerusakan






II.                METODOLOGI PERCOBAAN


2.1  Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum yaitu alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu spesimen ulat krop kubis, kutu putih daun papaya, puru daun mangga, ulat penggulung daun pisang, penggerek buah kopi, ulat daun angsanam penggerek polong kacang panjang, ulat daun handeleum, ulat pelipat daun padi, dan penggerek batang mangga.

2.2  Prosedur

Adapun langkah-langkah dalam praktikum yaitu;
1.      Diamati spesimen hama dan gejala kerusakan pada tanaman
2.      Digambar spesimen hama dan gejala kerusakan pada tanaman
3.      Ditulis ordo dan famili hama
4.      Dipelajari gejala kerusakan pada tanaman



3.2  Pembahasan

1.      Ulat Krop Kubis

Klasifikasi
Divisi                      : Artrhopoda
Kelas                      : Hexapoda
Ordo                       : Lepidoptera
Famili         : Pyralidae
Genus                     : Crocidolomia
Speies                     : Crocidolomia pavonana
Tanaman inang       : kubis-kubisan

Gejala
Larva instar awal C.pavonana memakan daun dan mengakibatkan bercak  putih pada daun tersebut, kemudian meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang setelah lapisan epidermis tersebut kering. Setelah mencapai instar 3, larva memencar dan menyerang bagian yang lebih dalam, kemudian menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik tumbuh (Risanti,2014).

Apabila serangannya berat, tanaman dapat mati karena tidak dapat membentuk tunas baru. Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis, sedangkan kerusakan berat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat dipanen. Kebanyakan tanaman yang terserang akan hancur seluruhnya jika ulat krop kubis tidak dikendalikan.

Bioekologi
Siklus hidup ulat kubis Crocidolomia pavonana mencapai 33–42 hari.Habitat yang sesuai ialah kondisi fisik tanah bertekstur liat berpasir berstruktur gembur, subur, dan banyak mengandung bahan organik.Hama ini tidak menyukai cahaya (binatang malam).Bertelur dipermukaan belakang daun dalam kelompok yang terdiri 30–80 butir. Luas tiap kelompok kira–kira 3mm x 5mm. Ngengat betina dapat hidup sampai 24 hari dan dapat menghasilkan telur dengan sampai 18 kelompok sehingga total telur ngengat ini 1460 butir selama hidupnya. Setelah menetas, ulat segera memakan daun bagian dalam yang tertutup oleh daun luar karena ulat tersebut takut akan cahaya matahari. Pada tanaman kubis, fase imago lebih memungkinkan tanaman untuk tetap hidup dibandingkan fase larva.
2.      Kutu Putih

Klasifikasi
Kingdom                : Animalia
Filum                      : Arthropoda
Kelas                       : Insecta
Ordo                       : Hemiptera
Famili                     : Pseudococcidae
Genus                     : Paracoccus
Spesies                    : Paracoccus marginatus
Tanaman inang       : Pepaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, dan melon

Gejala
Kutu putih pepaya merusak tanaman inang dengan cara mengisap cairan tanaman yang terdapat pada pembuluh floem. P. marginatusmenyerang bagian batang, pucuk, dan buah.Pada pucuk menyebabkan daun menjadi mengkerut dan keriting dan akhirnya mati.Bunga dan buah pepaya gugur sebelum waktunya.Daun tanaman yang terserang P. marginatus pada menjadi berkerut, dan jika serangannya berat menyebabkan daun menjadi kuning, kering, dan akhirnya gugur.Selain menyebabkan kerusakan pada daun, batang, buah, dan bunga, kutu putih pepaya menghasilkan embun madu yang dapat memicu tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga tumbuh dan berkembang menutupi permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesis (Miller & Miller, 2002).

Bioekologi
Kutu putih pepaya betina dan jantan memiliki tahapan perkembangan hidup yang berbeda.Kutu putih pepaya jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis sempurna), yaitu terdiri dari telur, larva yang terdiri dari instar pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat berupa pupa, dan imago yang memiliki sayap. Kutu putih pepaya betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis tidak sempurna), yaitu terdiri dari telur, nimfa yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga, dan imago yang tidak memiliki sayap.Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu generasi adalah sekitar satu bulan dan bergantung pada suhu (Amarasekare et al., 2008).


3.      Puru Daun Mangga

Klasifikasi
Kingdom                 : Animalia
Filum                      : Arthropoda
Kelas                       : Insecta
Ordo                        : Diptera
Famili         : Cecidomyiidae
Genus                     : Procontarinia
Spesies                    : Procontarinia matteiana
Tanaman inang       : Jambu dan mangga

Gejala
Timbul bintil coklat sampai kehitaman pada permukaan daun.Bintil-bintil pada daun, jika diraba daun manga terasa keras. Jika bintil disayat dengan silet akan ditemukan belatung atau larva kecil, berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini terjadi , mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga muda. Daun yang terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal (malformasi), terutama bagian permukaan daun tepat dibagian belatung menetap, timbul bintil-bintil puru.

Bioekologi
Lalat ini bergerak pada malam hari.Sekali bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir . Warna telur kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi larva, yang menetap dalam jaringan daun dan menghisap cairan. Setiap bintil hanya terdapat 1 belatung yang menetap selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan cara membuat lubang pada ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah , dan masuk ke dalamnya lalu berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari , yang berakhir dengan munculnya lalat muda Procontarinia matteiana yang nantinya akan menjadi sumber penularan.







4.      Ulat Penggulung Daun Pisang

Klasifikasi
Kingdom                : Animalia
Filum                      : Arthropoda
Kelas                      : Insecta
Ordo                       : Lepidoptera
Famili         : Hespiredae
Genus                     : Erionata
Spesies                    : Erionata tharax
Tanaman Inang       : Pisang (hias dan serat)

Gejala
Hama ini menyerang jenis tanaman Famili musaceae, seperti pisang hias, pisang serat lainnya.Daun yang diserang ulat biasanya menggulung menyerupai tabung, apabila daun tersebut dibuka akan ditemukanulat di dalamnya.Ulat yang menyerang berwarna putih, karena tubuhnya dilapisi semacam serbuk halus/tepung berwarna putih. Ulat yang masih muda memotog tepi daun secara miring, kemudian digulung membentuk tabung kecil.Di dalam gulungan daun tersebut, ulat memakan daun. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, makaulat akan pindah ketempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah yang penuh gulungan.

Bioekologi
Kupu-kupu menghisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada waktu sore dan pagi serta bertelur pada malam hari.Telur diletakkan berkelompok ± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh.Ulat yang masih muda warnanya kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin.Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuning-kuningan dan tubuhnya dilapisi lilin.Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi lilin.Panjang pupa ± 6 cm serta mempunyai belalai (proboscis).Siklus hidup bervariasi antara 5-6 minggu yang dipengaruhi kondisi daerah.





5.      Penggerek Buah Kopi

Klasifikasi
Kingdom                : Animalia
Filum                      : Arthropoda
Kelas                      : Insecta
Ordo                       : Coleoptera
Famili                     : Curculionidae
Genus                      : Hypothenemus
Spesies                     : Hypothenemus hampei
Tanaman inang       : Teprosia, Crotalaria, Centrosema, Caesalpinia

Gejala
Pada ujung buah yang terserang terdapat lubang gerekan.Warna buah berubah dari hijau menjadi kuning kemerahan, tampak seperti masak dan terasa hampa bila ditekan/dipencet.Biji kopi yang terserang tampak berlubang-lubang sehingga produksi dan mutunya menurun.

Imago bubuk buah kopi masuk ke buah kopi melalui diskus, kemudian ke endosperma.Serangan pada buah - buah muda hanya untuk keperluan makan bagi imago yang dapat menyebabkan buah gugur dan busuk. Serangan pada saat buah mulai mengeras selain menggerek buah dan memakan biji kopi, bubuk buah juga berkembang biak didalam biji. Sehingga biji menjadi berlubang - lubang, cacat dan busuk.

Bioekologi
Siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa.Setelah 4 hari telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi.15 hari kemudian larva berubah menjadi kepompong (pupa) di dalam biji.Setelah 7 hari kepompong berubah menjadi serangga dewasa.Kumbang jantan dan kumbang betina kawin di dalam buah kopi, kumbang jantan dapat hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan kumbang betina dapat bertahan hidup dalam waktu 157 hari.Kemudian kumbang betina terbang untuk menggerek buah yang lainnya.Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga sepanjang hidupnya tetap berada di dalam buah (Sartika, 2012).




6.      Ulat Pada Daun Angsana

Klasifikasi
Kingdom                : Animalia
Filum                      : Arthropoda
Kelas                      : Insekta
Ordo                       : Diptera
Famili                     : Agromyzidae
Genus                     : Liriomyza
Spesies                    : Liriomyza huidobrensis
Tanaman inang       : Angsana, sawi, seledri, cabai paprika, camellia, cabai

Gejala
Hama ini bersifat polifag dan biasa menyerang tanaman angsana, sawi, seledri, cabai paprika, camellia, dan cabai.Gejala serangan lalat penggorok daun ini ditunjukkan dengan adanya guratan berwarna putih atau perak dengan pola acak tak beraturan menyerupai di permukaan daun. Serangan berat akan mengakibatkan daun mengering dan tidak mampu mengeluarkan tunas baru.

Serangan diawali dengan lalat betina meletakkan telur melalui pada bagian epidermis daun. Setelah menetas, larva akan menggerogoti jaringan mesofil daun, sehingga jaringan tersebut menjadi terbuka atau terluka. Luka pada jaringan mesofil ini berpotensi menimbulkan serangan penyakit sekunder, terutama disebabkan oleh infeksi fungi maupun bakteri, sehingga daun akan membusuk. Sementara lalat dewasa akan menghisap cairan tanaman hingga tanaman mengering dan tidak mampu lagi mengeluarkan tunas baru.

Bioekologi
Siklus hidup Liriomyza huidobrensis berlangsung selama 22-25 hari. Telur yang diletakkan pada bagian epidermis akan menetas setelah 2-4 hari. Stadium larva berlangsung selama 6-12 hari dan terdiri dari tiga instar.Larva instar kedua dan ketiga merupakan larva yang paling besar menimbulkan kerusakan. Pada fase berikutnya, larva akan berubah menjadi pupa, yang bersembunyi di dalam tanah atau di antara daun. Setelah delapan hari, stadium pupa selesai dan berubah menjadi lalat dewasa.


7.      Penggerek Polong Kacang Panjang

Klasifikasi
Kingdom                : Animalia
Filum                      : Arthropoda
Kelas                      : Insekta
Ordo                       : Lepidoptera
Famili                     : pyralididae
Genus                     : Maruca
Spesies                    : Maruca testulalis
Tanaman inang       : Kacang-kacangan, kacang hijau

Gejala
Tanaman inang dari Maruca tertualis adalah tanaman kacang-kacangan dan kacang hijau. Gejala serangan larva Maruca tertualis pada bunga yang baru mekar, kelopak bunga, polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba, kalau dibuka, didalamnya tampak larva.

Bioekologi
Siklus hidup Maruca tertualis bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda.3-5 hari telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong. Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini merupakan stadia paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini Stadia larva terdiri dari 5 instar. Setelah umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7 hari untuk menjadi serangga dewasa.












8.      Ulat Pada Daun Handeleum

Klasifikasi
Kingdom                : Animalia
Filum                      : Arthropoda
Kelas                      : Insekta
Ordo                       : Lepidoptera
Famili                     : Hyblaeadae
Genus                     : Doleschallia
Spesies                    : Doleschallia polibete
Tanaman inang       : Daun hadaleum

Gejala
Biasanya menyerang daun yang lunak pada Doleschallia polibete.Gejala serangan daun sobek bergigi bekas gigitan dan pada serangan berat hanya tersisa tulang daun.

Untuk mengendalikannya dapat digunakan pestisida nabati dengan menggunakan ekstrak daun pepaya, mimba dan aromatik (Rojak dan Iim, 2007).

Bioekologi
Serangga betina yang sudah kawin terbang mencari tanaman inang lalubertelurpada daun tanaman tersebut.Seekor betina D. polibete mampu meletakkan telur 83-134 butir.Telur diletakkan pada permukaanbawah daun secara berkelompok dengan jumlah 4-33butir.Telur menetas menjadi larva setelah 4-5 hari.Stadium larva terdiri dari 5 instar. Larva hidup berkelompok selama instar I sampai instar III Selanjutnya larva menyebar ke seluruh daun.Setiap daun terdapat 1-3 ekor larva dan berkembang terussampai larva menjadi prapupa.Pada fase prapupa, larva berhenti makan.Fase prapupa berlangsung ± 2hari dan menjadi pupa.Pupa menetas menjadiimago setelah 6-7 hari.







9.      Ulat Pelipat Daun Padi

Klasifikasi
Ordo                       : Lepidoptera
Famili                     : Pyralidae
Genus                     : Cnaphallocrosis
Spesies                    :Cnaphallocrosis medinalis
Tanaman inang       : padi (sawah, gogo dan gogorancah),
kadang-kadang juga dapat menyerang tanaman
jagung, sorgum dan tebu

Gejala
Selain menyerang tanaman padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang-kadang juga dapat menyerang tanaman jagung, sorgum dan tebu.Cnaphallocrosis medinalis dalam stadia larva menyerang daun pada tanaman padi.Bagian daun yang terserang berwarna putih transparan memanjang sejajar tulang daun, karena yang dimakan pada bagian klorofil dan yang tersisa kulit epidermis bagian atas, sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis. Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang yang dihasilkan oleh larva.Larva akan tinggal dalam gulungan daun dan memakan daun di dalamnya, serangan Cnaphallocrosis medinalis akan berarti jika kerusakkan daun pada fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai ≥ 50%.

Bioekologi
Ngengat betina dapat hidup 10 hari dan dapat meletakkan telur sampai 300 butir, dimulai setelah 2 hari menjadi imago, telur diletakkan sepanjang tulang daun sebanyak 10-12 butir setiap malam Lama periode telur 4-6 hari, periode larva 15-16 hari, dan lama periode pupa 4-8 hari.Ngengat berwarna coklat dengan garis hitam pada sayap.









10.  Penggerek Batang Mangga

Klasifikasi (Thomson, 1858)
Kingdom                : Animalia
Filum                      : Arthropoda
Kelas                      : Insecta
Ordo                       : Coleoptera
Famili                     : Cerambycidae
Subfamili                : Lamiinae
Genus                     : Batocera
Spesies                    : Batocera wallacei
Tanaman inang       : Mangga, nangka, durian

Gejala
Gejala awal serangan hama penggerek batang tanaman yaitu daun yang menguning dan layu kemudian daun akan gugur/rontok, ranting mengering, pada akhirnya tanaman mati akibat terganggunya metabolisme tanaman. Serangan penggerek cabang mangga yaitu membentuk alur gerekan yang tidak rata hingga 1-2 meter, dan mengeluarkan cairan seperti getah berwarna putih hingga coklat.Gerekan larva menyebabkan distribusi hara dan air terganggu. Apabila batang yang digerek dibuka akan tampak bekas gerekan berwarna coklat kehitaman.

Pengendalian secara alami dengan menggunakan agen hayati Serratia marcescens bila ditemukan adanya lubang gerekan pada ranting atau cabang.Pemangkasan dan pembakaran serta penggunaan insektisida juga dapat membantu dalam mengendalikan hamaBatocera wallacei(Bakoh, 2013).

Bioekologi
Batocera sp. pada stadia larva menghabiskan hidupnya didalam batangtanaman dan keluar setelah menjadi imago.Imago meletakkan telur pada celah-celah batang. Setelah menjadi larva, kemudian membuat lubang dengan cara menggerek hingga ke bagian dalam batang. Dijumpai satu larva pada setiap lubang gerekan.





IV.             KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini ialah;
1.      Keparahan serangan hama yang merusak dapat dilihat dari gejala pada tanaman inang serta jumlah rumpun yang diserang.
2.      Munculnya puru pada daun mangga sebagai respon tanaman akibat alat mulut hamaProcontarinia matteiana.
3.      Pada beberapa contoh serangan hama pada tanaman, fase yang menyebabkan kerusakan parah biasanya pada fase larva.
4.      Hama yang menyebabkan malformasi antara lainLiriomyza huidiobrensis, Paracoccus marginatusdan Procontarinia matteiana.
5.      Hama yang menyebabkan defoliasi antara lain Crocidolomia pavonana, Erionata thrax, Maruca restualis, Doleschallia poliebete, Batocera sp., dan Hypothenemus hampei.






















DAFTAR PUSTAKA


Amarasekare, K.G., C.M. Mannion, and L.S. Osborne. 2008. Life history of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) on mealybugs Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae). USDA Agricultural Research Service, Lincoln, Nebraska

Bakoh, B. 2013. Identifikasi Opt Perkebunan Di Kabupaten Maluku Tengah. http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/berita-235-identifikasi-opt-perkebunan-di-kabupaten-maluku-tengah-.html. diakses pada 21 Maret 2015

Miller DR, GL. Miller. 2002. Redescription of Paracoccus marginatus Willink (Hemiptera: Coccidae: Pseudococcidae) Including Descriptions of the Immature Stage and Adult Male. Proc. Entamol. Soc. Wash. 104:1-23

Risanti, R.Rahmatika. 2014. Hama Kubis. Tersedia di http://.scribd.com/doc/211320384/Hama-Kubis/ di akses pada 21 Maret 2015

Rojak,A dan Iim R. 2007. Teknik Pengamatan Siklus Hidup Dan Kemampuan Makan Hama Doleschallia polibete Cr. Pada Tanaman Handeuleum.(Graptophyllum pictum (L.)Griff.). Terdapat di http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/ diakses pada 22 Maret 2015

Sartika. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Skripsi. Universitas Brawijaya :Malang

Sudarsono, Hamim. 2014. Bioekologi Hama Tumbuhan. Universitas Lampung : Lampung



aftimar

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Manual Categories