PENGENALAN
GEJALA KERUSAKAN TANAMAN
(Laporan Praktikum Pengendalian
Hama Tanaman)
oleh
Alifia Rahma Andarini
1314121012
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama secara umum
diartikan sebagai organisme pengganggu yang dapat menimbulkan kerugian pada
kegiatan usahatani secara luas.Pengertian khususnya merujuk kepada hewan
pengganggu yang populasinya merusak dalam segi ekonomi kegiatan usahatani
(Sudarsono, 2014).
Tanaman yang
terserang hama akan menunjukkan gejala. Gejala ini akan mengarah pada jenis
hama yang menyerang. Umumnya dapat mengidentifikasi alat mulut serangga yang
berperan sebagai hama. Beberapa tanaman merespon serangan dengan mengeluarkan
zat seperti pada kasus puru daun mangga. Puru yang dihasilkan merupakan respon
dari tusukan/gigitan hamaProcontarinia
matteiana.
Untuk dapat dengan
mudah mengetahui jenis hama, cara menyerang dan dampak serangan, cukup dengan
mempelajari gejala yang tampak pada tanaman inang. Oleh karena itu, praktikum
Pengenalan Gejala Kerusakan Tanaman ini dilakukan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum ini ialah;
1.
Mengetahui
gejala kerusakan tanaman
2.
Mempelajari
jenis alat mulut hama yang menyebabkan kerusakan
3.
Mempelajari
bioekologi hama
4.
Mempelajari ordo
dan famili dari hama yang menyebabkan kerusakan
II.
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum yaitu alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
spesimen ulat krop kubis, kutu putih daun papaya, puru daun mangga, ulat
penggulung daun pisang, penggerek buah kopi, ulat daun angsanam penggerek
polong kacang panjang, ulat daun handeleum, ulat pelipat daun padi, dan
penggerek batang mangga.
2.2 Prosedur
Adapun
langkah-langkah dalam praktikum yaitu;
1.
Diamati spesimen
hama dan gejala kerusakan pada tanaman
2.
Digambar spesimen
hama dan gejala kerusakan pada tanaman
3.
Ditulis ordo dan
famili hama
4.
Dipelajari
gejala kerusakan pada tanaman
3.2 Pembahasan
1.
Ulat Krop Kubis
Klasifikasi
Divisi :
Artrhopoda
Kelas :
Hexapoda
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus :
Crocidolomia
Speies :
Crocidolomia pavonana
Tanaman
inang : kubis-kubisan
Gejala
Larva
instar awal C.pavonana memakan daun
dan mengakibatkan bercak putih pada daun
tersebut, kemudian meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang
setelah lapisan epidermis tersebut kering. Setelah mencapai instar 3, larva
memencar dan menyerang bagian yang lebih dalam, kemudian menggerek ke dalam
krop dan menghancurkan titik tumbuh (Risanti,2014).
Apabila
serangannya berat, tanaman dapat mati karena tidak dapat membentuk tunas baru.
Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis, sedangkan kerusakan berat
menyebabkan tanaman kubis tidak dapat dipanen. Kebanyakan tanaman yang
terserang akan hancur seluruhnya jika ulat krop kubis tidak dikendalikan.
Bioekologi
Siklus
hidup ulat kubis Crocidolomia pavonana
mencapai 33–42 hari.Habitat yang sesuai ialah kondisi fisik tanah bertekstur
liat berpasir berstruktur gembur, subur, dan banyak mengandung bahan
organik.Hama ini tidak menyukai cahaya (binatang malam).Bertelur dipermukaan
belakang daun dalam kelompok yang terdiri 30–80 butir. Luas tiap kelompok
kira–kira 3mm x 5mm. Ngengat betina dapat hidup sampai 24 hari dan dapat
menghasilkan telur dengan sampai 18 kelompok sehingga total telur ngengat ini
1460 butir selama hidupnya. Setelah menetas, ulat segera memakan daun bagian
dalam yang tertutup oleh daun luar karena ulat tersebut takut akan cahaya
matahari. Pada tanaman kubis, fase imago lebih memungkinkan tanaman untuk tetap
hidup dibandingkan fase larva.
2. Kutu
Putih
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
:
Hemiptera
Famili
: Pseudococcidae
Genus
: Paracoccus
Spesies
: Paracoccus marginatus
Tanaman
inang : Pepaya, ubi kayu, jarak
pagar, tomat, dan melon
Gejala
Kutu
putih pepaya merusak tanaman inang dengan cara mengisap cairan tanaman yang
terdapat pada pembuluh floem. P.
marginatusmenyerang bagian batang, pucuk, dan buah.Pada pucuk menyebabkan
daun menjadi mengkerut dan keriting dan akhirnya mati.Bunga dan buah pepaya
gugur sebelum waktunya.Daun tanaman yang terserang P. marginatus pada menjadi berkerut, dan jika serangannya berat
menyebabkan daun menjadi kuning, kering, dan akhirnya gugur.Selain menyebabkan
kerusakan pada daun, batang, buah, dan bunga, kutu putih pepaya menghasilkan
embun madu yang dapat memicu tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga tumbuh
dan berkembang menutupi permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesis
(Miller & Miller, 2002).
Bioekologi
Kutu
putih pepaya betina dan jantan memiliki tahapan perkembangan hidup yang
berbeda.Kutu putih pepaya jantan mengalami metamorfosis holometabola
(metamorfosis sempurna), yaitu terdiri dari telur, larva yang terdiri dari
instar pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar
keempat berupa pupa, dan imago yang memiliki sayap. Kutu putih pepaya betina
mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis tidak sempurna), yaitu
terdiri dari telur, nimfa yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga, dan
imago yang tidak memiliki sayap.Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu
generasi adalah sekitar satu bulan dan bergantung pada suhu (Amarasekare et
al., 2008).
3. Puru
Daun Mangga
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Cecidomyiidae
Genus :
Procontarinia
Spesies :
Procontarinia matteiana
Tanaman
inang : Jambu dan mangga
Gejala
Timbul
bintil coklat sampai kehitaman pada permukaan daun.Bintil-bintil pada daun,
jika diraba daun manga terasa keras. Jika bintil disayat dengan silet akan
ditemukan belatung atau larva kecil, berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum
serangan belatung ini terjadi , mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan
daun manga muda. Daun yang terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal
(malformasi), terutama bagian permukaan daun tepat dibagian belatung menetap,
timbul bintil-bintil puru.
Bioekologi
Lalat
ini bergerak pada malam hari.Sekali bertelur, seekor lalat betina mampu
mengeluarkan 100-250 butir . Warna telur kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm.
Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi larva, yang menetap dalam jaringan
daun dan menghisap cairan. Setiap bintil hanya terdapat 1 belatung yang menetap
selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan cara membuat lubang pada ujung
bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah , dan masuk ke dalamnya lalu
berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari , yang berakhir dengan
munculnya lalat muda Procontarinia
matteiana yang nantinya akan menjadi sumber penularan.
4. Ulat
Penggulung Daun Pisang
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Hespiredae
Genus :
Erionata
Spesies :
Erionata tharax
Tanaman
Inang : Pisang (hias dan serat)
Gejala
Hama
ini menyerang jenis tanaman Famili musaceae, seperti pisang hias, pisang serat
lainnya.Daun yang diserang ulat biasanya menggulung menyerupai tabung, apabila
daun tersebut dibuka akan ditemukanulat di dalamnya.Ulat yang menyerang
berwarna putih, karena tubuhnya dilapisi semacam serbuk halus/tepung berwarna
putih. Ulat yang masih muda memotog tepi daun secara miring, kemudian digulung
membentuk tabung kecil.Di dalam gulungan daun tersebut, ulat memakan daun.
Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, makaulat akan pindah ketempat
lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat,
daun bisa habis dan tinggal pelepah yang penuh gulungan.
Bioekologi
Kupu-kupu
menghisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada
waktu sore dan pagi serta bertelur pada malam hari.Telur diletakkan berkelompok
± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh.Ulat yang masih muda warnanya
kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin.Sedangkan ulat yang lebih besar
berwarna putih kekuning-kuningan dan tubuhnya dilapisi lilin.Pupa berada di
dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi lilin.Panjang pupa ± 6 cm
serta mempunyai belalai (proboscis).Siklus hidup bervariasi antara 5-6 minggu
yang dipengaruhi kondisi daerah.
5. Penggerek
Buah Kopi
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Hypothenemus
Spesies : Hypothenemus
hampei
Tanaman
inang : Teprosia, Crotalaria, Centrosema, Caesalpinia
Gejala
Pada
ujung buah yang terserang terdapat lubang gerekan.Warna buah berubah dari hijau
menjadi kuning kemerahan, tampak seperti masak dan terasa hampa bila
ditekan/dipencet.Biji kopi yang terserang tampak berlubang-lubang sehingga
produksi dan mutunya menurun.
Imago
bubuk buah kopi masuk ke buah kopi melalui diskus, kemudian ke
endosperma.Serangan pada buah - buah muda hanya untuk keperluan makan bagi
imago yang dapat menyebabkan buah gugur dan busuk. Serangan pada saat buah
mulai mengeras selain menggerek buah dan memakan biji kopi, bubuk buah juga
berkembang biak didalam biji. Sehingga biji menjadi berlubang - lubang, cacat
dan busuk.
Bioekologi
Siklus
hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa.Setelah 4 hari telur
menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi.15 hari kemudian larva berubah
menjadi kepompong (pupa) di dalam biji.Setelah 7 hari kepompong berubah menjadi
serangga dewasa.Kumbang jantan dan kumbang betina kawin di dalam buah kopi,
kumbang jantan dapat hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan kumbang betina dapat
bertahan hidup dalam waktu 157 hari.Kemudian kumbang betina terbang untuk
menggerek buah yang lainnya.Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga sepanjang
hidupnya tetap berada di dalam buah (Sartika, 2012).
6. Ulat
Pada Daun Angsana
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Famili : Agromyzidae
Genus : Liriomyza
Spesies : Liriomyza huidobrensis
Tanaman
inang : Angsana, sawi, seledri,
cabai paprika, camellia, cabai
Gejala
Hama
ini bersifat polifag dan biasa menyerang tanaman angsana, sawi, seledri, cabai
paprika, camellia, dan cabai.Gejala serangan lalat penggorok daun ini
ditunjukkan dengan adanya guratan berwarna putih atau perak dengan pola acak
tak beraturan menyerupai di permukaan daun. Serangan berat akan mengakibatkan
daun mengering dan tidak mampu mengeluarkan tunas baru.
Serangan
diawali dengan lalat betina meletakkan telur melalui pada bagian epidermis
daun. Setelah menetas, larva akan menggerogoti jaringan mesofil daun, sehingga
jaringan tersebut menjadi terbuka atau terluka. Luka pada jaringan mesofil ini
berpotensi menimbulkan serangan penyakit sekunder, terutama disebabkan oleh
infeksi fungi maupun bakteri, sehingga daun akan membusuk. Sementara lalat
dewasa akan menghisap cairan tanaman hingga tanaman mengering dan tidak mampu
lagi mengeluarkan tunas baru.
Bioekologi
Siklus
hidup Liriomyza huidobrensis berlangsung
selama 22-25 hari. Telur yang diletakkan pada bagian epidermis akan menetas
setelah 2-4 hari. Stadium larva berlangsung selama 6-12 hari dan terdiri dari
tiga instar.Larva instar kedua dan ketiga merupakan larva yang paling besar
menimbulkan kerusakan. Pada fase berikutnya, larva akan berubah menjadi pupa,
yang bersembunyi di dalam tanah atau di antara daun. Setelah delapan hari,
stadium pupa selesai dan berubah menjadi lalat dewasa.
7. Penggerek
Polong Kacang Panjang
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo
: Lepidoptera
Famili : pyralididae
Genus
: Maruca
Spesies : Maruca testulalis
Tanaman
inang : Kacang-kacangan, kacang
hijau
Gejala
Tanaman
inang dari Maruca tertualis adalah
tanaman kacang-kacangan dan kacang hijau. Gejala serangan larva Maruca tertualis pada bunga yang baru
mekar, kelopak bunga, polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas
gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba, kalau dibuka,
didalamnya tampak larva.
Bioekologi
Siklus
hidup Maruca tertualis bertelur di
kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda.3-5 hari telur menetas menjadi larva
dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong. Larva bertambah besar dan
berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini merupakan stadia paling
berbahaya dari pertumbuhan hama ini Stadia larva terdiri dari 5 instar. Setelah
umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7
hari untuk menjadi serangga dewasa.
8. Ulat
Pada Daun Handeleum
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas :
Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Hyblaeadae
Genus : Doleschallia
Spesies : Doleschallia polibete
Tanaman inang : Daun hadaleum
Gejala
Biasanya
menyerang daun yang lunak pada Doleschallia polibete.Gejala
serangan daun sobek bergigi bekas gigitan dan pada serangan berat hanya tersisa
tulang daun.
Untuk
mengendalikannya dapat digunakan pestisida nabati dengan menggunakan ekstrak
daun pepaya, mimba dan aromatik (Rojak dan Iim, 2007).
Bioekologi
Serangga
betina yang sudah kawin terbang mencari tanaman inang lalubertelurpada daun
tanaman tersebut.Seekor betina D.
polibete mampu meletakkan telur 83-134 butir.Telur diletakkan pada
permukaanbawah daun secara berkelompok dengan jumlah 4-33butir.Telur menetas
menjadi larva setelah 4-5 hari.Stadium larva terdiri dari 5 instar. Larva hidup
berkelompok selama instar I sampai instar III Selanjutnya larva menyebar ke
seluruh daun.Setiap daun terdapat 1-3 ekor larva dan berkembang terussampai
larva menjadi prapupa.Pada fase prapupa, larva berhenti makan.Fase prapupa
berlangsung ± 2hari dan menjadi pupa.Pupa menetas menjadiimago setelah 6-7
hari.
9. Ulat
Pelipat Daun Padi
Klasifikasi
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus : Cnaphallocrosis
Spesies :Cnaphallocrosis
medinalis
Tanaman
inang : padi (sawah, gogo dan
gogorancah),
kadang-kadang
juga dapat menyerang tanaman
jagung,
sorgum dan tebu
Gejala
Selain
menyerang tanaman padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang-kadang juga dapat
menyerang tanaman jagung, sorgum dan tebu.Cnaphallocrosis
medinalis dalam stadia larva menyerang daun pada tanaman padi.Bagian daun
yang terserang berwarna putih transparan memanjang sejajar tulang daun, karena
yang dimakan pada bagian klorofil dan yang tersisa kulit epidermis bagian atas,
sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis. Daun akan digulung ke bagian atas
dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang yang dihasilkan oleh larva.Larva
akan tinggal dalam gulungan daun dan memakan daun di dalamnya, serangan Cnaphallocrosis medinalis akan berarti
jika kerusakkan daun pada fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai ≥
50%.
Bioekologi
Ngengat
betina dapat hidup 10 hari dan dapat meletakkan telur sampai 300 butir, dimulai
setelah 2 hari menjadi imago, telur diletakkan sepanjang tulang daun sebanyak
10-12 butir setiap malam Lama periode telur 4-6 hari, periode larva 15-16 hari,
dan lama periode pupa 4-8 hari.Ngengat berwarna coklat dengan garis hitam pada
sayap.
10. Penggerek
Batang Mangga
Klasifikasi (Thomson, 1858)
Kingdom :
Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Cerambycidae
Subfamili :
Lamiinae
Genus : Batocera
Spesies : Batocera wallacei
Tanaman
inang : Mangga, nangka, durian
Gejala
Gejala
awal serangan hama penggerek batang tanaman yaitu daun yang menguning dan layu
kemudian daun akan gugur/rontok, ranting mengering, pada akhirnya tanaman mati
akibat terganggunya metabolisme tanaman. Serangan penggerek cabang mangga yaitu
membentuk alur gerekan yang tidak rata hingga 1-2 meter, dan mengeluarkan
cairan seperti getah berwarna putih hingga coklat.Gerekan larva menyebabkan
distribusi hara dan air terganggu. Apabila batang yang digerek dibuka akan
tampak bekas gerekan berwarna coklat kehitaman.
Pengendalian
secara alami dengan menggunakan agen hayati Serratia
marcescens bila ditemukan adanya lubang gerekan pada ranting atau cabang.Pemangkasan
dan pembakaran serta penggunaan insektisida juga dapat membantu dalam
mengendalikan hamaBatocera wallacei(Bakoh,
2013).
Bioekologi
Batocera sp.
pada stadia larva menghabiskan hidupnya didalam batangtanaman dan keluar
setelah menjadi imago.Imago meletakkan telur pada celah-celah batang. Setelah
menjadi larva, kemudian membuat lubang dengan cara menggerek hingga ke bagian
dalam batang. Dijumpai satu larva pada setiap lubang gerekan.
IV.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang didapat dari praktikum ini ialah;
1. Keparahan
serangan hama yang merusak dapat dilihat dari gejala pada tanaman inang serta
jumlah rumpun yang diserang.
2. Munculnya
puru pada daun mangga sebagai respon tanaman akibat alat mulut hamaProcontarinia matteiana.
3. Pada
beberapa contoh serangan hama pada tanaman, fase yang menyebabkan kerusakan
parah biasanya pada fase larva.
4. Hama
yang menyebabkan malformasi antara lainLiriomyza
huidiobrensis, Paracoccus marginatusdan Procontarinia
matteiana.
5. Hama
yang menyebabkan defoliasi antara lain Crocidolomia
pavonana, Erionata thrax, Maruca restualis, Doleschallia poliebete, Batocera sp., dan Hypothenemus hampei.
Amarasekare,
K.G., C.M. Mannion, and L.S. Osborne. 2008. Life history of Paracoccus marginatus (Hemiptera:
Pseudococcidae) on mealybugs Paracoccus
marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae). USDA Agricultural Research Service,
Lincoln, Nebraska
Bakoh,
B. 2013. Identifikasi Opt Perkebunan Di Kabupaten Maluku Tengah. http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/berita-235-identifikasi-opt-perkebunan-di-kabupaten-maluku-tengah-.html. diakses pada
21 Maret 2015
Miller
DR, GL. Miller. 2002. Redescription of Paracoccus
marginatus Willink (Hemiptera: Coccidae: Pseudococcidae) Including
Descriptions of the Immature Stage and Adult Male. Proc. Entamol. Soc. Wash.
104:1-23
Risanti,
R.Rahmatika. 2014. Hama Kubis.
Tersedia di http://.scribd.com/doc/211320384/Hama-Kubis/ di akses pada
21 Maret 2015
Rojak,A
dan Iim R. 2007. Teknik Pengamatan Siklus
Hidup Dan Kemampuan Makan Hama Doleschallia polibete Cr. Pada Tanaman
Handeuleum.(Graptophyllum pictum (L.)Griff.).
Terdapat di http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/ diakses pada 22
Maret 2015
Sartika.
2012. Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Skripsi. Universitas Brawijaya :Malang
Sudarsono,
Hamim. 2014. Bioekologi Hama Tumbuhan.
Universitas Lampung : Lampung
0 comments:
Post a Comment