PPENGENDALIAN DENGAN PESTISIDA NABATI
(Laporan Praktikum
Bioekologi Penyakit Tumbuhan)
Oleh
Aftimar Syafitri T.
1314121008
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada praktikum kali ini kita
membahas tentang pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan kearifan lokal di Indonesia yang sangat
potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT), guna mendukung terciptanya sistem pertanian organik. Secara umum
pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah.
Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang
terbatas juga oleh karena terbuat dari bahan alami /nabati,maka jenis pestisida
ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari
lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya
mudah hilang.
Pestisida nabati yang
kita kenal terbuat dari produk alam dari tumbuhan
seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok
metabolitsekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui
mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak
serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung
senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga,
sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga dan lingkungan.
Pestisida kimia beracun bagi hama,
tetapi dapat juga mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan
manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan
penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk.
Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat dilakukan
dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari
tumbuhan (pestisida nabati). Pestisida nabati tidak mencemari lingkungan karena
bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak
peliharaan dan manusia.
1.2. Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Mahasiswa
dapat membuat pestisida nabati sendiri
- Mahasiswa
dapat mengetahui manfaat dari pestisida alami
- Mengetahui
cara pembuatan dengan teknik-teknik pembuatan pestisida alami
- Mengetahu
efektifitas pestisida nabati pada ekstrak daun mimba dan gulma terhadap
penyakit yang menyerang tanaman.
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat
yang diguanakan panci, pena, kertas, dan tabung erlenmeyer. Kemudian nimba,
gulma siam, patogen c.capsici dan aquades.
2.2.Prosedur Percobaan
Pertama pada
ekstrak daun mimba dan gulma di ambil ekstrak nya sebanyak 50 gram dan di tambahkan
100 ml aquades. Kemudian di saring dan didapatkan ektraknya sebanyak 10 ml.
Ditambahkan lagi 100 ml media PDA. Perlakuan yang dibedakan pada masing-masing
daun mimba dan gulma siam adalah di masukan kedalam autoklaf dan tidak
dimasukan. Didapat hasil dari masing-masing percobaan tersebut.
III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Didapatkan
hasil dari percobaan yang telah dilakukan sebagai berikut:
Kelompok
|
Kontrol
|
Mimba
|
Gulma
Siam
|
1.
|
Diameter
: 0,7 cm
|
Diameter : 0,9 cm
|
Diameter : 1,7 cm
|
2.
|
Diameter
: 1,98
|
Diameter
: 1,275 cm
|
Diameter : 1,34 cm
|
3.
|
Diameter : 1,3 cm
|
Diameter
: 0,8 cm
|
Diameter
: 0,8 cm
|
4.
|
Diameter
: 2,8 cm
|
Diameter
: 2,5 cm
|
Diameter
: 1,5 cm
|
5.
|
Diameter
: 3,5 cm
|
Diameter
: 0,5 cm
|
Diameter
: 0,5 cm
|
6.
|
Diameter
: 4,75 cm
|
Diameter
: 0,73 cm
|
Diameter
: 0,73 cm
|
7.
|
|
|
|
8.
|
Diameter
: 2,6 cm
|
Diameter
: 1,65 cm
|
Diameter
: 1,5 cm
|
3.2. Pembahasan
Adapun pembahasan kali ini adalah :
Pada praktikum yang
telah dilaksanakan, diketahui data kelas yaitu pada tabel data kontrol kelompok
6 itu diameter 4,75 cm, merupakan pengontrolan paling besar dan pengontrolan
yang kecil pada kelompok 1 yang 0,7 cm, ini merupakan pertumbuhan kecil poada
petumbuhan nya, sedangkan untuk mimba rata-rata kelompok telah berhasil
melakukan perkembangan nya. Dan pada data gulma siam juga pertumbuhan rata-rata
sama. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam suatu percobaan ini.
- Daun mimba (Azadirachta indica)
Daun mimba (Azadirachta indica) tersusun
spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap.
Daun mimba dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membasmi hama dengan cara yang
tradisional yang ramah lingkungan, karena penggunaan daun mimba sebagai
pestisida nabati tidak menimbulkan dampak atau pencemaran yang membahayakan masyarakat
sekitar. Hal ini sesuai dengan pendapat, yang menyatakan Mimba terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi
metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian
(pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa
diantaranya adalah azadirachtin, salanin,
meliantriol, nimbin dan nimbidin.
Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan
sumber bahan pestisida (pestisida nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk
pengendalian hama. Penanaman dapat dilakukan melalui stek, cangkok, dan
biji. Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati
adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif
utama azadiraktin. Bahwa daun mimba yang bersifat sebagai
insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida,
bakterisida, maupun akarisida.
Mimba memiliki efek anti serangga dengan
azadirachtin sebagai komponen yang paling potensi. Ekstrak daun dapat berefek
sebagai fungisida alami pada pengendalian penyakit antraknosa pada apel pasca
panen, berefek insektisida terhadap larva Aedes aegypti. Ekstrak biji
berpengaruh sublethal terhadap struktur mikroanatomi ventrikulus dan
penghambatan pertumbuhan Plasmodium berghei pada mencit. Toksisitas Dapat
menyebabkan iritasi mata dan jaringan lunak, serta kemungkinan sebagai penyebab
konjugtivitas dan inflamasi. Hal ini sesuai dengan pendapat, menyatakan bahwa ekstrak daun mimba dapat
mengendalikan siklus pertumbuhan hama terutama pada serangga.
Kandungan Kimia Daun Mimba
sebagai Pestisida Nabati, Mimba terutama dalam biji dan daunnya mengandung
beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat
bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi
(kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol,
nimbin dan nimbidin Azadirachtinsendiri
terdiri dari sekitar 17 komponen dan komponen yang mana yang paling bertanggung
jawab sebagai pestisida atau obat. Mimba tidak membunuh hama secara cepat,
namun mengganggu hama pada proses makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya.
Nimbin dan nimbidin
berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida,
fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit
tanaman. Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya
masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis
penyakit pada manusia.
Manfaat daun mimba sebagai
pestisida nabati sangat mengguntungkan bagi para petani dalam pengendalian hama
secara biologis dan selain itu juga dapat digunakan sebagai obat tradisional
untuk kesehatan. Tanaman Mimba sebagai pestisida nabati memiliki daya kerja
yang efektif, ekonomis, aman, mudah didapat dan ramah lingkungan. Zat-zat
racun yang ada di dalam tanaman mimba bermanfaat untuk insektisida, repelen,
akarisida, penghambat pertumbuhan, neumatisida, fungisida, anti virus. Racun tersebut sebagai racun perut
dan sistemik. Mimba memiliki efek anti serangga dengan azadirachtin sebagai
komponen yang paling paten.
Ekstrak
daun dapat berefek sebagai fungisida alami pada pengendalian penyakit
antraknosa pada apel pasca panen, berefek insektisida terhadap larva Aedes
aegypti. Toksisitas dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan lunak, serta
kemungkinan sebagai penyebab konjugtivitas dan inflamasi. Sudah sejak
lama mimba digunakan sebagai pestisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan
yang luas (Broad spectrum), baik digunakan secara sederhana di negara
berkembang, maupun digunakan secara terformula di negara maju, seperti Amerika
Serikat. Pada awalnya hanya diperuntukan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman yang bukan untuk dikonsumsi, namun
belakangan ini sudah diperkenankan dipergunakan untuk mengendalikan OPT pada
tanaman pangan (food crops). Diduga aplikasi ekstrak daun mimba pada berbagai
tingkat konsentrasi akan mempengaruhi perkembangan hama Plutella xylostella dan
dapat mengurangi persentase
- Gulma Siam (Chromolaena odorata)
C. odorata adalah
gulma siam yang masuk ke dalam golongan tumbuhan terna pemanjat semusim yang
dapat tumbuh dua sampai tiga meter pada tempat terbuka dan dapat mencapai dua puluh meter apabila tumbuh memanjat pada
pohon. Gulma ini dinyatakan sebagai gulma penting karena
jumlahnya/kelimpahannya sangat besar. Tanaman
ini mengandung senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik
pada nematoda parasit (Radhopolus similis), dan beberapa jenis serangga
seperti rayap, Sitophilus zeamais, Prostephanus truncatus, Plutella
xylostella, Spodoptera litura, dan Spodoptera exigua
Pemanfaatan C. odorata sebagai pestisida
nabati telah dimulai pada beberapa hama antara lain pada ordo Lepidoptera,
Coleoptera, Hemiptera dan Isoptera. Variasi aktivitasnya bisa berupa efek
insektisidal atau repelen tergantung spesies hamanya. Adanya efek biocidal dari
ekstrak C. odorata diduga karena peran dari satu atau beberapa
senyawa-senyawa yang terkandung dalam C. odorata. Dari isolasi gulma ini
berhasil ditemukan sejumlah alkohol, flavononas, flavonas, khalkones, asam
aromatik dan minyak esensial. Minyak esensial dari daun gulma ini diduga dapat
menimbulkan efek pestisidal dan nematisidal. Ditemukan juga sejenis alkaloid
yang disebut Pyrolizidine Alkaloids (PAs), yang dalam kaitannya dengan
serangga, PAs ini berfungsi sebagai penghambat makan dan insektisidal. Selain
itu secara umum juga sebagai repelen bagi hewan yang tidak teradaptasi dengan
senyawa tersebut (PAs) dan sebagai alat proteksi bagi tanaman yang
memproduksinya. PAs mempunyai peran yang lebih kompleks dibanding dengan
senyawa lain yang dikandung oleh C. odorata, sehingga kajian tentang PAs
ini sudah lebih komprehensif dan maju.
Di
samping berefek menghambat dan insektisidal, PAs juga telah diketahui sebagai
senyawa toksik yang bisa menyebabkan
efek karsinogenis dan kerusakan liver, yang reaksinya terjadi pada penelanan
dosis 10-20 mg. Reaksinya bisa berupa pembesaran sel liver dan nukleinnya,
gangguan metabolisme sel liver yang menghasilkan gangguan fungsional, timbulnya
daerah kerusakan sel dan degenerasi lemak. Pada dosis 10 mg atau kurang perhari
bisa menyebabkan sirosis hati. PAs juga berefek pada hati, liver, sistem
pernafasan jika digunakan sebagai obat.
Dalam
kaitannya sebagai bahan pestisida nabati, hubungan PAs dan serangga mendapat
kajian yang komprehensif, karena PAs ini ternyata tidak hanya bersifat
merugikan herbivor (manusia, ternak dan serangga), tapi juga dimanfaatkan oleh
beberapa serangga sebagai bagian yang penting dan menguntungkan selama siklus
hidupnya, diantaranya sebagai pelindung telur, pelindung beberapa serangga dari
serangan laba-laba predator, untuk modal kawin/menarik pasangannya dan
lain-lain. Fenomena ini disebut sebagai farmakopagi yaitu PAs digunakan sebagai
sumber nutrisi bagi serangga. Serangga farmakopagi didapati pada famili
Danaidae di Amerika Utara dan Ithomiidae di Amerika Selatan, Arctiidae dan
Ctenuchidae juga Tyria jacobea yang mengumpulkan PAs agar rasanya enak
bagi predator.
Perbandingan nimba
dan gulma iyalah Ekstrak
daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Bahwa daun mimba yang bersifat sebagai
insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida,
bakterisida, maupun akarisida. Tanaman ini mengandung
senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada nematoda
parasit (Radhopolus similis), dan beberapa jenis serangga seperti rayap,
Sitophilus zeamais, Prostephanus truncatus, Plutella xylostella,
Spodoptera litura, dan Spodoptera exigua. Adanya efek biocidal dari ekstrak C.
odorata diduga karena peran dari satu atau beberapa senyawa-senyawa yang
terkandung dalam C. odorata. Dari isolasi gulma ini berhasil ditemukan
sejumlah alkohol, flavononas, flavonas, khalkones, asam aromatik dan minyak
esensial. Minyak esensial dari daun gulma ini diduga dapat menimbulkan efek
pestisidal dan nematisidal. Ditemukan juga sejenis alkaloid yang disebut
Pyrolizidine Alkaloids (PAs), yang dalam kaitannya dengan serangga, PAs ini
berfungsi sebagai penghambat makan dan insektisidal.
Perbandingan pada
pestisida nabati di autoklaf dan tidak di autoklaf adalah untuk mempercepat
proses
IV.
KESIMPULAN
Dalam hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan
pestisida nabati relative lebih aman karena tidak menimbulkan dampak kerugian
bagi lingkungan.
2. Tanaman Mimba sebagai pestisida nabati memiliki daya
kerja yang efektif, ekonomis, aman, mudah didapat dan ramah lingkungan
3. Pestisida nabati dapat
digunakan sebagai agen pengendalian hama, Bersifat mematikan hama dengan cepat,Bersifat
sebagai zat menghambat perkembangan serangga/hama, Bersifat sebagai zat pemikat, Bersifat
sebagai zat penolak, Bersifat sebagai zat penghambat makan.
4. insektisida
nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain di alam senyawa aktif mudah
terurai, sehingga menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu
pestisida kimia, cara kerja spesifik, sehingga relatif aman terhadap vertebrata.
DAFTAR
PUSTAKA
Deptan.
2006. Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman dengan Pestisida Nabati.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian: Nusa Tenggara
Barat.
Haryati, S., dkk. 2004. Pemanfaatan Ekstrak Gulma Siam Untuk
Mengendalikan penyakit. Universitas Gajah Mada Press:
Yogyakarta.
Supriyatin dan Marwoto,
2000. Pestisida
Nabati. Jakarta: Rineka Cipta.
Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta:
Erlangga.
Wowiling, J. 2003. Pestisida Nabati Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). Sulawesi Utara
0 comments:
Post a Comment