UJI ANTAGONIS
(Laporan Praktikum
Bioekologi Penyakit Tumbuhan)
Oleh
Aftimar Syafitri T.
1314121008
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada praktikum ini
kita akan membahas tentang jamur. Jamur yang di ketahu selama ini Jamur
merupakan sekelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi,
karena memiliki dinding sel, berkembang biak dengan spora tetapi tidak memiliki
klorofil dan tidak memiliki sistem pembuluh seperti tumbuhan tingkat tinggi.
Trichoderma sp. merupakan
sejenis cendawan / fungi yang termasuk kelasascomycetes. Trichoderma
sp. memiliki aktivitas antifungal. Di alam,Trichoderma banyak ditemukan di tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada
substrat berkayuTrichoderma diketahui
me-miliki kemampuan antagonis terhadap cendawan patogen.Trichoderma mudah ditemukan pada ekosistem tanah dan akar
tanaman. Cendawan ini adalah mikro-organisme yang menguntungkan, avirulen
terhadap tanaman inang, dan dapat memarasit cendawan lainnya.
Trichoderma merupakan
cendawan yang berasosiasi dengan tanaman, sering ditemukan endofit pada akar
dan daun. bahwa cendawan Trichoderma merupakan
salah satu cendawan antagonis yang ditemukan endofit pada daun kakao. Trichoderma endofit daun
membutuhkan nutrisi sesuai dari tempat asal di mana ditemukan endofit tersebut.
Nutrisi seperti protein banyak terkandung di dalam
beberapa daun, salah satunya daun lamtoro
1.2. Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Mahasiswa
dapat mengetahui tentang jamur trikoderma.
- Mahsiswa
dapat mengetahui teknik uji antagonis.
- Dapat
mengetahui jamur trikoderma dalam mengendalikan penyakit tanaman.
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah pena,
selotif, cawan, laf, bunsen, jarum ose dan bahan yang digunakan yaitu jamur
trikoderma dan jamur coletrikum capsici.
2.2.Prosedur Percobaan
Adapaun cara kerja yang dilakukan
dalam praktikum kali ini adalah siapkan
alat yang ada, ambil cawan yang sudah di siapkan media, ambil jamur colectrikum
capsici dan panaskan jarum ose di bunsen dan ambil jamur. Kemudian lakukan hal
yang sama pada jamur trikoderma. Dan masukan jamur dalam 1 cawan tempat.
Kemudian lakban dan beri nama kelompok. Setelah itu di lihat perlakuan tersebut
selam 4 hari dan cacat diameter yang ada.
III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil dari praktikum kali ini
adalah sebagai berikut:
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
|||
|
|
HARI 1
H:2,8 cm
C:1,00 cm
HARI 2
H :5,70 cm
C:1,35 cm
HARI 3
H:6,25 cm
C:1,30 cm
HARI 4
H:7,00 cm
C:1,45 cm
|
|||
2
|
|
HARI 1
T :3 cm
HARI 2
T:3,50 cm
HARI 3
T:3,50 cm
HARI 4
T:5,00 cm
|
3.2.Pembahasan
Adapun pembahasan kali ini adalah :
Pada data di atas
hanya 2 spesimen saja yang berhasil berkembang biak. Sedangkan pada spesimen di
cawan 3 dan 4, gagal karena di fase awal sudah terkontaminasi. Banyak faktor
yang mempengaruhi suatu kegagalan berkembang nya biakan. Pada cawan 1 dan 2 trichoderma merupakan
salah satu jamur yang dapat menjadi agenbiokontrol karena bersifat antagonis bagi jamur lainnya, terutama yang bersifat patogen. Aktivitas antagonis yang dimaksud dapat meliputi
persaingan, parasitisme, predasi, membentukkan toksin seperti antibiotik. Untuk keperluan bioteknologi,
agen biokontrol ini dapat diisolasi dari Trichoderma dan digunakan untuk menangani masalah
kerusakan tanaman akibat patogen. Kemampuan
dan mekanisme Trichoderma dalam menghambat pertumbuhan patogen
secara rinci bervariasi pada setiap spesiesnya. Perbedaan
kemampuan ini disebabkan oleh faktor ekologi yang membuat produksi bahanmetabolit yang bervariasi pula.
Menunjukkan
bahwa Trichoderma spp. mampu menghambat
pertumbuhan C. capsici pada media PSA maupun pada buah Cabai. Salah satu factor yang menyebabkan
pertumbuhan C. capsici terhambat karena
cendawan Trichoderma spp. dapat mengeluarkan
toksin yang menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dan bahkan mematikan inangnya.Trichoderma memproduksi
metabolit yang bersifat volatil dan non volatil. Metabolit non volatil lebih efektif
dibandingkan dengan yang volatil. Metabolit
yang dihasilkan Trichoderma dapat berdifusi melalui membran dialisisyang
kemudian dapat menghambat pertumbuhan beberapa patogen(Baharia, 2000).
Keberhasilan penggunaan agen hayati ini telah banyak
dilaporkan di berbagai penelitian diantaranya untuk mengendalikan penyakit akar
putih Rigidoporus micropus di perkebunan karet dan teh. Jamur
ini juga sebagai agen hayati untuk mengendailkan patogen penyebab rebah
kecambah Rhizoctania solani, busuk batang Fusarium sp., akar gada
Plasmodiophora brassicae, dan patogen Pythium yang merupakan patogen tular
tanah. Jamur
ini selain bersifat hiperparasitik terhadap beberapa patogen, diketahui pula
dapat menghasilkan antibiotik yang dapat mematikan dan menghambat pertumbuhan
jamur lain.
Mekanisme penekanan patogen oleh Trichoderma terjadi
melalui proses kompetisi, parasitisme, antibiosis, atau mekanisme lain yang
merugikan bagi patogen. Selain itu, jamur ini mempunyai sifat-sifat mudah
didapat, penyebarannya luas, toleran terhadap zat penghambat pertumbuhan,
tumbuh cepat, kompetitif dan menghasilkan spora yang berlimpah, sehingga
mempermudah penyediaan jamur sebagai bahan pengendali hayati dalam proses
produksi massal.
Jamur Trichoderma mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama
kemampuannya untuk menyebabkan produksi perakaran sehat dan meningkatkan angka
kedalaman akar (lebih dalam di bawah permukaan tanah). Akar yang lebih dalam
ini menyebabkan tanaman menjadi lebih resisten terhadap kekeringan, seperti
pada tanaman jagung dan tanaman hias.Trichorderma sp. merupakan jamur yang
paling banyak terdapat di dalam tanah dan bersifat antagonistik terhadap jamur
lain. Selain daya adaptasinya luas, Trichorderma mempunyai daya antagonis
tinggi dan dapat mengeluarkan racun, sehingga dapat menghambat bahkan mematikam
patogen lain.
Sifat antagonis Trichoderma meliputi tiga tipe :
Sifat antagonis Trichoderma meliputi tiga tipe :
- Trichoderma menghasilkan sejumlah enzim
ekstraseluler beta (1,3) glukonase dan kitinase yang dapat melarutkan
dinding sel patogen
- Beberapa anggota trichoderma sp menghasilkan
toksin trichodermin. Toksin tersebut dapat menyerang dan menghancurkan
propagul yang berisi spora-spora patogen disekitarnya
- Jenis Trichoderma viridae menghasilkan antibiotik
gliotoksin dan viridin yang dapat melindungi bibit tanaman dari serangan
penyakit rebah kecambah
Agens hayati yang akan kita bahas
saat ini adalah jamur Trichoderma. Potensi jamur Trichoderma sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif
terhadap serangan penyakit tanamantelah menjadikan jamur tersebut
semakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan (OPT). Disamping karakternya sebagai antagonis diketahui
pula bahwa Trichoderma,sp. Juga berfungsi sebagaidekomposer dalam pembuatan pupuk organik. Aplikasi jamur
Trichoderma pada pembibitan tanaman guna mengantisipasi serangan OPT sedini
mungkin membuktikan bahwa tingkat kesadaran petani akan arti penting
perlindungan preventif perlahan telah tumbuh.
Jamur ini
memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Mudah
diisolasi, dikembangkan, dan daya adaptasinya luas
2. Mudah ditemukan
di tanah areal pertanaman, shg pertumbuhan pd saat aplikasi lebih mudah.
3. Dapat
tumbuh secara cepat pada berbagai substrat.
4. Memiliki
kisaran mikroparasitisme yang luas.
5. pada
umumnya tidak patoen pada tanaman.
Jamur Trichoderma mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama kemampuannya
untuk menyebabkan produksi perakaran sehat dan meningkatkan angka kedalaman
akar (lebih dalam di bawah permukaan tanah). Akar yang lebih dalam ini
menyebabkan tanaman menjadi lebih resisten terhadap kekeringan, seperti pada
tanaman jagung dan tanaman hias.
Mekanisme antagonis jamur ini dapat
difahami sebagai berikut. Saat mikroba patogen sedang dalam masa dorman,
serangan antagonis jamur Trichoderma dapat menyebabkan kerusakan biologis
inokulum patogen. Mekanisme antagonis ini dapat berupa predasi, perparasi, dan
parasitisme propagul. Bentuk lain dari antagonisme adalah dengan penekanan
perkecambahan propagul melalui kompetisi karbon, nitrogen, ion besi, oksigen
dan unsur penting lainnya. Sedangkan antagonis pada permukaan tanman meliputi
antibiosis, kompetisi dan predasi.
Mikoparasitisme dari Trichoderma Sp.
merupakan suatu proses yang kompleks dan terdiri dari beberapa tahap dalam
menyerang inangnya. Interaksi awal dari Trichoderma Sp. yaitu dengan cara
hifanya membelok ke arah jamur inang yang diserangnya, Ini menunjukkan adanya
fenomena respon kemotropik pada Trichoderma Sp. karena adanya rangsangan dari
hyfa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan oleh jamur inang. Ketika mikoparasit
itu mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang
tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-like structure),
mikoparasit ini juka terkadang mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi
sebagian dinding sel inang.
Mekanisme kerja Trichoderma spp.
(salah satunya adalah T. koningii) adalah menekan perkembangan JAP dengan
cara pembentukan antibiotik dan mikroparasitisme, kompetisi dan kolonisasi
rizomorfa. Mekanisme penghancuran Jamur Akar Putih (JAP) terjadi melalui proses
lisis miselium dan rizomorfa. Lisis merupakan proses enzimatik oleh enzim
selulose yang dihasilkan oleh T. koningii.
Jamur trichoderma merupakan salah
satu jenis jamur mikroparasitik/bersifat parasit terhadap jenis jamur lain.Nah
karena sifat2 inilah maka trichoderma dapat kita manfaatkan sebagai agen
biokontrol terhadap jenis2 jamur fitopatogen. Keuntungan dan keunggulanya
adalah mudah dimonitor dan dapat berkembang biak,sehingga keberadaanya di
lingkungan dapat bertahan.
IV.
KESIMPULAN
Dalam hasil percobaan yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
- Jamur Trikoderma sp dapat
menekan laju perkembangan jamur Collectrotikum
capsici pada cabai
- Penggunan jamur Trikoderma sp
sangat baik untuk tanaman karena dapat terurai dengan tanah.
- Kelebihan jamur Trikoderma dapat mudah diisolasi, dikembangkan, dan daya
adaptasinya luas.
- Bentuk
lain dari antagonisme adalah dengan penekanan perkecambahan propagul
melalui kompetisi karbon, nitrogen, ion besi, oksigen dan unsur penting
DAFTAR PUSTAKA
Baharia, S., 2000.
Uji Antagonis Beberapa Isolat Cendawan
Trichoderma Terhadap Pertumbuhan Colletotrichum capsici pada Buah Cabai. Skripsi Fakultas Pertanian UNTAD, Palu.
Djafaruddin, 2000. Dasar-dasar
Perlindungan Penyakit Tanaman. Budi
Aksara: Jakarta.
Gultom, J.M., 2008. Pengaruh Pemberian Beberapa Jamur Antagonis dengan
Berbagai
Tingkat Konsentrasi Untuk Menekan
Perkembangan
Jamur. Erlangga: Jakarta.
Sastrahidayat, I.R.,
1988. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional: Surabaya.
Semangun, H., 1994. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment