PENGENALAN
PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA
DI
LAMPUNG
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)
oleh
Alifia Rahma Andarini
1314121012
LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tanaman adalah terganggunya
fisiologis tanaman secara terus-menerus.Hal tersebut disebabkan oleh agen
primer berupa virus, bakteri, atau jamur. Proses infeksi agen primer didukung
oleh lingkungan.
Terjadinya penyakit dapat dilihat dari
gejala yang tampak pada tanaman.Selain itu, tanda dari agen primer (patogen)
dapat membantu mengetahui jenis patogen yang menginfeksi. Beberapa contoh
penyakit umumnya diberi nama menurut gejalanya.
Budidaya tanaman menjadi sektor mata
pencaharian sebagian penduduk provinsi Lampung.Tanaman yang dibudidaya pun
tidak sembarangan, perlu adanya pertimbangan mengenai faktor produksi dan hasil
yang didapatkan.Selain itu, meminimalkan penyebaran penyakit pada tanaman
budidaya. Oleh karena itu, praktikum Pengenalan Penyakit Penting Tanaman Utama
di Lampung dapat membantu kita dalam mengetahui beberapa jenis penyakit,
gejala, biologi agen primer serta cara pengendaliannya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini ialah;
1.
Mengetahui
jenis penyakit penting tanaman utama di Indonesia.
2.
Mengetahui
gejala, biologi, dan cara pengendaliannya.
II.
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ialah pisau, alat tulis, dan kamera.Sedangkan bahan yang digunakan
ialah spesimen tanaman yang menunjukkan gejala penyakit.
2.2 Prosedur
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan
praktikum ialah;
1.
Diamati
dan digambar gejala penyakit tanaman yang ada.
2.
Ditulis
nama penyakit dan patogen penyebabnya.
3.
Ditulis
biologi dan cara pengendaliannya.
III.
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan praktikum ini
ialah;
NO.
|
FOTO
|
GAMBAR
|
KETERANGAN
|
1.
|
|
|
Jamur
Akar Putih
Rigidoporus lignosus
|
2.
|
|
|
Busuk
Pangkal Batang
Ganoderma boninensis
|
3.
|
|
|
Layu
Fusarium
Fusarium oxysporum
|
4.
|
|
|
Layu
Bakteri
Ralstonia solanacearum
|
5.
|
|
|
Kerdil
Bunchy top virus
|
6.
|
|
|
Busuk
Buah
Phythophtora palmivora
|
7.
|
|
|
Virus
Tungro
Rice Tungro
Bacilliform Virus
|
8.
|
|
|
Blast
Padi
Pyricularia grisea
|
9.
|
|
|
Bulai
Jagung
Perenosclerospora maydis
|
10.
|
|
|
Gosong
Bengkak
Ustilago maydis
|
11.
|
|
|
Busuk
Pangkal Batang
Phythophtora capsici
|
12.
|
|
|
Karat
Daun Kopi
Hemileia vastatrix
|
3.2 Pembahasan
3.2.1
Jamur Akar Putih
pada Karet
Penyakit
pada tanaman karet yang disebabkan oleh Rigidoporus
microporus dan merupakan salah satu penyakit di provinsi Lampung. Penyakit
ini menimbulkan kematian pada tanaman karet, sehingga serangannya menurunkan
produktivitas kebun Menuruthasil
perhitungan
penurunanproduksi karet
keringterjadi rata-rata2.7kg/pohonatau54 kg/pohon/20tahun.
Jamur
Rigidoporus microporus memiliki
benang-benang (mycelium) berwarna putih yang mampu melakukan penetrasi langsung
ke dalam jaringan akar.Akar tanamanyangsakit akhirnyamembusuk, lunakdanberwarna
coklat.Gejalaini baru
terlihatapabiladaerahperakarandibuka.Daun-daun yang semula tampak hijau
segar berubah menjadiberwarna hijau gelap kusam, layu akhirnya kering dan gugur
kemudian diikuti kematian tanaman. Pada penyebarannya, tanaman yang mati karena
penyakit jamur akar putih akan menjadi sumber inokulum bagi tanaman di
sekitarnya (Jalil, 2012).
Pengendalian
dapat dilakukan dengan;
a. Membersihkan area penanaman karetdari sisa-sisa akar dantunggul
tanaman lainnya
dengan pembongkaran serta pembakaran agar tidak menjadi sumber penyakit.
b.
Menanamtanamanpenutuptanahminimalsatu tahun
lebihawaldaripenanamankaret.Tanaman yang dianjurkan adalah jenis kacang-kacanganCentrosema pubescens,
Pueraria
javanica. Membantu
aktivitas mikroba dalam pembusukan sehingga dapat menekan pertumbuhan jamur.
c. Sebelumpenanaman,lubangtanamditaburibiakan
jamurTrichodermaharzianumyang telahdicampur dengankompossebanyak200gram
perlubang
tanam (1kgT.harzianumdicampurdengan50kg
kompos/pupukkandang)
(Jalil, 2012).
Tanaman
inang yang diserang ialah karet, dan tanaman yang dijadikan inang alternatif
ialah manggis.
3.2.2
Busuk
Pangkal Batang pada Kelapa Sawit
Penyakit
ini memiliki gejala utama yaitu terhambatnya pertumbuhan.Warna daun menjadi
hijau pucat dan batang tanaman membusuk.Pada tanaman muda (belum menghasilkan),
gejala awal ditandai dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti
dengan nekrosis. Sedangkan pada tanaman dewasa, semua pelepah menjadi pucat,
daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak membuka (terjadinya akumulasi
daun tombak) dan suatu saat tanaman akan mati (Purba, 1993).
Penyebab
penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit yaitu jamur Ganoderma boninense, tergolong ke dalam filum Basidiomycota dan
famili Ganodermataceae (Alexopoulus et al,1996).Jamur Ganoderma boninense memiliki basidiokarp yang bervariasi.Permukaan
atas licin seperti pernis berwarna coklat kehitaman.Pada pertumbuhannya daerah
perbatasan berwarna oranye kekuningan serta putih pada ujungnya. Permukaan pori
berwarna putih hingga krem dengan kerapatan 4-5/mm. Tebal kutis 0,07 mm,
biasanya dilapisi lapisan tipis oranye atau kuning. Kutis ini mengandung
hymenoderma dan pada ujung hymenoderma mengandung amyloid. Pori- pori berbentuk
bulat dengan diameter 90- 380 (155) μ. Basidiospora berbentuk ovoid hingga
ellipsoid berwarna kecokelatan dengan ukuran 13,5 (10,0) x 4,5 – 7 (5,9) μm
yang bersifat bitunikatus (Holliday, 1980).
Adapun
pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:
1.
Pembibitan,
menggunakan tanah bebas Ganoderma boninense
dengan cara mengayak tanah sebagai media tanam atau tandan kosong kelapa sawit
sebanyak 400 kg per lubang per tahun dan Trichoderma
sp. sebanyak 400 gram per lubang.
2.
Sanitasi
tanaman terinfeksi dengan cara membuang, mencacah, dan membakar akar dan
seluruh tanaman.
3.
Membuat
parit isolasi secara individual atau kelompok. Parit isolasi individual dibuat
dengan ukuran 4 x 4 meter.
Tanaman
inang jamur Ganoderma boninense ialah
kelapa sawit, sedangkan sebagai inang altenatifnya ialah manggis tetapi dengan
spesies jamur berbeda yaitu Ganoderma pseudoferreum.
3.2.3
Layu Fusarium
pada Pisang
Penyakit
layu fusarium disebabkan jamur Fusarium
Oxysporum f. Sp Cubense (FOC).Penyakit ini menular melalui tanah (soil
borne), menyerang akar dan masuk ke dalam bonggol pisang.Di dalam bonggol ini
jamur merusak pembuluh sehingga menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati.
Kingdom : Fungi
Filum : Deuteromycota
Kelas :
Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Family : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum
Tipe
gejala berupa nekrotik hipoplastik.Gejala penyakit layu Fusarium yaitu;
1.
Daun
tua menguning dimulai dari pinggir daun.
2.
Pecah
batang, perubahan warna pada saluran pembuluh (pseudo steam).
3.
Ruas
daun memendek.
4.
Perubahan
warna pada bonggol pisang
5.
Batang
yang terserang mengeluarkan bau busuk(Muhidin,1993)
Cara
pengendaliaannya antara lain:
1.
Perlakuan
tanah.
2.
Penanaman
varietas tahan.
3.
Mencegah
infeksi tanah.
4.
Pemakaian
fungisida.
5.
Mengendalikan
populasi nematoda.
6.
Alternatif
lain untuk mengendalikan penyakit layu fusarium adalah dengan
memanfaatkan mikroba agen pengendali hayati. Pengendalian dengan cara ini
dilaporkan cukup efektif dan belum ada yang melaporkan timbulnya ketahanan
jamur patogen terhadap agen pengendali hayati.
Tanaman
inang yang dijangkiti penyakit Layu Fusarium ialah pisang, dan diketahui bahwa
inang alternatifnya ialah tomat.
3.2.4
Layu Bakteri
pada Pisang
Gejala
tampak menjelang tumbuhnya.Daun muda dari ibu tulang daun ke tepi daun tampak berwarna
coklat kekuning-kuningan.Kondisi ini berlangsung hingga buah menjelang
masak.Satu minggu setelah gejala pertama, semua daun tua menguning dan kering
lalu menjadi coklat dan tanaman menjadi layu.Jantung pisang mengerut dan
kering. Perkembangan buah terlambat, di mana pada saat buah hampir masak
buah berwarna kuning coklat dan busuk, daging buah menjadi cairan seperti
lendir berwarna merah kecoklatan yang mengandung banyak bakteri. Selanjutnya
apabila batang dipotong melintang akan mengeluarkan cairan yang berwarna coklat
kemerahan dan berbau kurang sedap (Hadiyanti, 2003). Gejala pada batang menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan berat menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhenti sama sekali dan dalam waktu singkat tanaman mejadi layu,
akhirnya mati.Buah yang terserang berwarna kuning kecoklatan, nampak seperti
hangus, busuk, kemudian gugur (Gaumann, 1921).
Karakteristik
patogen yaitu;
a.
Bakteriinidapat bertahandidalamtanah.
b.
Bakteriini dapatmenginfeksiakar-akartanaman melalui
luka-luka.
c.
Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu transportasi air tanaman inang, akibatnya
kelihatan tanaman menjadilayu,menguningdankerdil,danbiasanya
dalam
beberapaharitanamanakanmati.
d.
Bila batang
tanaman
yang sakit dipotong dan potongan tersebut
dimasukkankedalamgelas/wadahberisiair,yangjernih,
kemudian dibiarkanbeberapalama,akankeluareksudat(cairanberwarna
putih
kotor)yang
berisi jutaan
bakteri.
e.
Ditinjaudarisegi
morfologidanfisiologinya,R.solanacearummerupakan
bakterigramnegatif, berbentuk
batang dengan ukuran0,5-0,7x
1,5-2,5μm,berflagela,bersifat aerobik,tidakberkapsula,sertamembentukkoloni berlendirberwarnaputih
f.
Tanaman inang alternatif yaitu tembakau (Ratmawati,2013).
Pengendalian
dilakukan dengan cara;
1.
Pemotongan
seluruh bagian tanaman yang terkena penyakit, lalu dilakukan pembakaran.
2.
Pencegahan
penyebaran melalui pencucian dengan larutan klorok, alat-alat pertanian yang
berkontak langsung dengan tanaman sakit.
3.
Pengisolasian
isolate bakteri antagonis.
4.
Pemberian
bakterisida.
3.2.5
Kerdil pada
Pisang
Dikenal
sebagai Bunchy top virus atau Banana
Virus 1.Sampai sekarang sifat virus tersebut belum diketahui dan belum dapat
dimurnikan.Mudah disebarkan melalui bahan tanaman dan kutu daun.Tidak dapat
ditularkan melalui alat pertanian atau cairan tanaman sakit.Perkembangan pernyakit
dibantu oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah dan keadaan yang terlindung.Di
dataran tinggi penularan penyakit oleh vektornya lebih baik.
Timbulnya
gejala bervariasi dan bergantung pada umur tanaman.Pangkal daun kedua atau
ketiga, apabila dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya tembus, akan tampak
adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus. Punggung tangkai daun
sering terdapat garir-garis hijau tua.Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih
sebagai gejala pertama terjadinya infeksi.
Daun
muda lebih tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih pendek dari
biasanya, menguning sepanjang tepinya, dan mengering.Daun menjadi rapuh dan
mudah patah.Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada
ujung batang palsu.
Pengendalian
dilakukan dengan menanam bibit yang sehat dan sanitasi kebun dengan
membersihkan tanaman inang seperti (Musatextiles),
Heliconia spp dan Canna spp, pembongkaran rumpun
sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada tunas yang hidup. Cara lain
adalah dengan menggunakan insektisida sistemik untuk mengendalikan vektor
terutama di pesemaian (Agrios, 1995).
3.2.6
Busuk Buah pada
Kakao
Penyakit
ini disebabkan oleh jamur Phythophtora
palmivora.Penyakit busuk buah kakao adalah salah satu penyakit penting yang
sering menyerang tanaman kakao.Cendawan Phythoptora
palmivora sebenarnya juga dapat menginfeksi pada bagian tanaman kakao
lainnya seperti batang, daun, tunas, bahkan bunga.Dampak negatif serangan pada
bagian tanaman lainnya tersebut tidak sebesar jika cendawan ini menginfeksi
buah.
Timbulnya
bercak-bercak hitam pada bagian kulit luar buah merupakan gejala yang tampak
pada penyakit busuk buah. Bercak-bercak hitam tersebut akan meluas hingga menutupi
semua bagian kulit buah jika tidak segera dikendalikan. Penyakit ini dapat
menyerang semua fase pertumbuhan buah, mulai dari buah pentil hingga buah dalam
fase kemasakan. Buah yang terserang penyakit busuk buah akan tampak hitam arang
dan jika disentuh akan terasa basah membusuk.
Penyakit
ini dapat menyebar dari satu buah yang terinfeksi ke buah lainnya melalui
beberapa media seperti sentuhan langsung antarbuah, percikan air, dibawa oleh
hewan (semut atau tupai), bahkan oleh tiupan angin. Penyebaran busuk buah akan
semakin cepat jika kondisi kebun terlalu lembab karena jamur Phythoptora palmivora dapat tumbuh subur
pada daerah yang lembab.
Penyakit
busuk buah kakao dapat dicegah melalui penggunaan klon tahan busuk buah seperti
DRC 16, SCA 6, SCA 12, ISC 6, dan hibridanya. Pemupukan yang berimbang,
sanitasi kebun yang dilakukan secara berkala, pemangkasan pohon penaung,
pemangkasan pohon kakao, dan panen sesering mungkin. Sedangkan jika penyakit
busuk buah sudah menyerang, tindakan pengendalian yag dapat dilakukan antara
lain dengan pemangkasan untuk meminimalisasi kelembaban kebun, sanitasi dan
pemusnahan buah yang terserang, dan penggunaan fungisida tembaga kontak seperti
Nordox, Cupravit, dan Copper Sandoz dengan interval 2 minggu sekali.
3.2.7
Virus Tungro
pada Padi
Virus
tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi
multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya.Sejumlah
species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix virescens
merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai
keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh
virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan
mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.Penyakit
tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang
Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro
Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan
serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama.
Gejala
penyakit tungro umumnya muncul kurang lebih seminggu setelah inokulasi, dimulai
dari adanya diskolorasi kekuningan pada ujung daun muda, kemudian diikuti
klorosis di antara vena daun.Tanarnan yang sakit parah mcmpunyai anakan
sedikit, pertumbuhan akar terhambat, sangat kerdil, dan menghasilkan panikel
yang kecil dengan bulir-bulir gabah kosong. Gejala penyakit akan persisten pada
varietas yang rentan, sedangkan pada varietas yang agak tahan gejala tidak
berkembang pada daun muda dan ada kecenderungan sehat kembali.
Siklus
Penyakit Tungro
Sumber
inokulum penyakit tungro terdapat pada tanaman padi, singgang serta
rumput-inang yang sakit.Serangga penular virus tungro menularkan virus secara
non persisten.Serangga penular penyakit tungro terutama adalah wereng hijau
dari spesies Nephotetix virescens dan
N. nigropictus.
Pada
prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung artinya,
tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan.Pengendalian bertujuan
untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang
menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada
terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas
dan efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
1. Waktu tanam tepat
2. Tanam serempak
3. Menanam varietas tahan
4. Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
5. Pemupukan N yang tepat
6. Penggunaan pestisida
3.2.8
Blast pada Padi
Jamur
Pyricularia grisea (Cooke) Sacc.atauPricularia oryzae ialah penyebab
penyakit blast pada padi.Jamur ini termasuk ke dalam kelompok
Ascomycetes.Konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat
dua.Jamur ini bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di
seluruh dunia.
Gejala
penyakit blas dapat tampak pada hampir seluruh bagian tanaman padi.Gejala dapat
berupa bercak pada daun, malai, batang, dan bulir padi.Blas daun berupa
bercak-bercak berbentuk belah ketupat dengan ujung runcing.Pusat bercak
berwarna kelabu atau putih dengan tepi berwarna cokelat kemerahan.Infeksi pada
malai menyebabkan gejala yang khas berupa membusuknya tangkai malai yang umum
disebut sebagai busuk leher (neck rot). Jika busuk leher terjadi sebelum masa
pengisian bulir, maka gabah akan hampa. Gejala serangan pada batang berupa
busuk dan mudah rebah.
Pengendalian
Penyakit ini antara lain:
· Penanaman
varietas tahan
· Pembenaman
jerami
· Pemupukan
berimbang
· Waktu tanam yang
tepat dan perlakuan benih
· Pengendalian
secara kimiawi dengan fungisida
3.2.9
Bulai pada
Jagung
Penyakit
bulai jagung atau Downy Mildew disebabkan oleh cendawan Peronosclerosporamaydis.Kehilangan
hasil jagung akibat penularan penyakit ini dapat mencapai 100% pada varietas
rentan.Pada
tanaman yang sakit akan terlihat
adanya warna putih sampai kekuningan pada permukaan daun, diikuti oleh
garis-garis klorotik, daun berbentuk kaku, tegak dan menyempit, bentuk tongkol
tidak normal. Ciri lainnya, pada pagi hari di sisi bawah daun terdapat lapisan
berbulu halus berwarna putih yang terdiri atas konidiofor dan konidium jamur.
Penyakit
bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas ke seluruh
bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat).Gejala sistemik terjadi
bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh, sehingga semua daun
terinfeksi.Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda umumnya
tidak menghasilkan buah.Bila infeksi terjadi pada tanaman yang sudah tua, buah
masih terbentuk tetapi tidak sempurna dan tanaman kerdil.
3.2.10
Gosong pada
Jagung
Jamur
Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC merupakan agen penyebar penyakit gosong pada
jagung.Cendawan masuk ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan terbentuk
kelenjar (gall) pada tongkol jagung.Spora tersebar karena pembungkus
rusak.Tanaman inang alternative belum diketahui.
Pengendalian
dilakukan dengan cara pengeringan dan irigasi agar kelembaban di areal
pertanaman dapat terjaga. Selanjutnya memotong bagian tanaman yang sakit lalu
dibakar.Dan benih dicampurkan dengan fungisida sebelum ditanam.
3.2.11
Busuk Pangkal
Batang pada Lada
Jamur
Phytophthora capsiciadalah patogen
penyebab penyakit Busuk Pangkal Batang pada lada. Penyakit ini sangat ditakuti
petani karena dapat menyebar dengan cepat dan mematikan tanaman dalam waktu
singkat (Manohara et al., 2005)
Kelayuan
tanaman menunjukkan serangan telahlanjut.Selain itu, pangkal batang yang terserang
menjadi berwarna hitam.Terdapat lendir kebiruan di permukaannya apabila keadaan
lembab. Dan pada akhirnya tanaman akan mati. Serangan P. capsici pada daun menyebabkan gejala bercak daun pada bagian
tengahatau tepi daun. Sepanjang tepi bercak tersebut bagian gejala berwarna
hitambergerigi seperti renda yang akan nampak jelas bila gejala masih segar.
Daun-daun
sakit merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang sehat yang berada
didekatnya.Infeksi pada daun biasanya terjadi setelah turun hujan.Apabila
selama waktu hujan angin kencang, maka propagul P. capsici dapat terbawa dan menyebar kedaun tanaman di sekitarnya.
Apabila serangan patogen terjadi pada satu tanamandalam suatu kebun, maka dapat
diperkirakan 1-2 bulan kemudian penyakit akanmenyebar ke tanaman di sekitarnya.
Penyebaran penyakit akan lebih cepat padamusim hujan, terutama pada pertanaman
lada yang disiang bersih.
Adapun
pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Penggunaan
Varietas Natar I yang merupakan salah
satu varietas resisten
2.
Aplikasi
agen hayati Trichoderma harzianum untuk semua tanaman lada di area
pertanaman
3. Pemupukan
N,P,K,Mg dengan perbandingan unsur K lebih tinggi dari N. Unsur K yang relatif
tinggi akan memperkuat jaringan tanaman
4. Sanitasi
lahan
5. Penggunaan
fungisida
3.2.12
Karat Daun pada
Kopi
Penyakit
karat daun kopi (coffee leaf rust) adalah penyakit dengan gejala nekrosa
lokal.Penyakit tersebut yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrixdan
merupakan penyakit kopi paling penting di seluruh dunia, dan merupakan penyakit
terpenting pada tanaman kopi arabika di Indonesia.Penyakit ini dapat
menyebabkan kehilangan hasil hingga 50%. Sisi bawah daun yang terserang karat
menunjukkan adanya bercak-bercak yang semula berwarna kuning muda yang akhirnya
akan menjadi kuning tua.
Pada
bercak terbentuk tepung berwarna jingga cerah (bright orange) yang terdiri atas
urediospora jamur.Bercak tua berwarna coklat tua berwarna coklat tua sampai
hitam dan mongering.Daun-daun akhirnya gugur sehingga pohon menjadi gundul (Semangun,
1990).
Jamur
Hemileliavastatrixyang dapat menginfeksi tanaman kopi lain tanpa
melalui tanaman inang perantara. Jamur ini mempunyai urediospora yang semula
bulat, tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring jeruk.Setelah masak
isinya berwarna jingga, tetapi dindingnya tetap tidak berwarna.Sisi luar yang
cembung mempunyai duri, sedang sisi lainnya tetap halus, ukurannya berkisar
antara 26-40 x 20-30 µm.
Siklus hidup jamur ini dimulai dengan perkecambahan
urediospora melalui kuman pori – pori pada spora. H. Vastatrix bersifat
parasit obligat, yang hanya dapat hidup jika memarasit jaringan hidup.Penyebaran
penyakit ini melalui urediospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban, spora yang telah matang
dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air
yang mengandung udara.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara berikut;
1.
Penggunaan varietas tahan atau toleran
Varietas tahan merupakan salah satu komponen
pengendalian hama terpadu yang mudah diterapkan, murah dan tidak mencemari
lingkungan. Varietas tanaman kopi yang dianjurkan adalah S 795, S 1934, USDA
62, Kartika 1 dan 2.
2.
Pengendalian secara biologi
Jamur
Verticillium adalah hiperparasit (jamur parasiy yang dapat memarasit
jamur lain) pada penyakit karat daun kopi.Urediospora H. Vastatrix berwarna
putih pada pemukaan gejala karat daun. Selain itu, isolat bakteri Bacillus
spp dan Pseudomonas spp yang diisolasidari pertanaman kopi organik
di Brazil dilaporkan berpotensi untuk dikembangkan sebagai agens hayati dari H.vastatrix.
3.
Pengendalian
secara kultur teknis
Pengendalian
secara kultur teknis dilakukan dengan menyiangi gulma dua sampai tiga kali,
memupuk dua kali setahun (awal dan akhir musim panen) dengan pypuk kandang dan
NPK yang dosisnya disesuaikan dengan umur tanaman, memangkas tanaman (pangkas
lepas panen, pangkas tunas/cabang tidak produktif dan menghilangkan tunas
tunas air), serta mengatur intensitas
naungan.
4.
Pengendalian
dengan fungisida
Fungisida
yang direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit karat daun kopi antara lain
fungisida protektan yaitu oksiklorida tembaga, hidroksi tembaga mankozeb dan
kaptafol, serta fungisida sistemik yaitu benomil,triadimefon, dinikonazol,
heksakonazol, propikonazol dan spirokonazol.
5.
Karantina
Meskipun H. Vastatrix telah tersebar
di dalam maupun luar negeri, namun karena adanya perbedaan dalam rasnya,
sebaiknya diadakan pembatasan dalam pemasukan bahan tanaman kopi hidup di
daerah ataupun negara lain.
IV.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah;
1.
Penyakit
penting pada tanaman utama di Lampung umumnya dibagi menurut jenis patogen yang
menginfeksi, contohnya jamur, virus, dan bakteri. Selain itu, terdapat
pembagian menurut jenis gejalanya seperti nekrotik, hipoplasia, atau
hiperplasia. Dan menurut letak gejalanya dibagi menjadi lokal dan sistemik.
2.
Gejala
pada penyakit menyebar melalui tanah, benih, udara, dan air. Gejala tampak pada
usia infeksi yang telah lanjut sehingga umumnya pengendalian sulit dilakukan.
3.
Pengetahuan
mengenai bioekologi patogen diperlukan untuk mengefisienkan pengendalian
penyebaran penyakit.
4.
Cara
pengendalian pada pathogen jamur dilakukan dengan pembakaran dan penyemprotan
fungisida. Pada bakteri dilakukan dengan pencacahan dan pembakaran seluruh bagian
tanaman. Sedangkan virus dengan pembakaran seluruh tanaman yang telah
terinfeksi penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulus,
C.J, Mims C.W, & Blackwell, M. 1996.Introductory
mycology. 4th
Edition. John Wiley
&Sons :Canada
Agrios
N. George. 1995. Ilmu Penyakit Tanaman
.Terjemahan dari Plant Pathology.
Ir.
Munzir Busnia. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
Gaumann, 1921.Onderzoekeningen
over de bloedziekte der bananaen op Celebes. I
& II. Madedelingen van het Instituut voor
Plantenziekten
di Sumatera
Selatan. Departemen Pertanian. BPTP. Sumatera Selatan
Holliday,
P. 1980. Fungus diseases of tropical
crops.Cambridge University Press.
Cambridge
: UK. 607 p
Jalil.
2012. Pengendalian Jamur Akar Putih Pada
Budidaya Karet. Balai Pengkajian
Teknologi
Pertanian Riau : Pekanbaru
Manohara
D, Wahyuno D & Noveriza R. 2005.Penyakit busuk pangkal batang
tanamanlada
dan strategi pengendaliannya.Perkembangan Teknologi
TRO 17:41-51.
Semangun,
H. 1990. Penyakit-penyakit tanaman
perkebunan di Indonesia. Gadjah
Mada
University Press.Yogyakarta. 808 p
Purba,
R.Y., Puspa, W., & Suwandi. 1987. Pengaruh
pemupukan hara makro
terhadap
perkembangan busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) pada kelapa
sawit di kebun
Adolina-Sumatera Utara
Ratmawati, Ika. 2013. Mengenal Lebih Dekat Penyakit Layu BakteriRalstonia
solanacearumPada Tembakau. Dinas Perkebunan dan Kehutanan:
Probolinggo.
0 comments:
Post a Comment