Saturday, April 15, 2017

PENGENALAN PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA DI LAMPUNG

PENGENALAN PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA
DI LAMPUNG
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)








oleh

Alifia Rahma Andarini
1314121012











LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015


I.                   PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Penyakit tanaman adalah terganggunya fisiologis tanaman secara terus-menerus.Hal tersebut disebabkan oleh agen primer berupa virus, bakteri, atau jamur. Proses infeksi agen primer didukung oleh lingkungan.

Terjadinya penyakit dapat dilihat dari gejala yang tampak pada tanaman.Selain itu, tanda dari agen primer (patogen) dapat membantu mengetahui jenis patogen yang menginfeksi. Beberapa contoh penyakit umumnya diberi nama menurut gejalanya.

Budidaya tanaman menjadi sektor mata pencaharian sebagian penduduk provinsi Lampung.Tanaman yang dibudidaya pun tidak sembarangan, perlu adanya pertimbangan mengenai faktor produksi dan hasil yang didapatkan.Selain itu, meminimalkan penyebaran penyakit pada tanaman budidaya. Oleh karena itu, praktikum Pengenalan Penyakit Penting Tanaman Utama di Lampung dapat membantu kita dalam mengetahui beberapa jenis penyakit, gejala, biologi agen primer serta cara pengendaliannya.

1.2  Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini ialah;
1.      Mengetahui jenis penyakit penting tanaman utama di Indonesia.
2.      Mengetahui gejala, biologi, dan cara pengendaliannya.











II.                METODOLOGI PERCOBAAN


2.1  Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ialah pisau, alat tulis, dan kamera.Sedangkan bahan yang digunakan ialah spesimen tanaman yang menunjukkan gejala penyakit.

2.2  Prosedur

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum ialah;
1.      Diamati dan digambar gejala penyakit tanaman yang ada.
2.      Ditulis nama penyakit dan patogen penyebabnya.
3.      Ditulis biologi dan cara pengendaliannya.























III.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1  Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan praktikum ini ialah;

NO.
FOTO
GAMBAR
KETERANGAN
1.



Jamur Akar Putih
Rigidoporus lignosus
2.



Busuk Pangkal Batang
Ganoderma boninensis

3.



Layu Fusarium
Fusarium oxysporum

4.



Layu Bakteri
Ralstonia solanacearum
5.



Kerdil
Bunchy top virus


6.



Busuk Buah
Phythophtora palmivora
7.



Virus Tungro
Rice Tungro Bacilliform Virus
8.



Blast Padi
Pyricularia grisea
9.



Bulai Jagung
Perenosclerospora maydis
10.



Gosong Bengkak
Ustilago maydis
11.



Busuk Pangkal Batang
Phythophtora capsici
12.



Karat Daun Kopi
Hemileia vastatrix
3.2  Pembahasan

3.2.1        Jamur Akar Putih pada Karet
Penyakit pada tanaman karet yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus dan merupakan salah satu penyakit di provinsi Lampung. Penyakit ini menimbulkan kematian pada tanaman karet, sehingga serangannya menurunkan produktivitas kebun Menuruthasil perhitungan penurunanproduksi karet keringterjadi rata-rata2.7kg/pohonatau54 kg/pohon/20tahun.

Jamur Rigidoporus microporus memiliki benang-benang (mycelium) berwarna putih yang mampu melakukan penetrasi langsung ke dalam jaringan akar.Akar tanamanyangsakit akhirnyamembusuk, lunakdanberwarna coklat.Gejalaini baru terlihatapabiladaerahperakarandibuka.Daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadiberwarna hijau gelap kusam, layu akhirnya kering dan gugur kemudian diikuti kematian tanaman. Pada penyebarannya, tanaman yang mati karena penyakit jamur akar putih akan menjadi sumber inokulum bagi tanaman di sekitarnya (Jalil, 2012).

Pengendalian dapat dilakukan dengan;
a.       Membersihkan area penanaman karetdari sisa-sisakadantunggul tanamalainnya dengan pembongkaran serta pembakaran agar tidak menjadi sumber penyakit.
b.      Menanamtanamanpenutuptanahminimalsatu tahun lebihawaldaripenanamankaret.Tanaman yandianjurkaadalajenis  kacang-kacanganCentrosema   pubescens,   Pueraria javanicaMembantu aktivitas mikroba dalam pembusukan sehingga dapat menekan pertumbuhan jamur.
c.       Sebelumpenanaman,lubangtanamditaburibiakan jamurTrichodermaharzianumyang telahdicampur dengankompossebanyak200gram perlubang tanam (1kgT.harzianumdicampurdengan50kg kompos/pupukkandang) (Jalil, 2012).

Tanaman inang yang diserang ialah karet, dan tanaman yang dijadikan inang alternatif ialah manggis.

3.2.2        Busuk Pangkal Batang pada Kelapa Sawit
Penyakit ini memiliki gejala utama yaitu terhambatnya pertumbuhan.Warna daun menjadi hijau pucat dan batang tanaman membusuk.Pada tanaman muda (belum menghasilkan), gejala awal ditandai dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti dengan nekrosis. Sedangkan pada tanaman dewasa, semua pelepah menjadi pucat, daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak membuka (terjadinya akumulasi daun tombak) dan suatu saat tanaman akan mati (Purba, 1993).
Penyebab penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit yaitu jamur Ganoderma boninense, tergolong ke dalam filum Basidiomycota dan famili Ganodermataceae (Alexopoulus et al,1996).Jamur Ganoderma boninense memiliki basidiokarp yang bervariasi.Permukaan atas licin seperti pernis berwarna coklat kehitaman.Pada pertumbuhannya daerah perbatasan berwarna oranye kekuningan serta putih pada ujungnya. Permukaan pori berwarna putih hingga krem dengan kerapatan 4-5/mm. Tebal kutis 0,07 mm, biasanya dilapisi lapisan tipis oranye atau kuning. Kutis ini mengandung hymenoderma dan pada ujung hymenoderma mengandung amyloid. Pori- pori berbentuk bulat dengan diameter 90- 380 (155) μ. Basidiospora berbentuk ovoid hingga ellipsoid berwarna kecokelatan dengan ukuran 13,5 (10,0) x 4,5 – 7 (5,9) μm yang bersifat bitunikatus (Holliday, 1980).

Adapun pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:
1.      Pembibitan, menggunakan tanah bebas Ganoderma boninense dengan cara mengayak tanah sebagai media tanam atau tandan kosong kelapa sawit sebanyak 400 kg per lubang per tahun dan Trichoderma sp. sebanyak 400 gram per lubang.
2.      Sanitasi tanaman terinfeksi dengan cara membuang, mencacah, dan membakar akar dan seluruh tanaman.
3.      Membuat parit isolasi secara individual atau kelompok. Parit isolasi individual dibuat dengan ukuran 4 x 4 meter.

Tanaman inang jamur Ganoderma boninense ialah kelapa sawit, sedangkan sebagai inang altenatifnya ialah manggis tetapi dengan spesies jamur berbeda yaitu Ganoderma pseudoferreum.

3.2.3        Layu Fusarium pada Pisang
Penyakit layu fusarium disebabkan jamur Fusarium Oxysporum f. Sp Cubense (FOC).Penyakit ini menular melalui tanah (soil borne), menyerang akar dan masuk ke dalam bonggol pisang.Di dalam bonggol ini jamur merusak pembuluh sehingga menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati.

Kingdom   : Fungi
Filum         : Deuteromycota
Kelas         : Deuteromycetes 
Ordo          : Moniliales
Family       : Tuberculariaceae
Genus        : Fusarium
Spesies      : Fusarium oxysporum


Tipe gejala berupa nekrotik hipoplastik.Gejala penyakit layu Fusarium yaitu;
1.      Daun tua menguning dimulai dari pinggir daun.
2.      Pecah batang, perubahan warna pada saluran pembuluh (pseudo steam).
3.      Ruas daun memendek.
4.      Perubahan warna pada bonggol pisang
5.      Batang yang terserang mengeluarkan bau busuk(Muhidin,1993)

Cara pengendaliaannya antara lain:
1.      Perlakuan tanah.
2.      Penanaman varietas tahan.   
3.      Mencegah infeksi tanah.
4.      Pemakaian fungisida. 
5.      Mengendalikan populasi nematoda.
6.      Alternatif lain untuk  mengendalikan penyakit layu fusarium adalah dengan memanfaatkan mikroba agen pengendali hayati. Pengendalian dengan cara ini dilaporkan cukup efektif dan belum ada yang melaporkan timbulnya ketahanan jamur patogen terhadap agen pengendali hayati.

Tanaman inang yang dijangkiti penyakit Layu Fusarium ialah pisang, dan diketahui bahwa inang alternatifnya ialah tomat.

3.2.4        Layu Bakteri pada Pisang
Gejala tampak menjelang tumbuhnya.Daun muda dari ibu tulang daun ke tepi daun tampak berwarna coklat kekuning-kuningan.Kondisi ini berlangsung hingga buah menjelang masak.Satu minggu setelah gejala pertama, semua daun tua menguning dan kering lalu menjadi coklat dan tanaman menjadi layu.Jantung pisang mengerut dan kering. Perkembangan buah terlambat, di mana pada saat buah hampir masak  buah berwarna kuning coklat dan busuk, daging buah menjadi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan yang mengandung banyak bakteri. Selanjutnya apabila batang dipotong melintang akan mengeluarkan cairan yang berwarna coklat kemerahan dan berbau kurang sedap (Hadiyanti, 2003). Gejala pada batang menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan berat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhenti sama sekali dan dalam waktu singkat tanaman mejadi layu, akhirnya mati.Buah yang terserang berwarna kuning kecoklatan, nampak seperti hangus, busuk, kemudian gugur (Gaumann, 1921).







Karakteristik patogen yaitu;
a.      Bakteriinidapat bertahandidalamtanah.
b.      Bakteriini dapatmenginfeksiakar-akartanaman melalui luka-luka.
c.       Patogen   ini   menyerang   jaringan   pengangkutan   air   sehingga mengganggu   transportasi  aitanaman   inangakibatnya   kelihatan tanaman menjadilayu,menguningdankerdil,danbiasanya dalam beberapaharitanamanakanmati.
d.      Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut dimasukkankedalamgelas/wadahberisiair,yangjernih, kemudian dibiarkanbeberapalama,akankeluareksudat(cairanberwarna putih kotor)yang berisi jutaan bakteri.
e.       Ditinjaudarisegi morfologidanfisiologinya,R.solanacearummerupakan bakterigramnegatif, berbentuk batang dengan ukuran0,5-0,7x 1,5-2,5μm,berflagela,bersifat aerobik,tidakberkapsula,sertamembentukkoloni berlendirberwarnaputih
f.        Tanaman inang alternatif yaitu tembakau (Ratmawati,2013).

Pengendalian dilakukan dengan cara;
1.      Pemotongan seluruh bagian tanaman yang terkena penyakit, lalu dilakukan pembakaran.
2.      Pencegahan penyebaran melalui pencucian dengan larutan klorok, alat-alat pertanian yang berkontak langsung dengan tanaman sakit.
3.      Pengisolasian isolate bakteri antagonis.
4.      Pemberian bakterisida.

3.2.5        Kerdil pada Pisang
Dikenal sebagai Bunchy top virus atau Banana Virus 1.Sampai sekarang sifat virus tersebut belum diketahui dan belum dapat dimurnikan.Mudah disebarkan melalui bahan tanaman dan kutu daun.Tidak dapat ditularkan melalui alat pertanian atau cairan tanaman sakit.Perkembangan pernyakit dibantu oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah dan keadaan yang terlindung.Di dataran tinggi penularan penyakit oleh vektornya lebih baik.

Timbulnya gejala bervariasi dan bergantung pada umur tanaman.Pangkal daun kedua atau ketiga, apabila dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya tembus, akan tampak adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus. Punggung tangkai daun sering terdapat garir-garis hijau tua.Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai gejala pertama terjadinya infeksi.

Daun muda lebih tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih pendek dari biasanya, menguning sepanjang tepinya, dan mengering.Daun menjadi rapuh dan mudah patah.Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu.
Pengendalian dilakukan dengan menanam bibit yang sehat dan sanitasi kebun dengan membersihkan tanaman inang seperti (Musatextiles), Heliconia spp dan Canna spp, pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada tunas yang hidup. Cara lain adalah dengan menggunakan insektisida sistemik untuk mengendalikan vektor terutama di pesemaian (Agrios, 1995).

3.2.6        Busuk Buah pada Kakao
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phythophtora palmivora.Penyakit busuk buah kakao adalah salah satu penyakit penting yang sering menyerang tanaman kakao.Cendawan Phythoptora palmivora sebenarnya juga dapat menginfeksi pada bagian tanaman kakao lainnya seperti batang, daun, tunas, bahkan bunga.Dampak negatif serangan pada bagian tanaman lainnya tersebut tidak sebesar jika cendawan ini menginfeksi buah.

Timbulnya bercak-bercak hitam pada bagian kulit luar buah merupakan gejala yang tampak pada penyakit busuk buah. Bercak-bercak hitam tersebut akan meluas hingga menutupi semua bagian kulit buah jika tidak segera dikendalikan. Penyakit ini dapat menyerang semua fase pertumbuhan buah, mulai dari buah pentil hingga buah dalam fase kemasakan. Buah yang terserang penyakit busuk buah akan tampak hitam arang dan jika disentuh akan terasa basah membusuk.

Penyakit ini dapat menyebar dari satu buah yang terinfeksi ke buah lainnya melalui beberapa media seperti sentuhan langsung antarbuah, percikan air, dibawa oleh hewan (semut atau tupai), bahkan oleh tiupan angin. Penyebaran busuk buah akan semakin cepat jika kondisi kebun terlalu lembab karena jamur Phythoptora palmivora dapat tumbuh subur pada daerah yang lembab.

Penyakit busuk buah kakao dapat dicegah melalui penggunaan klon tahan busuk buah seperti DRC 16, SCA 6, SCA 12, ISC 6, dan hibridanya. Pemupukan yang berimbang, sanitasi kebun yang dilakukan secara berkala, pemangkasan pohon penaung, pemangkasan pohon kakao, dan panen sesering mungkin. Sedangkan jika penyakit busuk buah sudah menyerang, tindakan pengendalian yag dapat dilakukan antara lain dengan pemangkasan untuk meminimalisasi kelembaban kebun, sanitasi dan pemusnahan buah yang terserang, dan penggunaan fungisida tembaga kontak seperti Nordox, Cupravit, dan Copper Sandoz dengan interval 2 minggu sekali.




3.2.7        Virus Tungro pada Padi
Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya.Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama.

Gejala penyakit tungro umumnya muncul kurang lebih seminggu setelah inokulasi, dimulai dari adanya diskolorasi kekuningan pada ujung daun muda, kemudian diikuti klorosis di antara vena daun.Tanarnan yang sakit parah mcmpunyai anakan sedikit, pertumbuhan akar terhambat, sangat kerdil, dan menghasilkan panikel yang kecil dengan bulir-bulir gabah kosong. Gejala penyakit akan persisten pada varietas yang rentan, sedangkan pada varietas yang agak tahan gejala tidak berkembang pada daun muda dan ada kecenderungan sehat kembali.

Siklus Penyakit Tungro
Sumber inokulum penyakit tungro terdapat pada tanaman padi, singgang serta rumput-inang yang sakit.Serangga penular virus tungro menularkan virus secara non persisten.Serangga penular penyakit tungro terutama adalah wereng hijau dari spesies Nephotetix virescens dan N. nigropictus.

Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung artinya, tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan.Pengendalian bertujuan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
1.    Waktu tanam tepat
2.    Tanam serempak
3.    Menanam varietas tahan
4.    Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
5.    Pemupukan N yang tepat
6.    Penggunaan pestisida


3.2.8        Blast pada Padi
Jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc.atauPricularia oryzae ialah penyebab penyakit blast pada padi.Jamur ini termasuk ke dalam kelompok Ascomycetes.Konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua.Jamur ini bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di seluruh dunia.

Gejala penyakit blas dapat tampak pada hampir seluruh bagian tanaman padi.Gejala dapat berupa bercak pada daun, malai, batang, dan bulir padi.Blas daun berupa bercak-bercak berbentuk belah ketupat dengan ujung runcing.Pusat bercak berwarna kelabu atau putih dengan tepi berwarna cokelat kemerahan.Infeksi pada malai menyebabkan gejala yang khas berupa membusuknya tangkai malai yang umum disebut sebagai busuk leher (neck rot). Jika busuk leher terjadi sebelum masa pengisian bulir, maka gabah akan hampa. Gejala serangan pada batang berupa busuk dan mudah rebah.

Pengendalian Penyakit ini antara lain:
· Penanaman varietas tahan
· Pembenaman jerami
· Pemupukan berimbang
· Waktu tanam yang tepat dan perlakuan benih
· Pengendalian secara kimiawi dengan fungisida

3.2.9        Bulai pada Jagung
Penyakit bulai jagung atau Downy Mildew disebabkan oleh cendawan Peronosclerosporamaydis.Kehilangan hasil jagung akibat penularan penyakit ini dapat mencapai 100% pada varietas rentan.Pada tanaman yang sakit akan terlihat adanya warna putih sampai kekuningan pada permukaan daun, diikuti oleh garis-garis klorotik, daun berbentuk kaku, tegak dan menyempit, bentuk tongkol tidak normal. Ciri lainnya, pada pagi hari di sisi bawah daun terdapat lapisan berbulu halus berwarna putih yang terdiri atas konidiofor dan konidium jamur.

Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas ke seluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat).Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh, sehingga semua daun terinfeksi.Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda umumnya tidak menghasilkan buah.Bila infeksi terjadi pada tanaman yang sudah tua, buah masih terbentuk tetapi tidak sempurna dan tanaman kerdil.



3.2.10    Gosong pada Jagung
Jamur Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC merupakan agen penyebar penyakit gosong pada jagung.Cendawan masuk ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan terbentuk kelenjar (gall) pada tongkol jagung.Spora tersebar karena pembungkus rusak.Tanaman inang alternative belum diketahui.

Pengendalian dilakukan dengan cara pengeringan dan irigasi agar kelembaban di areal pertanaman dapat terjaga. Selanjutnya memotong bagian tanaman yang sakit lalu dibakar.Dan benih dicampurkan dengan fungisida sebelum ditanam.

3.2.11    Busuk Pangkal Batang pada Lada
Jamur Phytophthora capsiciadalah patogen penyebab penyakit Busuk Pangkal Batang pada lada. Penyakit ini sangat ditakuti petani karena dapat menyebar dengan cepat dan mematikan tanaman dalam waktu singkat (Manohara et al., 2005)

Kelayuan tanaman menunjukkan serangan telahlanjut.Selain itu, pangkal batang yang terserang menjadi berwarna hitam.Terdapat lendir kebiruan di permukaannya apabila keadaan lembab. Dan pada akhirnya tanaman akan mati. Serangan P. capsici pada daun menyebabkan gejala bercak daun pada bagian tengahatau tepi daun. Sepanjang tepi bercak tersebut bagian gejala berwarna hitambergerigi seperti renda yang akan nampak jelas bila gejala masih segar.

Daun-daun sakit merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang sehat yang berada didekatnya.Infeksi pada daun biasanya terjadi setelah turun hujan.Apabila selama waktu hujan angin kencang, maka propagul P. capsici dapat terbawa dan menyebar kedaun tanaman di sekitarnya. Apabila serangan patogen terjadi pada satu tanamandalam suatu kebun, maka dapat diperkirakan 1-2 bulan kemudian penyakit akanmenyebar ke tanaman di sekitarnya. Penyebaran penyakit akan lebih cepat padamusim hujan, terutama pada pertanaman lada yang disiang bersih.

Adapun pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Penggunaan Varietas Natar I  yang merupakan salah satu varietas resisten
2.      Aplikasi agen hayati Trichoderma harzianum untuk semua tanaman lada di area pertanaman
3.      Pemupukan N,P,K,Mg dengan perbandingan unsur K lebih tinggi dari N. Unsur K yang relatif tinggi akan memperkuat jaringan tanaman
4.      Sanitasi lahan
5.      Penggunaan fungisida

3.2.12    Karat Daun pada Kopi
Penyakit karat daun kopi (coffee leaf rust) adalah penyakit dengan gejala nekrosa lokal.Penyakit tersebut yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrixdan merupakan penyakit kopi paling penting di seluruh dunia, dan merupakan penyakit terpenting pada tanaman kopi arabika di Indonesia.Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 50%. Sisi bawah daun yang terserang karat menunjukkan adanya bercak-bercak yang semula berwarna kuning muda yang akhirnya akan menjadi kuning tua.

Pada bercak terbentuk tepung berwarna jingga cerah (bright orange) yang terdiri atas urediospora jamur.Bercak tua berwarna coklat tua berwarna coklat tua sampai hitam dan mongering.Daun-daun akhirnya gugur sehingga pohon menjadi gundul (Semangun, 1990).

Jamur Hemileliavastatrixyang dapat menginfeksi tanaman kopi lain tanpa melalui tanaman inang perantara. Jamur ini mempunyai urediospora yang semula bulat, tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring jeruk.Setelah masak isinya berwarna jingga, tetapi dindingnya tetap tidak berwarna.Sisi luar yang cembung mempunyai duri, sedang sisi lainnya tetap halus, ukurannya berkisar antara 26-40 x 20-30 µm.

Siklus hidup jamur ini dimulai dengan perkecambahan urediospora melalui kuman pori – pori pada spora. H. Vastatrix bersifat parasit obligat, yang hanya dapat hidup jika memarasit jaringan hidup.Penyebaran penyakit ini melalui urediospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban, spora yang telah matang dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air yang mengandung udara.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara berikut;
1.      Penggunaan varietas tahan atau toleran
Varietas tahan merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu yang mudah diterapkan, murah dan tidak mencemari lingkungan. Varietas tanaman kopi yang dianjurkan adalah S 795, S 1934, USDA 62, Kartika 1 dan 2.
2.      Pengendalian secara biologi
Jamur Verticillium adalah hiperparasit (jamur parasiy yang dapat memarasit jamur lain) pada penyakit karat daun kopi.Urediospora H. Vastatrix berwarna putih pada pemukaan gejala karat daun. Selain itu, isolat bakteri Bacillus spp dan Pseudomonas spp yang diisolasidari pertanaman kopi organik di Brazil dilaporkan berpotensi untuk dikembangkan sebagai agens hayati dari H.vastatrix.


3.      Pengendalian secara kultur teknis
Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan menyiangi gulma dua sampai tiga kali, memupuk dua kali setahun (awal dan akhir musim panen) dengan pypuk kandang dan NPK yang dosisnya disesuaikan dengan umur tanaman, memangkas tanaman (pangkas lepas panen, pangkas tunas/cabang tidak produktif dan menghilangkan tunas tunas  air), serta mengatur intensitas naungan.
4.      Pengendalian dengan fungisida
Fungisida yang direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit karat daun kopi antara lain fungisida protektan yaitu oksiklorida tembaga, hidroksi tembaga mankozeb dan kaptafol, serta fungisida sistemik yaitu benomil,triadimefon, dinikonazol, heksakonazol, propikonazol dan spirokonazol.
5.      Karantina
Meskipun H. Vastatrix telah tersebar di dalam maupun luar negeri, namun karena adanya perbedaan dalam rasnya, sebaiknya diadakan pembatasan dalam pemasukan bahan tanaman kopi hidup di daerah ataupun negara lain.





IV.             KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah;
1.      Penyakit penting pada tanaman utama di Lampung umumnya dibagi menurut jenis patogen yang menginfeksi, contohnya jamur, virus, dan bakteri. Selain itu, terdapat pembagian menurut jenis gejalanya seperti nekrotik, hipoplasia, atau hiperplasia. Dan menurut letak gejalanya dibagi menjadi lokal dan sistemik.
2.      Gejala pada penyakit menyebar melalui tanah, benih, udara, dan air. Gejala tampak pada usia infeksi yang telah lanjut sehingga umumnya pengendalian sulit dilakukan.
3.      Pengetahuan mengenai bioekologi patogen diperlukan untuk mengefisienkan pengendalian penyebaran penyakit.
4.      Cara pengendalian pada pathogen jamur dilakukan dengan pembakaran dan penyemprotan fungisida. Pada bakteri dilakukan dengan pencacahan dan pembakaran seluruh bagian tanaman. Sedangkan virus dengan pembakaran seluruh tanaman yang telah terinfeksi penyakit.




















DAFTAR PUSTAKA


Alexopoulus, C.J, Mims C.W, & Blackwell, M. 1996.Introductory mycology. 4th
Edition. John Wiley &Sons :Canada

Agrios N. George. 1995. Ilmu Penyakit Tanaman .Terjemahan dari Plant Pathology.
Ir. Munzir Busnia. Gajah Mada University Press : Yogyakarta

Gaumann, 1921.Onderzoekeningen over de bloedziekte der bananaen op Celebes. I
& II. Madedelingen van het Instituut voor Plantenziekten

Hadiyanti, Dedeh. 2003. Cara Pengendalian Penyakit Darah Pada Tanaman Pisang
di Sumatera Selatan. Departemen Pertanian. BPTP. Sumatera Selatan

Holliday, P. 1980. Fungus diseases of tropical crops.Cambridge University Press.
Cambridge : UK. 607 p

Jalil. 2012. Pengendalian Jamur Akar Putih Pada Budidaya Karet. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Riau : Pekanbaru

Manohara D, Wahyuno D & Noveriza R. 2005.Penyakit busuk pangkal batang
tanamanlada dan strategi pengendaliannya.Perkembangan Teknologi
TRO 17:41-51.

Semangun, H. 1990. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia. Gadjah
Mada University Press.Yogyakarta. 808 p

Purba, R.Y., Puspa, W., & Suwandi. 1987. Pengaruh pemupukan hara makro
terhadap perkembangan busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) pada kelapa
sawit di kebun Adolina-Sumatera Utara

Ratmawati, Ika. 2013. Mengenal Lebih Dekat Penyakit Layu BakteriRalstonia
solanacearumPada Tembakau. Dinas Perkebunan dan Kehutanan:
Probolinggo.


aftimar

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Manual Categories