Saturday, April 15, 2017

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tumbuhan)











Oleh

Ayu Widya Pangesti
1314121024












LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.  PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.Istilah “suci hama” juga digunakan sebagai padanan kata “steril” dalam pengertian bebas dari penyebab kontaminasi.Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria.
pengganggu tanaman yang umumnya berupa binatang ataupun sekelompok binatang yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya dan menimbulkan terjadinya kerugian secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas ambang ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian.


Serangga hama merupakan organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi. Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang di hadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian. Dengan demikian, pada praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa gejala-gejala kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh beberapa hama.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui gejala-gejala kerusakan yang disebabkan oleh hama.
2.      Mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang dan menyebabkan kerusakan tanaman.
3.      Mengetahui pengendalian yang efektif sesuai jenis hama yang menyerang.






















II.         METODOLOGI PERCOBAAN


2.1  Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pena, pensil, penghapus, kertas HVS.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah beberapa spesimen yang perlu diamati diantaranya adalah daun mangga, daun pisang, buah kopi, daun handeleum, daun angsana, daun papaya, daun kubis, polong kacang panjang, dan daun padi serta hama, tanda atau gejala yang terlihat.
2.2  Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
ü  Dicatat setiap spesimen yang akan diamati beserta hama yang menyerang.
ü  Diamati setiap bagian tanaman yang digunakan sebagai spesimen.
ü  Diperhatikan setiap gejala ataupun tanda pada setiap spesimen kemudian dicatat hasil yang didapatkan selama pengamatan.
ü  Digambar setiap spesimen yang telah diamati.



III.      HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

No.

Nama Ilmiah

Spesimen

Gambar

Inang Alternatif

Gejala

NamaHama

Bioekologi

Pengendalian

1.


Kubis










petsai dan kubis-kubisan

Tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang

Crocidolomia pavonana

larva

Sanitasi, pola tanam, biologi dan mekanis.
2
Carica papaya
Pepaya


















kamboja, kembang sepatu, dan ubi kayu
klorosis, kerdil, malformasi daun,
Paracoccus marginatus
larva

3
Mangifera indica
 Daun Mangga















Timbul bintil-bintil pada daun
Procontarinia matteiana
Nimfa instar pertama
Kimia dan sanitasi.
4
Musa paradisiaca
Pisang
















Tanaman pisang hias, pisang serat.
Daun yang diserang ulat biasanya digulung
Erionata thrax
larva
Mekanis dan biologi.
5
Coffea arabica L.
Kopi














teprosia, crotalari,centrosema,caesalpinia,hibiscus,rubus, leguminosae.

buah gugur dan busuk
Hypothenemus hampei
imago
Teknis, hayati, naungan dan fisik.
6
Pterocarpus indicus Willd
Angsana
















tanaman hias, sayuran, buah-buahan
menggugurkan daun pada tanaman muda
Liriomyza huidiobrensis
larva
Kultur teknis, fisik, dan biologi
7
Vigna sinensis (L.)
Kacang panjang















daftarnya buncis, kacang panjang,  dan kedelai

daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan
Maruca restualis
larva
Kimiawi dan mekanis.
8
Graptophyllum pictum
Handelium















daun handeleum dan biasanya menyerang daun yang lunak
daun sobek bergigi bekas gigitan
Ulat pada daun handelium (Doleschallia polibete)

larva
Pestisida nabati
9
Oryza sativa
Padi













 padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang-kadang juga dapat menyerang tanaman jagung, sorgum dan tebu
Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang
Ulat Pelipat Daun Padi (Cnaphallocrosis medinalis)

larva
Biologi: parasitoid
Kultur teknis: penenaman serempak
Kimiawi: insektisida
10
Mangifera indica
Batang mangga















Tanaman nangka, duren, mangga
membentuk alur gerekan yang tidak rata, mengeluarkan cairan seperti getah
Penggerek batang mangga (Batocera sp)
Uret/ larva
Biologi: agen hayati
Mekanik: pemangkasan dan pembakaran
Kimia: insektisida


3.1    Pembahasan

1.       Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana)
Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop kubis. Berwarna kelabu kecoklatan dengan rentangan sayap 20 mm dan panjang 13 mm. Telur diletakkan secara berkelompok pada daun dengan stadium 4 hari. Larvanya berwarna coklat sampai hijau tua. Stadium larva 14 hari. Pupanya berada dalam tanah. Daur hidup 24-32 hari. Larva C. binotalis merusak kubis yang sedang membentuk krop, sehingga daun kubis berlubang-lubang.
Gejala
Ulat krop/ulat jantung kubis (Crocidolomia binotalis) sering menyerang titik tumbuh sehingga sering disebut ulat jantung kubis. Tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil-kecil. Larva muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar ketiga larva memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik tumbuh sehingga tanaman akan segera mati.
Inang akternatif
Tanaman inang C. binotalis adalah petsai dan kubis-kubisan.
Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :
1. Melakukan sanitasi Kebersihan kebun.
2. Melakukan pola tanam dan pengaturan jarak tanam, jangan menanam dua jenis tanaman yang disukai ulat crop berdekatan.
3. Secara biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama ini.
4. Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan di musnahkan.
5. Melakukan pemangkasan agar lingkungan tajuk tidak terlalu rimbun.
6. Melakukan pemangkasan terhadap tanaman yang terserang berat
7. Dengan menggunakan perangkap yaitu berupa perangkap cahaya.
8. Membuat persemaian di tempat yang tidak terlindung atau mengurangi naungan.
9. Secara kimia, yaitu dengan penggunaan Insektisida alami seperti akar tuba, daun pucung tembakau dan lengkuas dan disemprotkan pada pada daun, batang dan bagian lainnya yang belum terserang.( Dharma, A.P. 1985.).


2.      Kutu putih pada daun pepaya (Paracoccus marginatus)

bioekologi
Imago betina, yaitu tumbuh berwarna kuning yang ditutupi oleh lilin. Panjang tubuh imago betina rata-rata 2,2 mm dengan kisaran 1,5-2,7 mm dan lebar tubuh rata-rata 1,4 mm dengan kisaran 0,9-1,7 mm.Sedangkan pada imago dewasa jantan, bentuk tubuh sarangga oval memanjang dan memiliki sepasang sayap dengan panjang tubug rata 1,0 dengan kisaran 0,9-1,1. Kutu putih memiliki 4 instar dari telur hingga dewasa. Individu jantan melalui empat stadia hidup yaitu telur, nimfa, pupa, dan imago. Stadium imago jantan memiliki satu pasng sayap (MiIller,2002).
Gejala
klorosis, kerdil, malformasi daun, daun mengkerut dan menggulung, daun muda dan buah rontok, banyak menghasilkan embun madu yang dapat berasosiasi dengan cendawan jelaga, hingga kematian tanaman (Kalshoven, L.G.E, 1981). Pada tanaman yang sudah dewasa, gejala yang muncul adalah daun menguning dan kelamaan daun akan gugur. Serangan pada buah yang belum matang menyebabkan bentuk buah tidak sempurna.
Inang alternatif
Selain pada tanaman pepaya, hama ini menimbulkan kerusakan berat pada tanaman kamboja, kembang sepatu, dan ubi kayu (Kalshoven, L.G.E,1981). Secara umum, tumbuhan inang P. marginatus meliputi anggota famili Acanthaceae, Annonaceae, Apocynaceae, Arecaceae, Caricaceae, Convolvulaceae,  Euphorbiaceae,  Fabaceae,  Lauraceae,  Malpighiaceae, Malvaceae, Poaceae, Polygonaceae, Rubiaceae, Rutaceae, Solanaceae, Sterculiaceae, dan Verbenaceae (Zakaria dan Suparno, 2002).
Pengendalian
1.      Eradikasi populasi
2.      Mengakomodasikan keberadaaan Paracoccus marginatus.
3.      Penggunaan pestisida alami.

3.      Puru daun mangga (Procontarinia matteiana)

Bioekologi
kecil berwarna hitam , panjang tubuhnya sekitar 3mm. Belatung atau larva kecil, berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini terjadi , mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga muda. Telur dimasukkan dalam jaringan daun dengan memasukkan ovipositornya. Sekali bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir . Warna telur kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi larva, yang menetap dalam jaringan daun dan menghisap cairan. Belatung yang menetap pada bintil selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan cara membuat lubang pada ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah , dan masuk ke dalamnya lalu berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari.
Gejala
Timbul bintil-bintil pada daun, jika diraba daun manga terasa keras. Serangan yang berat akan menyebabkan daun menjadi menggulung. Daun yang terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal, terutama bagian permukaan daun tepat dibagian belatung menetap, timbul bintil-bintil puru.
Inang akternatif
Penyakit bintil daun sering dijumpai pada banyak tanaman yaitu jambu agung dan mangga.
Pengendalian
1.   Pucuk tanaman yang sudah terserang harus segera dipangkas dan dibakar supaya kutu, nimfa dan telur mati
2.   Tanaman disemprot dengan insektisida sistemik yang bisa menyusup ke jaringan daun, misalnya menggunakan Elsan 60 EC Dan Nuvacron 20 EC.
3.    Penyemprotan dengan insektisida kontak, hasilnya akan kurang memuaskan karena tidak bisa menembus perisai yang melindungi kutu.
4.      Penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi.

4.      Ulat penggulung daun pisang( Erionata thrax)

Bioekologi

Kupu-kupu mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari.
Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh.Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin. Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya dilapisi lilin. Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis). Siklus hidup di Bogor berkisar antara 5 – 6 minggu.

Gejala

Daun yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan tersebut ulat akan memakan daun. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun.

Inang alternatif

Tanaman pisang hias, pisang serat.

Pengendalian

• Cara mekanis
Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan

• Cara biologi
Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang
Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhan Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp.. Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae.

5.      Penggerek buah kopi(Hypothenemus hampei)

Biologi

Stadia imago betina sekitar 67 hari. Jumlah telur yang dihasilkan 37 butir. Stadia telur 5 hari, stadia larva 10 - 26 hari, stadia prepupa 2 hari, stadia pupa 5 - 11 hari, stadia pra kawin 2 - 3 hari, stadia pra oviposisi 4 - 14 hari, sehingga dalam satu generasi 25 - 35 hari. Imago biasanya muncul dan terbang dari buah ke buah antara jam 16.00 - 18.00 untuk makan galleries pada buah, terutama pada buah yang telah masak. Kemampuan terbang imago sekitar 350 m.

Gejala
Imago bubuk buah kopi masuk ke buah kopi melalui diskus, kemudian ke endosperma. Serangan pada buah - buah muda hanya untuk keperluan makan bagi imago yang dapat menyebabkan buah gugur dan busuk. Serangan pada saat buah mulai mengeras selain menggerek buah dan memakan biji kopi, bubuk buah juga berkembang biak didalam biji. Sehingga biji menjadi berlubang - lubang, cacat dan busuk.

Inang alternatif
teprosia, crotalaria, centrosema, caesalpinia, hibiscus, rubus, leguminosae, leucaena glauca

Pengendalian

A. Kultur Teknis
petik bubuk, yaitu memetik semua buah yang masak awal baik yang terserang maupun yang tidak terserang, biasanya 15-30 hari sebelum panen besar.
B. Pengaturan Naungan
usahakan naungan tidak terlalu lembab
C. Fisik
buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan diperlakukan dengan air panas agar hamanya mati.
D. Penggunaan Bahan Tanaman Yang Buahnya Masak Serentak
varietas arabika : klon USDA 230731 dan USDA 230762, varietas robusta : kombinasi klon BP42, BP288 dan BP 234 untuk dataran rendah, klon BP 42, BP 358, BP 409 untuk dataran tinggi, kombinasi dengan sanitasi kebun.
E. Hayati
Parasitoid jenis Cephalonomia stephanoderis betr., Proros, dll.

Pengendalian dengan pestisida kimia tidak dianjurkan karena hama berada dalam buah, sehingga tidak efisien.
6.      Ulat pada daun angsana (Liriomyza huidiobrensis)

Bioekologi

Serangga dewasa berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm. Fase imago betina 10 hari dan jantan 6 hari. Serangga betina menusuk daun melalui ovipositor, sehingga menimbulkan luka. Nisbah kelamin jantan dan betina 1:1. Serangga betina mampu menghasilkan telur sebanyak 600 butir. Telur berwarna putih, berukuran 0,1 – 0,2 mm,berbentuk ginjal, diletakkan pada bagian epidermis daun melalui ovipositor. Lama hidup 2 – 4 hari. Stadium larva atau belatung terdiri atas tiga instar, berbentuk silinder, tidak mempunyai kepala atau kaki. Larva yang baru keluar berwarna putih susu atau putih kekuningan. Larva instar 2 dan 3 merupakan instar yang paling merusak. Ukuran larva ± 3,25 mm. Fase larva sekitar 6 - 12 hari. Pupa berwarna kuning kecoklatan dan terbentuk dalam tanah. Lama hidup sekitar 8 hari. Dalam satu tahun biasanya terdapat 8 – 12 generasi. Siklus hidup dari telur sampai dewasa 14 – 23 hari.

Gejala

Mengurangi kapasitas fotosintesa pada tanaman serta dapat menggugurkan daun pada tanaman muda. Adanya liang korokan larva yang berkelok – kelok .Pada serangan parah daun tampak berwarna merah kecoklatan. Akibatnya seluruh permukaan tanaman hancur. Kerusakan langsung berupa luka bekas gigitan pada tanaman sehingga dapat terinfeksi oleh fungi maupun oleh bakteri penyebab penyakit tanaman.

Inang alternatif

Menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar. Selain kentang antara lain cabai, kubis, tomat, seledri, semangka, kacang –kacangan seperti kacang merah, buncis, selada, brokoli, caisin, bawang daun, mentimun, terung, sawi, wortel, waluh, bayam, krisan dan beberapa jenis tanaman liar dari famili Asteraceae.


Pengendalian

1.      Kultur teknis
2.      Fisik/mekanik
3.      biologi

7.      penggerek polong kacang panjang (Maruca restualis)

Bioekologi
Larva menyerang ovarium bunga yang baru mekar, kelopak bunga, polong muda, daun muda, dan tunas. Ukuran larva berwarna hijau cerah dengan kepala gelap ini sekitar 1,6 cm. Selanjutnya ia akan membentuk pupa di dalam tanah. Serangan terjadi saat tanaman baru bertunas atau mengeluarkan polong. Siklus hidup Ngengat bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda. 3-5 hari telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong. Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini merupakan stadia paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini. Setelah umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7 hari untuk menjadi serangga dewasa.

Gejala
Bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba, kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva.
Inang alternatif
Hama ini tersebar di daerah tropis, ia menkhususkan diri menyerang tanaman
family Leguminosae. Termasuk dalam daftarnya buncis, kacang panjang, tanaman penutup tanah Crotalaria, dan kedelai

Pengendalian
Dengan cara mekanis dapat langsung di ambil dan di musnahkan yang terlihat pada tanaman yang terserang. Secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida kontak berbahan dasar Protiofos, seperti Tokuthion 500 EC, Prevathon 50 SC berbahan aktif Klorantraniliprol dan Regent 50 SC berbahan aktif Fipronil pada onsentrasi sesuai label. Dengan cara budidaya, membersihkan serasah dan gulma di sekitar tanaman utama.
8.     Ulat pada daun Handelium(Doleschallia polibete)

Biologi
Serangga betina yang sudah kawin terbang mencari tanaman inang lalu bertelur pada daun tanaman tersebut. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun secara berkelompok dengan jumlah 4-33 butir. Seekor betina D. polibete mampu meletakkan telur 83-134 butir. Telur menetas menjadi larva setelah 4-5 hari. Stadium larva terdiri dari 5 instar. Larva hidup berkelompok selama instar I sampai instar III Selanjutnya larva menyebar ke seluruh daun. Setiap daun terdapat 1-3 ekor larva dan berkembang terus sampai larva menjadi prapupa. Pada fase prapupa, larva berhenti makan. Fase prapupa berlangsung ± 2 hari dan menjadi pupa. Pupa menetas menjadi imago setelah 6-7 hari.
Gejala

Gejala serangan daun sobek bergigi bekas gigitan dan pada serangan berat hanya tersisa tulang daun.

Pengendalian
Pestisida nabati dengan menggunakan ekstrak daun pepaya, mimba dan aromatik.

9.      Ulat Pelipat Daun Padi (Cnaphallocrosis medinalis)

Biologi
Serangga dewasa (ngengat) berwarna coklat dengan garis hitam pada sayap. Ngengat betina dapat hidup 10 hari dan dapat meletakkan telur sampai 300 butir, dimulai setelah 2 hari menjadi imago, telur diletakkan sepanjang tulang daun sebanyak 10-12 butir setiap malam Lama periode telur 4-6 hari, periode larva 15-16 hari, dan lama periode pupa 4-8 hari.
Gejala
Bagian yang diserang adalah daunnya, bagian daun yang terserang berwarna putih transparan memanjang sejajar tulang daun, karena yang dimakan pada bagian klorofil dan yang tersisa kulit epidermis bagian atas, sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis. Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang yang dihasilkan oleh larva.Larva akan tinggal dalam gulungan daun dan memakan daun di dalamnya.

Inang akternatif
Selain menyerang tanaman padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang-kadang juga dapat menyerang tanaman jagung, sorgum dan tebu.

Pengendalian
a.      Biologi : Musuh alami dari C. medinalis dapat berupa parasitoid, predator maupun patogen. Trichogramma spp.,merupakan parasitoid dari telur-telur C.medinalis. Parasitoid larva dan pupa dari famili : Brachonidae, Chlacididae, Elasmidae, Encyrtidae dan Ichneunidae. Predator dari hama ini dari family : Carabidae dan Coccinelidae dan family Dermaptera terutama laba-laba sering terlihat memangsa serangga dewasa dari C. medinalis. Adapun patogen serangga yang sering dijumpai adalah cendawan Beauveria bassiana.
b.      kultur teknis : penanaman padi harus serempak, perbedaan waktu tanam tidak lebih dari satu bulan. Penanaman padi lebih awal satu bulan tanaman padi akan terserang lebih parah., dan pemakaian pupuk yang tinggi akan meningkatkan serangan hama ini.
c.       Kimia : dengan aplikasi insektisida monocrotophus 0,25, quinalphos 0,50 dan clhopyriphos 1,0.
c.
10.  Penggerek Batang Mangga (Batocera sp)

Biologi

Larva hama ini berada  didalam batang tanaman dan keluar setelah menjadi imago. Imago meletakkan telur pada celah-celah batang. Setelah menjadi larva, kemudian membuat lubang dengan cara menggerek hingga ke bagian dalam batang. Dijumpai satu larva pada setiap lubang gerekan.
Gejala
Daun yang menguning dan layu kemudian daun akan gugur/rontok, ranting mengering, pada akhirnya tanaman mati akibat terganggunya metabolisme tanaman. Gerekan larva menyebabkan distribusi hara dan air terganggu. Apabila batang yang digerek dibuka akan tampak bekas gerekan berwarna coklat kehitaman.

Inang akternatif
Tanaman inang Batocera sp. Diantaranya tanaman nangka, durian,mangga.

Pengendalian
Pengendalian secara alami dengan menggunakan agen hayati Serratia marcescens bila ditemukan adanya lubang gerekan pada ranting atau cabang. Jika serangan berlanjut ditandai dengan keluarnya kotoran dari lubang gerekan maka dilakukan pemangkasan sampai sekitar 10 cm di bawah lubang gerekan terbaru tanpa menunggu bagian tanaman tersebut kering, kemudian dibakar. Penggunaan insektisida sistemik berbahan aktif monokrotofos yang “diinfuskan” pada batang atau pada akar sesuai dengan dosis rekomendasi. Atau penggunaan insektisida yang berbahan aktif imidakloprid pada masa tunas dengan interval 1 minggu.




















IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Setiap hama menyebabkan gejala kerusakan yang beragam.
2.      Munculnya gejala kerusakan yang berbeda disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tipe alat mulut hama tersebut.
3.      Setiap hama tidak hanya menyerang satu spesies tanaman, namun dapat menyerang tanaman lain atau disebut inang alternatif.
4.      Fase/ stadium menyerang yang paling banyak ketika pada stadium larva.
5.      Setiap hama mempunyai cara pengendalian yang berbeda-beda.












DAFTAR PUSTAKA

Dharma, A.P. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. PN Jakarta. 291 hlm.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia (Revised Edition). PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta. 701 hlm.
Lestari, M.T., B. Baringbing, dan E. Karmawati. 1994. Studies on consumption and growth of the leaf eating caterpillar Doleschallia polibete Cramer (Lepidoptera; Nymphalidae). Industrial Crops Research Journal 6(2): 4.

Setijono, B. dan Wahyudi. 1983. Pemeriksaan Kandungan Kimia Daun Handeuleum (Graptophyllum pictum (L). Griff). Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. hlm. 434-450.

Suryosaputro, S., Soemartoyo, dan S. Suryoseputro. 1983. Pengaruh Infuse Daun Graptophyllum pictum (Linn) Griff terhadap Kontraksi Otot Polos Usus Marmot. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. hlm. 222-225.

Triharso, W.T.1978. Agriculture Chemicals-BookIV Fungicides. Thomson Public. Fresno. California.
Wahyuno,D.1997.Bercak daun phyllostica pada ylang-ylang. Kongr. Nas. XIII PFI,Mataram.

Zakaria dan Suparno. 2002. Serangan Kumbang Scarabaeidae pada Bunga Mangga Varietas Lokal Bengkulu di Kotamadia Bengkulu dan Cara Pengendaliannya.













lampiran

aftimar

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Manual Categories