PENGENALAN
GEJALA KERUSAKAN TANAMAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama
Tumbuhan)
Oleh
Ayu Widya Pangesti
1314121024
LABORATORIUM
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan
kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang
menyebabkan kerugian dalam pertanian.Istilah “suci hama” juga digunakan sebagai
padanan kata “steril” dalam pengertian bebas dari penyebab kontaminasi.Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari
manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah
ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.Suatu hewan juga dapat
disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat
manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi
manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria.
pengganggu tanaman yang umumnya
berupa binatang ataupun sekelompok binatang yang dapat menyebabkan kerusakan
pada tanaman budidaya dan menimbulkan terjadinya kerugian secara ekonomis.
Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas
maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena
itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah
melebihi batas ambang ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan
terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang
yang diserang, gejala serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta
gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan
dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian.
Serangga hama merupakan organisme
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan
kerugian ekonomi. Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang
di hadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman
budidaya dan hasil produksi pertanian. Dengan demikian,
pada praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa gejala-gejala
kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh beberapa hama.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
gejala-gejala kerusakan yang disebabkan oleh hama.
2.
Mengetahui jenis-jenis
hama yang menyerang dan menyebabkan kerusakan tanaman.
3.
Mengetahui pengendalian
yang efektif sesuai jenis hama yang menyerang.
II.
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1
Alat
dan Bahan
Adapun alat-alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah pena, pensil, penghapus, kertas HVS.
Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan adalah beberapa spesimen yang perlu diamati
diantaranya adalah daun mangga, daun pisang, buah kopi, daun handeleum, daun
angsana, daun papaya, daun kubis, polong kacang panjang, dan daun padi serta
hama, tanda atau gejala yang terlihat.
2.2
Prosedur
Kerja
Adapun prosedur
kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
ü Dicatat
setiap spesimen yang akan diamati beserta hama yang menyerang.
ü Diamati
setiap bagian tanaman yang digunakan sebagai spesimen.
ü Diperhatikan
setiap gejala ataupun tanda pada setiap spesimen kemudian dicatat hasil yang
didapatkan selama pengamatan.
ü Digambar
setiap spesimen yang telah diamati.
III.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh
dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
|
Nama Ilmiah
|
Spesimen
|
Gambar
|
Inang Alternatif
|
Gejala
|
NamaHama
|
Bioekologi
|
Pengendalian
|
1.
|
|
Kubis
|
|
petsai dan kubis-kubisan
|
Tanaman
mati atau batang kubis membentuk cabang
|
Crocidolomia pavonana
|
larva
|
Sanitasi,
pola tanam, biologi dan mekanis.
|
2
|
Carica papaya
|
Pepaya
|
|
kamboja,
kembang sepatu, dan ubi kayu
|
klorosis, kerdil, malformasi daun,
|
Paracoccus marginatus
|
larva
|
|
3
|
Mangifera
indica
|
Daun Mangga
|
|
|
Timbul bintil-bintil pada daun
|
Procontarinia matteiana
|
Nimfa instar pertama
|
Kimia
dan sanitasi.
|
4
|
Musa
paradisiaca
|
Pisang
|
|
Tanaman
pisang hias, pisang serat.
|
Daun yang
diserang ulat biasanya digulung
|
Erionata thrax
|
larva
|
Mekanis
dan biologi.
|
5
|
Coffea
arabica L.
|
Kopi
|
|
teprosia, crotalari,centrosema,caesalpinia,hibiscus,rubus,
leguminosae.
|
buah gugur
dan busuk
|
Hypothenemus hampei
|
imago
|
Teknis,
hayati, naungan dan fisik.
|
6
|
Pterocarpus
indicus Willd
|
Angsana
|
|
tanaman
hias, sayuran, buah-buahan
|
menggugurkan
daun pada tanaman muda
|
Liriomyza huidiobrensis
|
larva
|
Kultur
teknis, fisik, dan biologi
|
7
|
Vigna
sinensis (L.)
|
Kacang
panjang
|
|
daftarnya buncis, kacang
panjang, dan kedelai
|
daun muda
dan tunas rusak dengan bekas gigitan
|
Maruca restualis
|
larva
|
Kimiawi
dan mekanis.
|
8
|
Graptophyllum
pictum
|
Handelium
|
|
daun
handeleum dan biasanya menyerang daun yang lunak
|
daun
sobek bergigi bekas gigitan
|
Ulat pada daun handelium (Doleschallia polibete)
|
larva
|
Pestisida
nabati
|
9
|
Oryza
sativa
|
Padi
|
|
padi (sawah, gogo dan gogorancah),
kadang-kadang juga dapat menyerang tanaman jagung, sorgum dan tebu
|
Daun
akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang
|
Ulat
Pelipat Daun Padi (Cnaphallocrosis
medinalis)
|
larva
|
Biologi: parasitoid
Kultur
teknis:
penenaman serempak
Kimiawi:
insektisida
|
10
|
Mangifera
indica
|
Batang
mangga
|
|
Tanaman
nangka, duren, mangga
|
membentuk
alur gerekan yang tidak rata, mengeluarkan cairan seperti getah
|
Penggerek
batang mangga (Batocera sp)
|
Uret/
larva
|
Biologi: agen
hayati
Mekanik:
pemangkasan dan pembakaran
Kimia:
insektisida
|
3.1
Pembahasan
1.
Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana)
Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop kubis. Berwarna kelabu kecoklatan dengan rentangan sayap 20 mm dan panjang 13 mm. Telur diletakkan secara berkelompok pada daun dengan stadium 4 hari. Larvanya berwarna coklat sampai hijau tua. Stadium larva 14 hari. Pupanya berada dalam tanah. Daur hidup 24-32 hari. Larva C. binotalis merusak kubis yang sedang membentuk krop, sehingga daun kubis berlubang-lubang.
Gejala
Ulat krop/ulat jantung kubis (Crocidolomia binotalis) sering menyerang titik tumbuh sehingga sering disebut ulat jantung kubis. Tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil-kecil. Larva muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar ketiga larva memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik tumbuh sehingga tanaman akan segera mati.
Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop kubis. Berwarna kelabu kecoklatan dengan rentangan sayap 20 mm dan panjang 13 mm. Telur diletakkan secara berkelompok pada daun dengan stadium 4 hari. Larvanya berwarna coklat sampai hijau tua. Stadium larva 14 hari. Pupanya berada dalam tanah. Daur hidup 24-32 hari. Larva C. binotalis merusak kubis yang sedang membentuk krop, sehingga daun kubis berlubang-lubang.
Gejala
Ulat krop/ulat jantung kubis (Crocidolomia binotalis) sering menyerang titik tumbuh sehingga sering disebut ulat jantung kubis. Tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil-kecil. Larva muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar ketiga larva memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik tumbuh sehingga tanaman akan segera mati.
Inang
akternatif
Tanaman inang C. binotalis adalah petsai dan kubis-kubisan.
Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :
1. Melakukan sanitasi Kebersihan kebun.
2. Melakukan pola tanam dan pengaturan jarak tanam,
jangan menanam dua jenis tanaman yang disukai ulat crop berdekatan.
3. Secara
biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama ini.
4. Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini
dan di musnahkan.
5. Melakukan pemangkasan agar lingkungan tajuk tidak
terlalu rimbun.
6. Melakukan pemangkasan terhadap tanaman yang
terserang berat
7. Dengan menggunakan perangkap yaitu berupa perangkap
cahaya.
8. Membuat persemaian di tempat yang tidak terlindung
atau mengurangi naungan.
9. Secara kimia, yaitu dengan penggunaan Insektisida
alami seperti akar tuba, daun pucung tembakau dan lengkuas dan disemprotkan
pada pada daun, batang dan bagian lainnya yang belum terserang.( Dharma, A.P. 1985.).
2.
Kutu putih pada daun pepaya (Paracoccus marginatus)
bioekologi
Imago betina, yaitu tumbuh berwarna kuning yang ditutupi oleh lilin. Panjang tubuh imago betina rata-rata 2,2 mm dengan kisaran 1,5-2,7 mm dan
lebar tubuh rata-rata 1,4 mm dengan kisaran 0,9-1,7 mm.Sedangkan pada imago
dewasa jantan, bentuk tubuh sarangga oval memanjang dan memiliki sepasang sayap
dengan panjang tubug rata 1,0 dengan kisaran 0,9-1,1. Kutu putih memiliki 4 instar dari telur hingga dewasa. Individu jantan melalui empat stadia hidup yaitu telur, nimfa, pupa, dan
imago. Stadium imago jantan memiliki satu pasng sayap (MiIller,2002).
Gejala
klorosis, kerdil, malformasi daun, daun mengkerut dan menggulung, daun muda
dan buah rontok, banyak menghasilkan embun madu yang dapat berasosiasi dengan
cendawan jelaga, hingga kematian tanaman (Kalshoven, L.G.E, 1981). Pada tanaman
yang sudah dewasa, gejala yang muncul adalah daun menguning dan kelamaan daun
akan gugur. Serangan pada buah yang belum matang menyebabkan bentuk buah tidak
sempurna.
Inang alternatif
Selain
pada tanaman pepaya, hama ini menimbulkan kerusakan berat pada tanaman kamboja,
kembang sepatu, dan ubi kayu (Kalshoven, L.G.E,1981).
Secara umum, tumbuhan inang P. marginatus meliputi anggota famili
Acanthaceae, Annonaceae, Apocynaceae, Arecaceae, Caricaceae,
Convolvulaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Lauraceae,
Malpighiaceae, Malvaceae, Poaceae, Polygonaceae, Rubiaceae, Rutaceae,
Solanaceae, Sterculiaceae, dan Verbenaceae (Zakaria dan Suparno, 2002).
Pengendalian
1.
Eradikasi
populasi
2.
Mengakomodasikan
keberadaaan Paracoccus
marginatus.
3.
Penggunaan
pestisida alami.
3.
Puru daun mangga (Procontarinia matteiana)
Bioekologi
kecil berwarna hitam , panjang tubuhnya sekitar 3mm. Belatung
atau larva kecil, berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini
terjadi , mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga muda. Telur
dimasukkan dalam jaringan daun dengan memasukkan ovipositornya. Sekali
bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir . Warna telur
kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi
larva, yang menetap dalam jaringan daun dan menghisap cairan. Belatung yang
menetap pada bintil selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan cara membuat
lubang pada ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah , dan masuk ke
dalamnya lalu berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari.
Gejala
Timbul bintil-bintil pada daun, jika diraba daun manga
terasa keras. Serangan yang berat akan menyebabkan daun menjadi menggulung.
Daun yang terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal, terutama bagian
permukaan daun tepat dibagian belatung menetap, timbul bintil-bintil puru.
Inang
akternatif
Penyakit
bintil daun sering dijumpai pada banyak tanaman yaitu jambu agung dan mangga.
Pengendalian
1. Pucuk
tanaman yang sudah terserang harus segera dipangkas dan dibakar supaya kutu,
nimfa dan telur mati
2. Tanaman
disemprot dengan insektisida sistemik yang bisa menyusup ke jaringan daun,
misalnya menggunakan Elsan 60 EC Dan Nuvacron 20 EC.
3. Penyemprotan
dengan insektisida kontak, hasilnya akan kurang memuaskan karena tidak bisa
menembus perisai yang melindungi kutu.
4.
Penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali
dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk
mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi.
4. Ulat
penggulung daun pisang( Erionata thrax)
Bioekologi
Kupu-kupu
mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada
waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari.
Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada
daun pisang yang masih utuh.Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan,
tubuhnya tidak dilapisi lilin. Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih
kekuningan dan tubuhnya dilapisi lilin. Pupa berada di dalam gulungan daun,
berwarna kehijauan dan dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai
belalai (probosis). Siklus hidup di Bogor berkisar antara 5 – 6 minggu.
Gejala
Daun yang
diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila dibuka
akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun secara
miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan tersebut
ulat akan memakan daun. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka
ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila
terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh
dengan gulungan daun.
Inang alternatif
Tanaman
pisang hias, pisang serat.
Pengendalian
• Cara mekanis
Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan
• Cara biologi
Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang
Pemanfaatan
parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid larva muda
(Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhan Xanthopimpla
gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp.. Brachymeria
sp., dan Pediobius erionatae.
5. Penggerek
buah kopi(Hypothenemus hampei)
Biologi
Stadia imago
betina sekitar 67 hari. Jumlah telur yang dihasilkan 37 butir. Stadia telur 5
hari, stadia larva 10 - 26 hari, stadia prepupa 2 hari, stadia pupa 5 - 11
hari, stadia pra kawin 2 - 3 hari, stadia pra oviposisi 4 - 14 hari, sehingga
dalam satu generasi 25 - 35 hari. Imago biasanya muncul dan terbang dari buah
ke buah antara jam 16.00 - 18.00 untuk makan galleries pada buah, terutama pada
buah yang telah masak. Kemampuan terbang imago sekitar 350 m.
Gejala
Imago bubuk
buah kopi masuk ke buah kopi melalui diskus, kemudian ke endosperma. Serangan
pada buah - buah muda hanya untuk keperluan makan bagi imago yang dapat
menyebabkan buah gugur dan busuk. Serangan pada saat buah mulai mengeras selain
menggerek buah dan memakan biji kopi, bubuk buah juga berkembang biak didalam
biji. Sehingga biji menjadi berlubang - lubang, cacat dan busuk.
Inang alternatif
teprosia, crotalaria, centrosema, caesalpinia,
hibiscus, rubus, leguminosae, leucaena glauca
Pengendalian
A. Kultur Teknis
petik bubuk, yaitu memetik semua buah yang masak awal
baik yang terserang maupun yang tidak terserang, biasanya 15-30 hari sebelum
panen besar.
B. Pengaturan Naungan
usahakan naungan tidak terlalu lembab
C. Fisik
buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan
diperlakukan dengan air panas agar hamanya mati.
D. Penggunaan Bahan Tanaman Yang Buahnya Masak
Serentak
varietas arabika : klon USDA 230731 dan USDA 230762,
varietas robusta : kombinasi klon BP42, BP288 dan BP 234 untuk dataran rendah,
klon BP 42, BP 358, BP 409 untuk dataran tinggi, kombinasi dengan sanitasi
kebun.
E. Hayati
Parasitoid jenis Cephalonomia stephanoderis betr.,
Proros, dll.
Pengendalian dengan pestisida kimia tidak dianjurkan
karena hama berada dalam buah, sehingga tidak efisien.
6. Ulat
pada daun angsana (Liriomyza
huidiobrensis)
Bioekologi
Serangga
dewasa berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm. Fase imago betina 10 hari dan
jantan 6 hari. Serangga betina menusuk daun melalui ovipositor, sehingga menimbulkan
luka. Nisbah kelamin jantan dan betina 1:1. Serangga betina mampu menghasilkan
telur sebanyak 600 butir. Telur berwarna putih, berukuran 0,1 – 0,2
mm,berbentuk ginjal, diletakkan pada bagian epidermis daun melalui ovipositor.
Lama hidup 2 – 4 hari. Stadium larva atau belatung terdiri atas tiga instar,
berbentuk silinder, tidak mempunyai kepala atau kaki. Larva yang baru keluar
berwarna putih susu atau putih kekuningan. Larva instar 2 dan 3 merupakan
instar yang paling merusak. Ukuran larva ± 3,25 mm. Fase larva sekitar 6 - 12
hari. Pupa berwarna kuning kecoklatan dan terbentuk dalam tanah. Lama hidup
sekitar 8 hari. Dalam satu tahun biasanya terdapat 8 – 12 generasi. Siklus
hidup dari telur sampai dewasa 14 – 23 hari.
Gejala
Mengurangi
kapasitas fotosintesa pada tanaman serta dapat menggugurkan daun pada tanaman
muda. Adanya liang korokan larva yang berkelok – kelok .Pada serangan parah
daun tampak berwarna merah kecoklatan. Akibatnya seluruh permukaan tanaman
hancur. Kerusakan langsung berupa luka bekas gigitan pada tanaman sehingga
dapat terinfeksi oleh fungi maupun oleh bakteri penyebab penyakit tanaman.
Inang
alternatif
Menyerang
berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun
tumbuhan liar. Selain kentang antara lain cabai, kubis, tomat, seledri, semangka, kacang –kacangan
seperti kacang merah, buncis, selada, brokoli, caisin, bawang daun, mentimun,
terung, sawi, wortel, waluh, bayam, krisan dan beberapa jenis tanaman liar dari
famili Asteraceae.
Pengendalian
1.
Kultur teknis
2.
Fisik/mekanik
3.
biologi
7. penggerek
polong kacang panjang (Maruca restualis)
Bioekologi
Larva menyerang ovarium bunga yang
baru mekar, kelopak bunga, polong muda, daun muda, dan tunas. Ukuran larva
berwarna hijau cerah dengan kepala gelap ini sekitar 1,6 cm. Selanjutnya ia
akan membentuk pupa di dalam tanah. Serangan terjadi saat tanaman baru bertunas
atau mengeluarkan polong. Siklus hidup Ngengat bertelur di kuncup bunga, bunga,
atau pada polong muda. 3-5 hari telur menetas menjadi larva dan mulai memakan
tunas, bunga, daun, dan polong. Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat
lain pada umur 4-7 hari , ini merupakan stadia paling berbahaya dari
pertumbuhan hama ini. Setelah umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah
dan membutuhkan waktu 5-7 hari untuk menjadi serangga dewasa.
Gejala
Bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba, kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva.
Inang
alternatif
Hama ini tersebar di daerah tropis,
ia menkhususkan diri menyerang tanaman
family Leguminosae. Termasuk dalam
daftarnya buncis, kacang panjang, tanaman penutup tanah Crotalaria, dan kedelai
Pengendalian
Dengan cara mekanis dapat langsung di ambil dan di musnahkan yang terlihat pada tanaman yang terserang. Secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida kontak berbahan dasar Protiofos, seperti Tokuthion 500 EC, Prevathon 50 SC berbahan aktif Klorantraniliprol dan Regent 50 SC berbahan aktif Fipronil pada onsentrasi sesuai label. Dengan cara budidaya, membersihkan serasah dan gulma di sekitar tanaman utama.
8.
Ulat pada daun
Handelium(Doleschallia polibete)
Biologi
Serangga betina
yang sudah kawin terbang mencari tanaman inang lalu bertelur pada daun tanaman
tersebut. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun secara berkelompok dengan
jumlah 4-33 butir. Seekor betina D.
polibete mampu meletakkan telur 83-134 butir. Telur menetas menjadi larva
setelah 4-5 hari. Stadium larva terdiri dari 5 instar. Larva hidup berkelompok
selama instar I sampai instar III Selanjutnya larva menyebar ke seluruh daun. Setiap
daun terdapat 1-3 ekor larva dan berkembang terus sampai larva menjadi prapupa.
Pada fase prapupa, larva berhenti makan. Fase prapupa berlangsung ± 2 hari dan
menjadi pupa. Pupa menetas menjadi imago setelah 6-7 hari.
Gejala
Gejala
serangan daun sobek bergigi bekas gigitan dan pada serangan berat hanya tersisa
tulang daun.
Pengendalian
Pestisida nabati dengan menggunakan
ekstrak daun pepaya, mimba dan aromatik.
9.
Ulat Pelipat Daun Padi
(Cnaphallocrosis medinalis)
Biologi
Serangga
dewasa (ngengat) berwarna coklat dengan garis hitam pada sayap. Ngengat betina
dapat hidup 10 hari dan dapat meletakkan telur sampai 300 butir, dimulai
setelah 2 hari menjadi imago, telur diletakkan sepanjang tulang daun sebanyak
10-12 butir setiap malam Lama periode telur 4-6 hari, periode larva 15-16 hari,
dan lama periode pupa 4-8 hari.
Gejala
Bagian
yang diserang adalah daunnya, bagian daun yang terserang berwarna putih
transparan memanjang sejajar tulang daun, karena yang dimakan pada bagian
klorofil dan yang tersisa kulit epidermis bagian atas, sehingga berpengaruh
terhadap fotosintesis. Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun
direkatkan dengan benang-benang yang dihasilkan oleh larva.Larva akan tinggal
dalam gulungan daun dan memakan daun di dalamnya.
Inang
akternatif
Selain
menyerang tanaman padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang-kadang juga dapat
menyerang tanaman jagung, sorgum dan tebu.
Pengendalian
a.
Biologi
: Musuh alami dari C. medinalis dapat berupa parasitoid, predator maupun patogen. Trichogramma spp.,merupakan parasitoid
dari telur-telur C.medinalis. Parasitoid
larva dan pupa dari famili : Brachonidae, Chlacididae, Elasmidae, Encyrtidae
dan Ichneunidae. Predator dari hama ini dari family : Carabidae dan
Coccinelidae dan family Dermaptera terutama laba-laba sering terlihat memangsa
serangga dewasa dari C. medinalis.
Adapun patogen serangga yang sering dijumpai adalah cendawan Beauveria bassiana.
b.
kultur
teknis : penanaman padi harus serempak, perbedaan
waktu tanam tidak lebih dari satu bulan. Penanaman padi lebih awal satu bulan
tanaman padi akan terserang lebih parah., dan pemakaian pupuk yang tinggi akan
meningkatkan serangan hama ini.
c.
Kimia
: dengan aplikasi insektisida monocrotophus 0,25, quinalphos
0,50 dan clhopyriphos 1,0.
c.
10. Penggerek
Batang Mangga (Batocera sp)
Biologi
Larva hama ini
berada didalam batang tanaman dan keluar
setelah menjadi imago. Imago meletakkan telur pada celah-celah batang. Setelah
menjadi larva, kemudian membuat lubang dengan cara menggerek hingga ke bagian
dalam batang. Dijumpai satu larva pada setiap lubang gerekan.
Gejala
Daun yang menguning dan layu kemudian
daun akan gugur/rontok, ranting mengering, pada akhirnya tanaman mati akibat
terganggunya metabolisme tanaman. Gerekan larva menyebabkan distribusi hara dan
air terganggu. Apabila batang yang digerek dibuka akan tampak bekas gerekan
berwarna coklat kehitaman.
Inang
akternatif
Tanaman inang Batocera sp. Diantaranya tanaman nangka, durian,mangga.
Pengendalian
Pengendalian
secara alami dengan menggunakan agen hayati Serratia
marcescens bila ditemukan adanya lubang gerekan pada ranting atau cabang. Jika
serangan berlanjut ditandai dengan keluarnya kotoran dari lubang gerekan maka
dilakukan pemangkasan sampai sekitar 10 cm di bawah lubang gerekan terbaru
tanpa menunggu bagian tanaman tersebut kering, kemudian dibakar. Penggunaan
insektisida sistemik berbahan aktif monokrotofos yang “diinfuskan” pada batang
atau pada akar sesuai dengan dosis rekomendasi. Atau penggunaan insektisida
yang berbahan aktif imidakloprid pada masa tunas dengan interval 1 minggu.
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Setiap hama menyebabkan
gejala kerusakan yang beragam.
2.
Munculnya gejala
kerusakan yang berbeda disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
tipe alat mulut hama tersebut.
3.
Setiap hama tidak hanya
menyerang satu spesies tanaman, namun dapat menyerang tanaman lain atau disebut
inang alternatif.
4.
Fase/ stadium menyerang
yang paling banyak ketika pada stadium larva.
5.
Setiap hama mempunyai
cara pengendalian yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, A.P. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. PN Jakarta.
291 hlm.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia (Revised Edition).
PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta. 701 hlm.
Lestari, M.T., B. Baringbing, dan E. Karmawati. 1994. Studies on
consumption and growth of the leaf eating caterpillar Doleschallia polibete Cramer
(Lepidoptera; Nymphalidae). Industrial Crops Research Journal 6(2): 4.
Setijono, B. dan Wahyudi. 1983. Pemeriksaan Kandungan Kimia Daun
Handeuleum (Graptophyllum pictum (L). Griff). Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. hlm. 434-450.
Suryosaputro, S., Soemartoyo, dan S. Suryoseputro. 1983. Pengaruh
Infuse Daun Graptophyllum pictum (Linn) Griff terhadap Kontraksi Otot
Polos Usus Marmot. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. hlm.
222-225.
Triharso, W.T.1978. Agriculture Chemicals-BookIV Fungicides.
Thomson Public. Fresno. California.
Wahyuno,D.1997.Bercak daun phyllostica pada ylang-ylang. Kongr.
Nas. XIII PFI,Mataram.
Zakaria
dan Suparno. 2002. Serangan Kumbang Scarabaeidae pada Bunga Mangga Varietas
Lokal Bengkulu di Kotamadia Bengkulu dan Cara Pengendaliannya.
lampiran
0 comments:
Post a Comment