Saturday, April 15, 2017

jamur entomopatogen laporan

I.      PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Pada praktikum kali ini kita akan membahas tentang perbanyakan jamur entomo patogen.  Dalam praktikum kali ini akan dilakukan perbanyakan dari jamur entomopatogen. Jenis jamur yang akan dibahas  adalah Beauveria bassidiana , Metarhizium anisopliae dan Aspergilus sp.Perbanyakan drai jamur entomopatogen dilakukan secara aseptis , agar tidak terkontaminasi dengan mikroorganisme lain.
Jamur entomopatogen membutuhkan oksigen, air dan sumber organik karbon dan energi.  Sumber nitrogen baik organik maupun anorganik dan bahan tambahan lain berupa mineral maupun pemacu tumbuh juga diperlukan.  Sumber karbon yang biasa digunakan sebagai media adalah dekstrose namun dapat diganti dengan  polisakarida seperti tajin atau lipid.  Nitrogen dapat disediakan dalam bentuk nitrat, amonia atau bahan organik seperti asam amino atau protein.

Musuh alami dari hama yang dapat digunakan adalah jamur .Jamur yang dapat mengendalikan serangga biasa disebut dengan jamur entomopatogen. Beberapa jenis jamur dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali hama. Karena sebagian jamur memiliki kemampuan untuk mengganggu fungsi fisiologis serangga .Bahkan dapat bersifat mematikan bagi serangga hama .Jamue entomopatogen menyerang serangga yang masih hidup , kemudian ia akan mengganggu fungsi fisiologis serangga .Setelah jamur membuat serangga mati , jamur masih dapat hidup bahkan setelah serangga berubah menjadi bangkai.
1.2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan melakukan cara perbanyakan jamur Metarhizium anisopliae.
1.Mengetahui peran jamur entomopatogen
2.Mengetahui mekanisme jamur entomopatogen dalam menyerang serangga
3. Mengetahui kandungan dari jamur entomopatogen.


















II.  METODOLOGI PERCOBAAN


2.1    Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah bunsen, bor gabus, autoclave, plastik, karet, panci dan kompor.  Sedangkan bahan yang digunakan yaitu metarizium anisopliae, beaveria bassiana, dan aspergillus sp.

2.2    Prosedur

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum yaitu;
1.    Beras dicuci dan dimasak setengah matang
2.    Beras yang setenggah matang dimasukkan ke dalam plastik dan diikat
3.    Diautoclave dengan 1 atm, tekanan 121c selama 3 jam
4.    Didinginkan pada suhu ruangan
5.    Diambilkan biakan jamur dengan bor gabus dan dimassukan ke dalam media trsebut.
6.    Diletakkan di tempat yang dingin dan diamati pertumbuhan jamur.









III.   HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1    Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari praktikum ini yaitu;


































3.2    Pembahasan

Pada praktikum kali ini biakan tumbuh, namun pertumbuhan nya masih 25 %. Karena waktu yang dibutuhkan untuk perkembang biakan jamur masih kurang . Sehingga kita perlu mensiasati suhu ruangan yang ada, atau menambahkan biakan jamur sehingga jamur bisa berkembang biak lebih banyak lagi.

Jika suatu jamur Metarhizium anisopliae tidak tumbuh maka kemungkinan sudah terjadi kegagalan. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi suatu kegagalan yang ada seperti kurang teliti nya memasukan biakan jamur, kurang hati-hati nya pebiakan. Ini merupakan faktor luar sedangkan faktor dari dalam yaitu, suhu ruangan, Juga penggunaan alat – alat dan bahan – bahan akan membuat perbanyakan tidak menjadi kontaminan. Dan juga penggunaan kebersihan lab sendiri menjadi faktor penting agar perbanyakan tidak menjadi kontaminan. Waktu yang dibutuhkan untuk berkembangnya jamur.   

Kingdom         : Fungi
Divisi               : Eumycota
Kelas               : Deuteromycetes
Ordo                : Moniliales
Famili              : Moniliaceae
Genus              : Metarhizium
Spesies            : Metarhizium anisopliae


Metarhizium anisopliae adalah anggota dari kelas Hypomycetes dengan kategori jamur muscaridine hijau .Penggunaan Metarhizium sebagai agen hayati merupakan jenis pestisida microbial , yaitu jenis pestisida yang mengandung mikroorganisme sebagai bahan aktifnya.Penggunaan agen hayati ini sudah diketahui dapat menurunkan intensitas organisme pengganggu tanaman(Prayogo, dlk. 2005).
Jamur metarhizium masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dan pori-pori atau kutikula dari tubuh serangga .Setelah masuk ke dalam tubuh serangga jamur menghasilkan perpanjangan hifa lateral yang akhirnya berkembang biak dan mengonsumsi organ internal serangga .Pertumbuhan hifa berlanjut sampai serangga tersebut ditumbuhi miselia .Selanjutnya jamur akan beristirahat melaui kutikula dan sporulates yang dapat membuat serangga tampak sepeti diselimuti  bulu halus berwarna putih.Jamur ini dapat menghasilkan metabolit sekunder seperti destruxin , yang mempunyai sifat insektisida pada serangga .Zat metabolik inilah yang akan dimanfaatkan sebagai pembasmi hama (Matthew,2007).

Kemampuan entomopatogenitas jamur Metarhizium dikarenakan jamur ini memiliki aktivitas larvisidal karena menghasilkan cyclopeptida , destruxin A,B,C,D , dan E .Destrukxin telah dipertimbangkan sebagai bahan insektisida generasi baru .Efek destruxin berpengaruh pada sel target dan dapat menyebabkan kelainan fungsi lambung tengah , tubulus malpigi dan jaringan otot (Matthew,2007).

Salah satu pengendalian hayati terhadap kumbang badak menggunakan Metarhizium anisopliae yang mempunyai beberapa kelebihan antara lain adalah : Metarhizium anisopliae membunuh sasaran hama dengan tepat yaitu larva kumbang badak, kepompong, dan kumbang muda dalam sarang. Metarhizium anisopliae dapat digunakan dengan mudah, tidak memerlukan alat yang rumit sehingga biayanya murah dan penggunaan Metarhizium anisopliae tidak membahayakan lingkungan baik pada manusia, ternak maupun tanaman(Susilo,dkk . 1993).

M anisopliae dapat berkembang baik pada sarang kumbang badak pada kedalaman 10-20 cm. larva instar pertama dan kedua lebih tahan terhadap cendawan ini, sedangkan larva instar ketiga lebih rentan karena lebih aktif bergerak dan apabila dalam satu tempat populasi tinggi, akan terjadi saling menyerang diantara larva yang menyebabkan luka sehingga mudah penetrasi cendawan dalam tubuh larva (Prayogo, dkk.  2005)
Jamur mengadakan penetrasi kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh. Mekanisme penetrasi dimulai dengan pertumbuhan spora dan pada kutikula, selanjutnya hifa jamur mengeluarkan enzim katilase, lipase dan protease yang mampu mempengaruhi komponen penyusun kutikula serangga. (Jumar. 2000).
Proses perkembangan jamur dalam tubuh inang sampai inang mati berjalan sekitar 7 hari. Setelah inang terbunuh, jamur membentuk konida primer dan sekunder yang dalam kondisi cuaca yang sesuai konida tersebut muncul keluar dari kutikula serangga. Konida akan menyebarkan sporanya melalui angin, hujan, air dan lain-lain.( Alouw, dkk 1996).
Jamur entomopatogenik banyak menjadi pilihan untuk pengendalian hama daripada organisme lain. Diantaranya jamur entomopatogenik mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek, dapat membentuk spora dan dapat bertahan lama di alam, bahkan dalam kondisi yang kurang menguntungkan sekalipun. Disamping itu, relative mudah diproduksi, kemungkinan menimbulkan resistensi bagi serangga hama sangat kecil. (Whidayat dan Dini, 1993).
IV.             KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu;
1. Jamur entomopatogen sangat berperan dalam mengendalikan hama , karena dapat menekan perkembangan hama.
2.Jamur akan masuk ke dalam tubuh serangga menggunakan hifanya lalu akan merusak struktur sel serangga .
3. Penggunaan Metarhizium anisopliae sebagai agen hayati merupakan jenis pestisida microbial.
4. Jamur metarhizium masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dan pori-pori atau kutikula dari tubuh serangga
5. Salah satu pengendalian hayati terhadap kumbang badak menggunakan Metarhizium anisopliae.










DAFTAR PUSTAKA

Alouw, J.C, J.Sambiran dan N. Lumentut. 1996. Teknik Isolasi Pemurnian dan Perbanyakan Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana. Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain. Manado.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta.
Matthew. 2007. Seleksi Isolat Beauveria bassiana (Bals.amo) Vuillemin dan Metarhizium sp. Dalam Menimbulkan Mortalitas Terhadap Nimfa Walang Sangit (Leptocorixa acuta) (Thunb.) (Hemiptera:alydidae). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Indralaya. [Skripsi].

Prayogo Y, Wedanimbi T, Marwoto. 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen Metarhizium anisopliae untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura Pada Kedelai. J. Litbang Pertanian, 24(1):19-26.

Susilo, A., S. Satryo dan H.A. Tutung. 1993. Sporulasi, Viabilitas Cendawan Metarhizium anisopliae pada Media Jagung dan Patogenisitasnya terhadap Larva Oryctes rhinoceros. Prosiding Makalah Simposium Patologi Serangga. Yogyakarta.

Widayat, Wahyu dan Dini Jamia Rayati. 1993. Hasil Penelitian jamur Entomopatogenik Lokal dan Prospek penggunaannya sebagai
Insektisida Hayati. Prosiding Makalah, Simposium Patologi Serangga I : Yogyakarta.








LAMPIRAN




aftimar

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Manual Categories