The Best Documents Platform

Simple way to create amazing documents for your project.

Tuesday, April 18, 2017

2. HAMA- HAMA TANAMAN PANGAN

HAMA- HAMA TANAMAN PANGAN
(Laporan Praktikum Pengenalan Hama Tanaman)





Oleh
Asri Oktavia Putri
1314121022















JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNILA
2015
I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tanaman panagan sangat penting untuk keberlangsungan hidup mahluk hidup. Suatu Negara dikatakan maju apabila telah dapat mencukupi kebutuhan pangan negaranya. Tanaman pangan penting di Indonesia adalah padi, jagung dan kedelai.
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman pangan salah satunya yaitu serangan hama. Hama yang sering menyerang tanaman padi adalah ulat grayak, walang sangit, penggerek batang padi, keong mas, belalang kembara dan ulat pelipat daun padi. Hama yang sering menyerang tanaman jagung adalah penggerek tongkol dan  penggerek batang. Dan hama yang sering menyerang pertanaman kedelai adalah ulat grayak, lalat bibit, penggerek polong, penghisab polong, kepik hijau dan kutu daun.

Hama- hama yang menyerang tanaman pangan adalah hama penting, karena dapat menurunkan produktifitas tanaman. Hama- hama tanaman pangan harus dikendaliakan engan baik dan benar, agar populasinya tidak melebihi ambang batas. Untuk dapa mengetahui pengendalian yang baik dan benar maka perlu diketahui bioekologi dari hama tersebut sehingga dapat mentukan cara pengendalian yang akan diterapan dalam pengadalain hama tersebut. Selain itu juga dapat diketahui wktu pengendalian yang tepat. Jika sudah mengetahui cara yang akan digunaka dalam pengendalian serta waktu yang tepat untuk pengendalian maka pengendalian hama akan lebih efisien.

Upaya pengendalian oleh petani pada saat ini adalah dengan menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya yang tidak ramah lingkungan. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang mengintegrasi komponen pengendalian yang selaras terbukti tidak hanya meningkatkan produksi jagung tetapi juga pendapatan petani.





Sistim PHT melibatkan semua komponen yang berpeluang untuk menekan atau mencegah hama untuk mencapai ambang batas populasi merusak secara ekonomi (economic injury level/economic threshold) (Wilson, 1990). Sistim PHT yang bertujuan mengupayakan agar OPT tidak menimbulkan kerugian melalui cara-cara pengendalian yang efektif, ekonomis, dan aman bagi khalayak, produsen, dan lingkungan menjadi acuan dasar dalam pengendalian OPT agar petani tidak bergantung pada pestisida atau bahan kimia lainnya.Karena hal di ataslah mahasiswa pertanian khususnya Agriteknologi perlu melakukan praktikum tentang hama tanaman pangan.

2.1 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilaksakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui jenis hama yang menyerang tanaman pangan
2.      Mengetahui bioekologi hama tanaman panagan
3.      Mengetahui cara pengendalian dan waktu yang tepat untuk pengendalain hama tanaman pangan.


















II.                METODOLOGI PERCOBAAN
                                                                 
2.1  Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalampercobaan ini adalah pena, kerstas A4, pensil dan penghampus. Dan bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah spesimen hama tanaman pangan seperti penggerek tongkol, penggerek batang jagung, ulat grayak, lalat bibit, penggerek polong kedeli, penghisap polong kedelai,kepik hijau, kutu daun, ulat grayak, walang sangit, wereng coklat, penggerek batang padi, keong mas, belalang kembara dan ulat pelipat daun padi.

2.2  Prosedur kerja
Prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagi berikut:
1.      Diamati dan digambar gejala kerusakan tanaman yang ada.
2.      Ditulis nama penyakit dan hama penyebabnya.
3.      Ditulis ordo dan familinya.












3.2  Pembahasan
3.2.1        Hama Tanaman Padi
1.      Ulat Grayak ( Spodoptera litura )
Klasifikasi:
Kerajaan          : Animalia
Phylum
           : Arthropoda
Kelas
               : Insekta
Bangsa
            : Lepidoptera
Suku
               : Noctuidae
Marga
             : Spodoptera
Jenis
               : Spodoptera litura

Bioekologi
Siklus hidup Spodoptera sp. berlangsung dalam empat stadium, yaitu stadium telur, larva, pupa, dan imago atau ngengat. Ngengat betina meletakkan telurnya di permukaan daun tanaman dengan jumlah telur antara 2000-3000 butir. Setelah 3-5 hari, telur akan menetas menjadi larva dan hidup secara berkelompok dalam jumlah sagat banyak. Fase ini terdiri atas lima instar, dan pada instar terakhir, ulat sangat rakus dan bisa menghabisi daun tanaman dalam waktu satu malam. Pada siang hari, larva akan bersembunyi di dalam tanah, dan malam harinya sangat aktif untuk memakan daun-daun tanaman. Fase larva berlangsung kurang lebih selama 20 hari, kemudian akan berubah menjadi pupa. Stadium pupa akan berlangsung selama kurang lebih 8 hari, kemudian akan keluar ngengat dewasa. Pada umur 2-6 hari, ngengat dewasa sudah kembali bertelur untuk menurunkan generasi baru.

Cara pengendalian
Cara pengendaliann hama ini yang pertama dengan pengendalian secara teknis yaitu dengan menjaga sanitasi kebun, pengolahan tanah (pencangkulan dan penggaruan), penggiliran tanaman. Cara kedua yaitu dengan cara mekanis, beberapa jenis predator yang bisa dimanfaatkan untuk menekan populasi ulat grayak antara lain Lycosa pseudoannnulata (Araceae), Paederus fuscipes (Coleoptera), Euburellia stali (Dermaptera), dan Eocantheocona furcellata (Hemiptera). Cara ketiga yaitu Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan dan dilakukan secara berseling setiap kali penyemprotan.

2.      Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Klsifikasi
Kingdom   : Animalia
Filum         : Arthropoda
Kelas         : Insecta
Ordo          : Hemiptera
famili         : Alydidae
Genus        : Leptocorisa
Spesies      : Leptocorisa acuta

Bioekologi
Selain padi, walang sangit juga mempunyai inang alternative yang berupa tanaman rumput-rumputan antara lain : Panicum spp; Andropogon sorgum; Digitaria consanguinaria; Eleusine coracoma; Setaria italica; Cyperus polystachys, Paspalum spp; dan Pennisetum typhoideum. Walang sangit (Leptocorisa oratorius) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imag). Walang sangit dewasa meletakkan telur pada bagian atas daun tanaman khususnya pada area daun bendera  tanaman padi. Lama periode bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per induk + 200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima instar pertumbuhan nimpa yang total lamanya + 19 hari. Lama preoviposition + 21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama walang sangit + 46 . Telur setelah menetas menjadi nimfa aktif bergerak ke malai mencari bulir padi yang masih stadia masak susu sebagai makananan. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari yang panas bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau malam hari.

Cara Pengendalian
Beberapa cara pengendalian yang dapat diterapkan dan telah terbukti mampu mengendalikan walang sangit di lapangan, antara lain :
1.      Pengendalian dengan sanitasi lingkungan
Walang sangit mempunyai inang yang cukup banyak berupa tanaman rumput-rumputan. Untuk itu pada lahan-lahan pertanaman padi dan sekitarnya dari sebelum musim tanam sampai selesai panen harus dilakukan pembersihan terhadap tanaman rumput-rumputan, sehingga tidak ada tanaman inang alternatif yang dapat digunakan untuk bertahan hidup sebelum menyerang tanaman padi.

2.      Pengendalian secara kultur teknik
Pengendalian ini dilaksanakan dengan mengatur pola tanam padi. Untuk mengendalikan keberadaan walang sangit di lapangan, hendaknya dilakukan penanaman padi secara serentak pada hamparan yang luas. Pada saat padi menjelang musim berbunga, walang sangit akan datang dan berkembang biak satu generasi sebelum pertanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi walang sangit dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung pada selisih waktu tanam pada hamparn tersebut. Semakin serempak penanaman padi dilakukan semakin sedikit jumlah generasi walang sangit pada hamparan tersebut, dengan demikian selisih waktu tanam dalam satu hamparan tidak boleh lebih dari 2,5 bulan. Selain itu dapat pula diberikan tanaman perangkap, berupa tanaman padi yang ditanam dalam pot-pot, yang ditanam beberapa hari sebelum penanaman padi di hamparan yang luas. Tanaman perangkap tersebut akan lebih dulu memasuki masa berbunga dan pengisian bulir padi/gabah (periode masak susu), sehingga walang sangit akan lebih dulu berkunjung dan menyerang tanaman padi dalam pot tersebut, untuk selanjutnya akan lebih mudah menangkap dan mengendalikan walang sangit pada tanaman tersebut.

3.      Pengendalian secara biologi
Balum banyak di teliti dan dilaporkan bahan-bahan biologi yang sudah dikembangkan effektif dan effisien dalam mengendalikan walang sangit. Namun demikian, untuk mengurangi intensitas serangan walang sangit dapat digunakan Beauviria sp dan metharizum sp, yang menyerang walang sangit pada stadia nimfa dan dewasa.

3.      Wereng Coklat ( Nilaarvata lugens)
Klsifikasi
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Arthropoda
Upafilum         : Hexapoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Hemiptera
Famili              : Delphacidae
Genus              : Nilaparvata
Spesies            Nilaparvata lugens.

Bioekologi
Siklus hidup wereng coklat berkisar ± 28 hari, dengan kemampuan menyerang yang ganas dan penyebarannya cepat sehingga seolah-olah secara tiba-tiba mengakibatkan tanaman menjadi hopperburn (mengering/ puso). Seekor wereng coklat betina mampu bertelur sebanyak 100 - 600 butir, dengan masa telur ± 8 hari. Masa nimfa (sejak menetas sampai menjadi dewasa) ± 18 hari. Dewasa betina bertelur dengan masa hidup ± 8 hari.

Wereng coklat dewasa memiliki 2 bentuk sayap yaitu sayap panjang (makroptera, mampu terbang jarak jauh) dan sayap pendek (brakhiptera, dewasa menetap pada batang rumpun padi, menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak, yang dapat menyebabkan tanaman mengering). Seekor wereng coklat betina dalam satu musim tanam padi dengan kondisi lingkungan yang sesuai menghasilkan keturunan sampai 2.000 ekor. Contoh: pada tanaman padi yang berumur 2 minggu setelah tanam, tiap 2 (dua) rumpun ditemukan populasi wereng coklat 1 (satu) ekor, atau > 20 ekor wereng coklat per rumpun pada tanaman padi umur 6 minggu setelah tanam, maka akan menimbulkan gejala mengering pada saat fase keluar malai – pengisian bulir. Nimfa besar yang hidup pada tanaman padi yang tua akan membentuk dewasa bersayap panjang dan terbang pindah menyebar ke daerah lain.

Cara Pengendalian
Pengendalian pertama yaitu dengan menggunakan predator dari wereng coklat antara lain beberapa jenis laba-laba, kumbang, belalang, kepik, hingga capung. pengendalian kedua yaitu dengan menggunakan bahn kimia, bahan kimia yang diguanakan seperti pestisida nabati.

4.      Penggerek Batang Padi ( Chilo suppressalis)
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Insecta
Order               : Lepidoptera
Family             : Crambidae
Genus              : Chilo
Spesies            : Chilo suppressalis

Bioekologi
Larva hidup dalam tanaman sampai instar ke-5 atau ke-6  larva, bergantung pada lingkungan dan larva pindah dari satu tunas ke tunas lainnya.
Spesies penggerek batang padi yang beradaptasi pada satu agroekosistem akan mejadi  spesies yang dominan. Dari enam spesies penggerek batang yang ditemukan pada tanaman padi di Indonesia, empat di antaranya lebih dominan. Keempat spesies tersebut  adalah penggerek batang padi kuning, penggerek batang padi putih, penggerek batang merah jambu, dan penggerek batang  bergaris.

Cara Pengendalian
Pengendalian yang pertama yaitu dengan menggunakan predator atau musuh alami seperti laba- laba. pengendalian yang kedua yaitu dengan menggunakan bhan kimia seperti pestisida.

5.      Keong Mas ( Pomacea canaliculata)
Klasifikasi
Phylum            : Mollusca
Kelas               : Gastropoda
Sub kelas         : Prosobranchia
Ordo                : Mesogastropoda
Family             : Ampullaridae
Genus              : Pomacea
Spesies            : Pomacea canaliculata

Bioekologi
Keong mas atau siput murbai merupakan hewan lunak (Mollusca) dari kelas Gastropoda yang berarti berjalan dengan perut. Keong emas biasa hidup di rawa, sawah irigasi, saluran air, dan areal yang selalu tergenang. Meski demikian, bukan berarti keong emas tak bisa hidup di areal tanpa air. Saat musim kemarau, mereka mengubur diri di dalam tanah yang lembab. Mereka mampu berdiapause (fase dimana organisme berhenti berkembang dan terjadi pada siklus tahunan) selama 6 bulan, kemudian aktif kembali saat tanah mulai dialiri air. Mereka bahkan bisa hidup di lingkungan ganas, seperti air yang terkena polusi dan kurang kadar oksigen. Siklus hidup keong emas terbilang cukup pendek. Telur-telur keong emas dapat menetas hanya dalam waktu 7-14 hari. Keong emas juga mampu bereproduksi dengan sangat gesit. Seekor keong dapat menghasilkan 1000-1200 telur dalam satu bulan.

Cara Pengendaliaan
Ada bebera metode untuk pengendalian hama keong mas ini antara lain sebagai berikut.
1.      Pengendalian secara mekanis
Pengendalian secara mekanis  diawal sebelum penanaman yaitu pengolahan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan cara membajak  setelah dibajak kemudian telur-telur keong mas dipecahkan didalam lumpur, selain itu juga sanitasi gulma. Yang terpenting adalah saluran air pada irigasi harus dibuat alat penyaringan. Sehingga meminimalkan keong mas masuk ke dalam sawah.
2.      Tanaman inang
Pemberian tanaman inang dapat dilakukan tanpa harus menanam di tengah sawah yaitu cukup hanya memberi daunnya saja ke dalam petakan sawah. Karena keong mas akan mudah menempel pada daun yang diberi sehingga memudahkan dalam memungut keong mas.
3.      Pengendalian dengan musuh alami
Hama keong mas memiliki musuh alami seperti penyu dan kepiting. Pemberian musuh alami dilakukan agar populasi hama keong mas tidak terlalu banyak dan menjaga ekosistem tanpa merusak lingkungan.
4.      Beternak bebek disawah
Beternak bebek disawah  merupakan alternative selain untuk mengelolah hama keong juga untuk penyedian bahan pakan pada ternak bebek. 
5.      Pengendalian dengan pestisida nabati
Ada beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati antara lain tanaman widru, tanaman tuba, tanaman tembakau, dan masih banyak tanaman yang lain yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati.

6.      Belalang Kembara ( Locuta migratoria)
Klsifikasi
Kingdom         : Animalia
Phylum
            : Arthropoda
Class
                : Insecta
Order
               : Orthoptera
Family
             : Acrididae
Genus
              : Locusta
Species
            : Locusta migratoria
Bioekologi
Belalang dewasa panjang tubuhnya 35-50 mm pada jantan, 45-55 mm pada betina; dewasa gregarius bervariasi dalam ukuran antara 40 dan 60 mm menurut jenis kelaminnya dan lebih kecil daripada dewasa yang hidup soliter. Frons vertical; elytra panjang, mengkilat, 43.5-56.0 mm pada jantan, 49.0-61.0 mm pada betina. Sayap berwarna, tanpa bands. Femora belakang hitam-kebiruan mulai dari bagian basal. Panjang femur belakang 22-26 mm pada jantan, 20-32 mm pada betina. Tibia belakang kekuningan atau merah. Thorax ditutupi dengan sejumlah rambut pendek. Pronotum tanpa cruciform,  berbentuk pelana pada individu fase gregariuos, dengan strangulasi (strangulation) yang jelas dan “median keel” yang lurus atau sedikit cekung (tampak lateral). Pada individu fase soliter, pronotum tidak memiliki strangulasi, dengan “median keel” yang cembung (tampak lateral). Larva memiliki 5 instar.

Cara Pengendalian
Belalang kembara dapat dikendalikan melalui pengendalian dengan musuh alami menggunakan jamur Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana; kultur teknis/pola tanam dengan cara pengaturan pola tanam dan sanitasi lingkungan; fisik/mekanis dengan cara pemusnahan kelompok telur dengan pengolahan tanah langsung dan penangkapan dengan menggunakan jaring kemudian dimusnahkan; dan Pengendalian dengan insektisida berbahan aktif BPMC, betasiflutrin, deltametrin, klorprifos, sipermetrin, tiodikarb, MIPC, fipronil, dan karbaril.

7.      Ulat Grayak ( Cnaphapallocrosis medinalis)
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Insecta
Order               : Lepidoptera
Family             : Crambidae
Genus              : Cnaphalocrocis
Species            : Cnaphalocrocis medinalis
Bioekologi
Imago berwarna coklat muda, panjang 10-12 mm dan memiliki 2-3 garis hitam vertikal pada sayap depan. Imago ini aktif pada malam hari. Pada siang hari ngengat bersembunyi di balik tanaman padi atau gulma rumput- rumputan dan jika diganggu hanya dapat terbang dalam jarak dekat. Telur   berbentuk   oval   dengan   panjang   0,68   mm   dan   diletakkan berkelompok dalam satu baris yang sejajar dengan ibu tulang daun. Larva makan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun dengan meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Siklus hidup hama putih palsu ini 30-60 hari. Panjang larva 1,4 mm dan lebar 2 mm. Abdomen berwarna putih dengan kepala berwarna coklat kehitaman. Setelah memakan daun, larva berwarna hijau. Pada  pertumbuhan  maksimal  larva  dapat berwarna hijau muda dengan kepala coklat tua yang memiliki panjang 20-24 mm. Larva instar 2 mampu melipat daun dan instar 6 akan berada dalam lipatan daun hingga menjadi pupa. Daur hidup larva 33-34 hari. Pupa  terbentuk  di  dalam  gulungan daun dan dilindungi oleh anyaman benang sutera yang jarang. Pupa kadang-kadang terdapat pada tunggul-tunggul batang padi. Pupa berwarna kuning dan mempunyai stadium pupa 6-8 hari.

Cara Pengendalian
Pengendalian hama ulat  grayak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara.  Pengendalian yang optimal dapat dimulai dengan membersihkan sekitar pertanaman cabe dari gulma sehingga tidak ada inang sementara bagi hama ini. Selanjutnya dapat dilakukan pengendalian dengan memerangkap  kupu-kupu jantannya dengan sex pheromone.  berkurangnya kupu-kupu jantan menyebabkan produksi telur kupu-kupu betina juga akan berkurang, cara pengendalian ini akan effektif apabila diterapkan sejak awal.

Sex pheromone yang mudah dan praktis untuk diaplikasikan adalah Ugratas yang merupakan singkatan dari Ulat grayak brantas tuntas. Ugratas berbentuk seperti benang plastik berwarna merah dan digantung pada botol bekas air mineral yang diberi lubang kecil disekelilingnya.   Paling sedikit diperlukan 5-10 buah ugratas per satu hektar lahan tanaman cabe yang dipasang sedikit diatas tanaman cabe,  effektivitasnya dalam memerangkap serangga jantan kurang lebih 3 minggu, sehingga setelah 3 minggu harus diganti kembali.

Penggunaan sex pheromone ini lebih menguntungkan karena karena tidak berdampak negatif bagi lingkungan sehingga aman bagi manusia dan ternak dan tidak menimbulkan kekebalan (resistensi) hama terhadap insektisisda serta dapat memperlambat perkembangan populasi hama tersebut sehingga dapat mengurangi penggunaan insektisida. Sedangkan setelah menjadi larva, ulat grayak dapat dikendalikan secara mekanis, hayati maupun kimia.  Pengendalian ulat grayak secara mekanis adalah dengan mengumpulkan dan memusnahkan ulat grayak yang tertangkap.  Sedangkan secara hayati dilakukan dengan aplikasi agensia hayati berbahan aktif Bacilus thuringiensis yang dipasar dikenal dengan merk dagang seperti  Dipel, Florbac, Bactospeine dan Thuricide.  Pengendalian secara hayati  ini tidak boleh digabung dengan pengendalian secara kimia, karena hasilnya pasti tidak effektif bahkan bisa dikatakan mubazir karena bahan-bahan kimia yang terkandung dalam insektisida tersebut dapat mematikan agensia hayati tersebut.

Secara kimia pengendalian ulat grayak dilakukan dengan menyemprotkan insektisida secara berseling,  misalnya dengan Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 – 1,0 ml per liter air, Hostathion 40 EC  dengan dosis 2 cc per liter air  atau  Orthene 75 SP 1 gr per liter air. Penggunnaan insektisisda ini harus dilakukan secara bijak dan hati-hati.  Lebih baik apabila berkonsultasi terlebih dahulu dengan petugas  teknis maupun penyuluh pertanian setempat sebelum penggunaan insektisida tersebut. Sesuai dengan kebiasaan ulat grayak yang aktif pada malam hari maka penyemprotan insektisida ini harus dilakukan saat hari mulai gelap/malam.  Siang hari biasanya bersembunyi di bawah rerumputan, daun atau bahkan dibawah mulsa atau di rongga-rongga tanah yang terlindung dari sinar matahari.    Penyemprotan insektisida ini effektif pada saat ulat grayak masih “muda” , jika sudah “tua” dengan warna lebih gelap akan susah untuk dikendalikan.

3.2.2        Hama Tanaman Jagung
1.      Penggerek Tongkol( Helicoverpa amigera)
Klasifikasi
Filum               :  Arthropoda
Class                :  Insecta
Ordo                :  Lepidoptera
Famili              :  Noctuidae
Genus              : Helicoverpa
Spesies            : Helicoverpa armigera

Bioekologi
Helicoverpa armigera merupakan family Noctuide. Telur berwarna putih kemudian berubah menjadi coklat. Larva  terdari dari enam instar. Instar pertama berukuran 1-3 mm dengan warna kepala coklat kehitaman atau kuning keputihan. Tubuh berwana gelap. Instar kedua memilki panjang 4-7 mm, instar tiga 8-13 mm, instar empat 14-23 mm, instar lima 24-28 mm, dan instar enam 29-30+ mm. Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval . Imago memilki rentang sayap 30-45 mm,sayap depan berwarna coklat atau coklat kemerahan. Sayap belakang berwarna pucat dengan margin terluar gelap.

Suhu optimum H.armigera adalaah 25
áµ’C. H.armigera meletakan telur pada daun dan bunga secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Setelah 4-6 hari telur menetas. Larva memakan daun, dan buah. Stadia larva berlangsung selama 14 hari yang terdiri dari enam larva. Larva yang menyerang buah cabai menggorok ke dalam buah. Setelah itu larva menuju tanah den masuk ke dalam tanah sedalam 10 cm. Stadia pupa berlangsung selama 10-12 hari. Imago mampu hidup selama 10 hari. H.armigera dapat meletakan 1000 telur selama hidupnya. Imago mengkonsumsi nektar untuk kebutuhan pakannya.

Cara Pengendalian

Pengendalian Secara Mekanis. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan sanitasi buah cabai dan bagian tanaman  yang terinvestasi H.armigera (telur dan larva). Bagian tanaman yang di ambil di bakar. Pengendalian Secara Biologi. Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan memanfaatkan parasitoid dan entomopathogen. Parasitoid yang dapat dimanfaatkan diantara lain adalah Microplitis, Trichogramma dan Telenomus, Netelia, Heteropelma dan Ichneumon. Parasitoid tersebut memparisiti larva dan pupa H.armigera. Entomopathogen yang dapat dimanfaatkan adalah nucleopolyhedrovirus (NPV). NPV diaplikasikan dengan disemprotkan ke tanaman dengan dosis 250-500ml (1ml/litre)/hektar 2-3 kali dengan interval 10 hari. Penyemprotan dilakukan pada malam hari. Selain itu dapat memanfaatkan Bakteri berspora Bacilus thuringensis dan jamur metarizium.

 

Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan feromon sex sintetik. H.armigera yang tertarik adalah Imago jantan. Feromon sex berbentuk seperti karet. Feromon tersebut dimasukan kedalam suatu tempat Yang di bagian dasarnya terdapat air atau insektisida. Pengendalian dengan menggunakan insektisida nabati dapat digunakan Neem oil, karena neem oil bersifat sistemik terhadap tanaman. Neem oil bekerja dengan menghambat hormon ecdyson yang berperan dalam penggatian kulit serangga. Bila serangan sudah sangat berat dapat digunakan insektisida sintetik sistemik seperti karbofuran.

2.      Penggerek Batang( Ostrinia funacalis)

Klasifikasi

Kerajaan          : Animalia

Filum               : Arthropoda

Kelas               : Insecta

Ordo                : Lepidoptera

Famili              : Crambidae

Genus              : Ostrinia

Spesies            : Ostrinia furnacalis


Bioekologi
Ngengat aktif malam hari dan tidak tertarik pada cahaya. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9 secra berkelompok berbentuk bulat panjang atau tidak teratur berwarna putih kekuning-kuningan mengkilat seperti sutera, jumlahnya sekitar 10-40 butir telur, tetapi kadang-kadang lebih dari 90 butir. Seekor ngengat betina mampu bertelur mencapai 500-1500 butir. Biasanya hama ini bertelur seminggu sebelum terbentuk bunga betina (tongkol). Selanjutnya, telur menetas sekitar 3-10 hari dan larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva muda mula-mula menggerek daun bagian bawah dan meninggalkan sisa-sisa makanan serta kotoran, kemudian menuju malai. Selanjutnya memakan malai dan memintal malai bersama serta membuat terowongan ke dalam tulang daun dan mengebor masuk ke dalam batang. Setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari.  Ngengat hidup selama 10-24 hari.

Cara Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
1.      Waktu tanam yang tepat.
2.      Tumpangsari jagung dengan kedelai atan kacang tanah untuk membingungkan hama dalam mencari inang baik karena beraneka senyawa kimia yang dikeluarkan maupun tinggi rendahnya tanaman-tanaman yang ada di lahan tersebut .
3.      Rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama ini dengan catatan hama pada tanaman jagung berbeda dengan hama pada tanaman lain.
4.      Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman
5.      Menanam jagung agak lambat untuk menghindari telur hama lebih dini.
6.      Memindahkan batang-batang jagung sesudah panen dan memusnahkan tunggul batang jagung untuk mencegah larva tidur.
7.      Menghilangkan bunga jantan 3 dari 4 baris sesudah bunga jantan muncul untuk mengurangi pengebor jagung dan menambah hasil panenan.
8.      Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.

3.2.3        Hma Tanaman Kedelai

1.      Lalat Bibit
Klasifikasi

Filum               : arthropoda
Class                : insecta
Ordo                : Diptera
Family             : Agromyzidae
Genus              : Ophiomyia
Spesies            : Ophiomyia phaseoli

 

Bioekologi

Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli) merupakan salah satu jenis hama yang pertama sekali menyerang tanaman kedelai. Gejala kerusakan tanaman mulai terlihat pacta 14 hari setelah tanam dan berakhir pada 30 hari setelah tanam. Kerugian hasil yang disebabkan oleh serangan lalat kacang adalah setara dengan presentase kematian tanaman pada suatu areal pertanaman. Lalat kacang dewasa berukuran 1,9-2,2 mm berwarna hitam, lalat dewasa meletakan telur sejak tanaman kedelai muncul diatas tanah sampai sekitar 2 minggu setelah tanam. Telur diletakan secara terpisah dalam lubang di dikoteledon atau pangkal helai daun pertama atau kedua.

Seekor induk betina lalat mampu meletakan telur 94-183 butir menetas 48 jam setelah diletakan. Larva berbentuk ramping panjang maksimal 3,75 mm dan lebar 0,15 mm memakan keping biji atau daun selama 2 hari, larva menggerek daun menuju ke batang hingga pangkal batang atau pangkal akar, melalui kulit batang. Stadia larva berkisar antara 7 -11 hari. Pupa terbentuk di bawah epidermis kulit padakal batang atau pangkal akar. Siklus hidup lalat kacang berkisar 17-26 hari.

 

Cara Pengendalian

1.      Cara pengendalian yang dapat digunakan untuk mengatasi hama ini adalah sebagai berikut:
Pergiliran tanaman dengan bukan kacang-kacangan.
Tanam serempak dengan selisih waktu tanam kurang dari 10 hari.

2.      Menutup lubang tugal dengan mulsa (jerami, rumput daun kering).
Pencabutan dan pemusnahan tanaman terserang.

3.      Perawatan benih (untuk benih yang akan ditanam di daerah kronis/endemis).

4.      Penyemprotan insektisida efektif apabila ditemukan serangan kurang dari 2% pada umur kurang 10 hari setelah tanam.

 

2.      Penggerek Polong( Etiella zinekenella)

Klasifikasi

Kindom           : animalia
Phylum            : arthropoda
Class                : insecta
Ordo                : lepidoptera
Family             : pyralidae
Genus              : Etiella
Spesies            : Etiella zinckella

Bioekologi
Ulat penggerek polong kedelai ini mempunyai panjang ngengat kurang lebih 12 mm. sayap mukanya pada bagian tepi berwarna putih seperti perak, atau kuning pucat. Kepala  ulat berwarna hitam. Warna ulat mula-mula hijau pucat, kemudian berubah menjadi merah muda. Bentuk ulat silindris dengan panjang kuang lebih 15 mm. Telur diletakkan pada polong atau daun. Jumlahnya 7-15 butir. Setelah menetas ulat segera membuat lubang pada polong. Ulat kemudian memakan biji dan mengeluarkan kotorannya. Ulat yang telah dewasa berwarna merah. Setelah dewasa ulat meninggalkan polong an berkepompong di tanah.

Cara Pengendalian
1.      Tindakan yang perlu dilakukan dalam mengendalikan hama ulat polong ini yaitu Tindakan pencegahan dilakukan penanaman serentak dan dalam aktu yang relative singkat selesai.
2.      Penggunaan insektisida pada saat setelah buah mulai terbentuk. dengan interval penyemprotan trgantung denga intensitas serangan.

3.      Penghisap Polong (Riptortus linearis)
Klasifikasi
Kingdom              :  Animalia
Filum                    :  Arthropoda
Kelas                    :  Insecta
Ordo                     :  Hemiptera
Famili                   :  Coreoidea
Genus                   :  Riptortus
Spesies                 :  Riptortus linearis

Bioekologi
Telur R. linearis berbentuk bulat dengan bagian tengah agak cekung, ratarata berdiameter 1,20 mm. Telur berwarna biru keabuan kemudian berubah menjadi cokelat suram. Setelah 6–7 hari, telur menetas dan membentuk nimfa instar I selama 3 hari. Pada stadium nimfa, R. linearis berganti kulit (moulting) lima kali. Setiap berganti kulit terlihat perbedaan bentuk, warna, ukuran, dan umur. Rata-rata panjang tubuh nimfa instar I adalah 2,60 mm, instar II 4,20 mm, instar III 6 mm, instar IV 7 mm, dan instar V 9,90 mm. Nimfa maupun imago mampu menyebabkan kerusakan pada polong kedelai dengan cara mengisap cairan biji di dalam polong dengan menusukkan stiletnya. Tingkat kerusakan akibat R. linearis bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan polong dan biji. Tingkat kerusakan biji dipengaruhi pula oleh letak dan jumlah tusukan pada biji.

Cara Pengendalian
1.      Tanam serempak hamparan luas
2.      Pergiliran tanaman
3.      Pengumpulan dan pemusnahan larva instar 4 - 6 hst
4.      Pelepasan parasitoid Trichogramma sp.
5.      Penggunaan insektisida anjuran, bila mencapai AP
ü  50 ekor larva instar 1/10 tan pada 11-30 hst
ü  15 ekor larva instar 2/10 tan, 10 ekor larva instar3/10 tan pada 31-70 hst
ü  Intensitas serangan polong > 2,5 %
6.      Insektisida anjuran al : Fenval 200 EC, Poksindo 200 EC, Matador 25 CS

4.      Kepik Hijau( Nezara viridula)
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia (Hewan)
FiluM              : Arthropoda (arthropoda)
Kelas               : Insecta (Serangga)
Order               : Hemiptera
Subordo          : Heteroptera
Family             : Pentatomidae
Subfamily        : Pentatominae
Genus              : Nezara
Species            : Nezara viridula

Bioekologi
Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala berwarna hijau serna pronotumnya berwarna jingga dan kuning keemasan, kuning kehijauan dengan tiga bintik berwarn hijau dan kuning polos. Telur diletakkan berkelompok (10-90 butir/kelompok) pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar. Pada kedelai nimfa dan imago terutama mengisap polong. 

Cara Pengendalian
1.      Pengendalian secara biologis
Potensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit diteliti. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria sp dan Metharizum sp.
2.      Pengendalian dengan menggunakan perilaku serangga
Walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama walang sangit.
3.      Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi dilakukan pada padi setelah berbunga sampai masak susu, ambang kendali untuk walang sangit adalah enam ekor /m2. Banyak insektisida yang cukup efektif terutama yang berbentuk cair atau tepung sedangkan yang berbentuk granula tidak dapat dianjurkan untuk mengendalikan walang sangit. Insektida anjuran untuk tanaman padi yang cukup efektif terhadap walang sangit adalah BPMC dan MIPC.

5.      Kutu Daun( Aphis glycine)
Klasifikasi
Kingdom         :Animalia
Filum               :Arthropoda
Kelas               :Insecta
 Ordo               :Hemiptera
 Famili             : Aphididae
Genus              : Aphis
Spesies            : Aphis glycine

Bioekologi
Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang  bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala yang ditimbulkan yaitu tanaman menjadi layu dan jika serangan terlalu parah tanaman akan mati.

Cara Pengandalian
Cara pengendalian yang dapat digunakan dalam pengendalian hama iini adalah sebagai berikut:
1.      Menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik,  bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan.
2.      membuang  bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya.
3.      Menggunakan musuh alami (predator maupun parasit).
4.      Penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah.





 

 














LAMPIRAN



VI.       KESIMPULAN

Setelah dilakukan praktikum tentng tanamn pangan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Hama- hama yang menyerang tanaman pangan adalah ulat grayak, walang sangit, penggerek batang padi, keong mas, belalang kembar, ulat pelipat daun padi, penggerek tongkol, penggerek batang, lalat bibit, penggerek polong, penghisab polong, kepik hijau dan kutu daun.
2.      Bioekologi setiap hama yang menyerang tanaman pangan berbeda- beda tergantung pada jenis hamanya.
3.      Cara pengendalian yang dapat digunakan untuk mengatasi serangan hama tanaman pangan ialah pengendalian mekanik, pemanfaatan musuh alami, dan juga penyemprotan dengan menggunakan pestisida.



DAFTAR PUSTAKA


Baliadi, Yuliantoro dan Wedanimbi Tengkano. 2010. Lalat Penggorok Daun,
       Lyriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae), Hama Baru Pada Tanaman Kedelai di
       Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Malang.

BPTP SUMUT, 2007. Hama, Penyakit, dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai
       Identifikasi dan Pengendaliannya.

Malipatil, M, B, dan P. M. Ridland. 2004. New Record of Liriomyza Mik
       (Agromyzidae: Diptera) Leafminers from Indonesia. Formosan Entomol.   
       Australia

Suryadi, Luthfy, Yenni Kusandriani, dan Gunawan. 2003. Karakteristik dan
       Deskripsi Plasma Nutfah Kacang Panjang. Buletin Plasma Nutfah 7 - 11 pp.
      Lembang.

Soehardjan, M dan W. Tengkano, 1987. Pengendalian Hama Kedelai. Dalam
        Prosiding Kongres Entomologi II. Diterbitkan oleh perhimpunan Entomologi   
        Indonesia, Jakarta.

Untung, K., 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press,

        Yogyakarta.

Featured Documents

Customization

View more

Tips and Tricks

View more

Image Documents

View more

Tutorials

View more

Legal Documents

View more

Getting Started

View more