HAMA- HAMA TANAMAN PANGAN
(Laporan Praktikum
Pengenalan Hama Tanaman)
Oleh
Asri Oktavia Putri
1314121022
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNILA
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tanaman panagan
sangat penting untuk keberlangsungan hidup mahluk hidup. Suatu Negara dikatakan
maju apabila telah dapat mencukupi kebutuhan pangan negaranya. Tanaman pangan
penting di Indonesia adalah padi, jagung dan kedelai.
Kendala
dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman pangan salah satunya yaitu serangan hama. Hama yang sering menyerang
tanaman padi adalah ulat grayak, walang sangit, penggerek batang padi, keong
mas, belalang kembara dan ulat pelipat daun padi. Hama yang sering menyerang
tanaman jagung adalah penggerek tongkol dan
penggerek batang. Dan hama yang sering menyerang pertanaman kedelai
adalah ulat grayak, lalat bibit, penggerek polong, penghisab polong, kepik
hijau dan kutu daun.
Hama- hama yang menyerang tanaman pangan adalah hama penting, karena
dapat menurunkan produktifitas tanaman. Hama- hama tanaman pangan harus
dikendaliakan engan baik dan benar, agar populasinya tidak melebihi ambang
batas. Untuk dapa mengetahui pengendalian yang baik dan benar maka perlu
diketahui bioekologi dari hama tersebut sehingga dapat mentukan cara
pengendalian yang akan diterapan dalam pengadalain hama tersebut. Selain itu
juga dapat diketahui wktu pengendalian yang tepat. Jika sudah mengetahui cara
yang akan digunaka dalam pengendalian serta waktu yang tepat untuk pengendalian
maka pengendalian hama akan lebih efisien.
Upaya
pengendalian oleh petani pada saat ini adalah dengan menggunakan pestisida atau
bahan kimia lainnya yang tidak ramah lingkungan. Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) yang mengintegrasi komponen pengendalian yang selaras terbukti tidak
hanya meningkatkan produksi jagung tetapi juga pendapatan petani.
Sistim
PHT melibatkan semua komponen yang berpeluang untuk menekan atau mencegah hama
untuk mencapai ambang batas populasi merusak secara ekonomi (economic injury level/economic threshold)
(Wilson, 1990). Sistim PHT yang bertujuan mengupayakan agar OPT tidak
menimbulkan kerugian melalui cara-cara pengendalian yang efektif, ekonomis, dan
aman bagi khalayak, produsen, dan lingkungan menjadi acuan dasar dalam
pengendalian OPT agar petani tidak bergantung pada pestisida atau bahan kimia
lainnya.Karena hal di ataslah
mahasiswa pertanian khususnya Agriteknologi perlu melakukan praktikum tentang
hama tanaman pangan.
2.1 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilaksakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui jenis hama yang menyerang tanaman pangan
2.
Mengetahui bioekologi hama tanaman panagan
3.
Mengetahui cara pengendalian dan waktu yang tepat untuk pengendalain hama
tanaman pangan.
II.
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalampercobaan ini adalah pena, kerstas A4,
pensil dan penghampus. Dan bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah spesimen hama tanaman pangan seperti penggerek tongkol, penggerek batang
jagung, ulat grayak, lalat bibit, penggerek polong kedeli, penghisap polong
kedelai,kepik hijau, kutu daun, ulat grayak, walang sangit, wereng coklat, penggerek
batang padi, keong mas, belalang kembara dan ulat pelipat daun padi.
2.2 Prosedur kerja
Prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagi berikut:
1. Diamati
dan digambar gejala kerusakan tanaman yang ada.
2. Ditulis
nama penyakit dan hama penyebabnya.
3. Ditulis
ordo dan familinya.
3.2 Pembahasan
3.2.1
Hama
Tanaman Padi
1.
Ulat Grayak ( Spodoptera litura
)
Klasifikasi:
Kerajaan :
Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Bangsa : Lepidoptera
Suku : Noctuidae
Marga : Spodoptera
Jenis : Spodoptera litura
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Bangsa : Lepidoptera
Suku : Noctuidae
Marga : Spodoptera
Jenis : Spodoptera litura
Bioekologi
Siklus hidup Spodoptera sp.
berlangsung dalam empat stadium, yaitu stadium telur, larva, pupa, dan imago
atau ngengat. Ngengat betina meletakkan telurnya di permukaan daun tanaman
dengan jumlah telur antara 2000-3000 butir. Setelah 3-5 hari, telur akan
menetas menjadi larva dan hidup secara berkelompok dalam jumlah sagat banyak.
Fase ini terdiri atas lima instar, dan pada instar terakhir, ulat sangat rakus
dan bisa menghabisi daun tanaman dalam waktu satu malam. Pada siang hari, larva
akan bersembunyi di dalam tanah, dan malam harinya sangat aktif untuk memakan
daun-daun tanaman. Fase larva berlangsung kurang lebih selama 20 hari, kemudian
akan berubah menjadi pupa. Stadium pupa akan berlangsung selama kurang lebih 8
hari, kemudian akan keluar ngengat dewasa. Pada umur 2-6 hari, ngengat dewasa
sudah kembali bertelur untuk menurunkan generasi baru.
Cara pengendalian
Cara
pengendaliann hama ini yang pertama dengan pengendalian secara teknis yaitu
dengan menjaga sanitasi kebun, pengolahan tanah
(pencangkulan dan penggaruan), penggiliran tanaman. Cara kedua
yaitu dengan cara mekanis, beberapa jenis predator
yang bisa dimanfaatkan untuk menekan populasi ulat grayak antara lain Lycosa
pseudoannnulata (Araceae), Paederus fuscipes (Coleoptera), Euburellia
stali (Dermaptera), dan Eocantheocona furcellata (Hemiptera). Cara ketiga
yaitu Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos,
klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan dan dilakukan secara berseling setiap kali
penyemprotan.
2. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Klsifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo :
Hemiptera
famili :
Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa
acuta
Bioekologi
Selain
padi, walang sangit juga mempunyai inang alternative yang berupa tanaman
rumput-rumputan antara lain : Panicum spp; Andropogon sorgum; Digitaria
consanguinaria; Eleusine coracoma; Setaria italica; Cyperus polystachys,
Paspalum spp; dan Pennisetum typhoideum. Walang sangit (Leptocorisa
oratorius) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari
stadia telur, nimfa dan imag). Walang sangit dewasa meletakkan telur pada
bagian atas daun tanaman khususnya pada area daun bendera tanaman padi.
Lama periode bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per induk +
200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima instar pertumbuhan nimpa
yang total lamanya + 19 hari. Lama preoviposition + 21 hari,
sehingga lama satu siklus hidup hama walang sangit + 46 . Telur setelah
menetas menjadi nimfa aktif bergerak ke malai mencari bulir padi yang masih
stadia masak susu sebagai makananan. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari
yang panas bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari
aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh
terjadi pada sore atau malam hari.
Cara Pengendalian
Beberapa
cara pengendalian yang dapat diterapkan dan telah terbukti mampu mengendalikan
walang sangit di lapangan, antara lain :
1. Pengendalian dengan sanitasi lingkungan
Walang
sangit mempunyai inang yang cukup banyak berupa tanaman rumput-rumputan. Untuk
itu pada lahan-lahan pertanaman padi dan sekitarnya dari sebelum musim tanam
sampai selesai panen harus dilakukan pembersihan terhadap tanaman
rumput-rumputan, sehingga tidak ada tanaman inang alternatif yang dapat
digunakan untuk bertahan hidup sebelum menyerang tanaman padi.
2. Pengendalian secara kultur teknik
Pengendalian
ini dilaksanakan dengan mengatur pola tanam padi. Untuk mengendalikan
keberadaan walang sangit di lapangan, hendaknya dilakukan penanaman padi secara
serentak pada hamparan yang luas. Pada saat padi menjelang musim berbunga,
walang sangit akan datang dan berkembang biak satu generasi sebelum pertanaman
padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi walang sangit dalam satu hamparan
pertanaman padi tergantung pada selisih waktu tanam pada hamparn tersebut.
Semakin serempak penanaman padi dilakukan semakin sedikit jumlah generasi
walang sangit pada hamparan tersebut, dengan demikian selisih waktu tanam dalam
satu hamparan tidak boleh lebih dari 2,5 bulan. Selain itu dapat pula diberikan
tanaman perangkap, berupa tanaman padi yang ditanam dalam pot-pot, yang ditanam
beberapa hari sebelum penanaman padi di hamparan yang luas. Tanaman perangkap
tersebut akan lebih dulu memasuki masa berbunga dan pengisian bulir padi/gabah
(periode masak susu), sehingga walang sangit akan lebih dulu berkunjung dan
menyerang tanaman padi dalam pot tersebut, untuk selanjutnya akan lebih mudah
menangkap dan mengendalikan walang sangit pada tanaman tersebut.
3. Pengendalian secara biologi
Balum
banyak di teliti dan dilaporkan bahan-bahan biologi yang sudah dikembangkan
effektif dan effisien dalam mengendalikan walang sangit. Namun demikian, untuk
mengurangi intensitas serangan walang sangit dapat digunakan Beauviria sp dan metharizum sp, yang
menyerang walang sangit pada stadia nimfa dan dewasa.
3. Wereng
Coklat ( Nilaarvata lugens)
Klsifikasi
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Upafilum :
Hexapoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Hemiptera
Famili :
Delphacidae
Genus :
Nilaparvata
Spesies : Nilaparvata lugens.
Bioekologi
Siklus hidup
wereng coklat berkisar ± 28 hari, dengan kemampuan menyerang yang ganas dan
penyebarannya cepat sehingga seolah-olah secara tiba-tiba mengakibatkan tanaman
menjadi hopperburn (mengering/ puso). Seekor wereng coklat betina mampu
bertelur sebanyak 100 - 600 butir, dengan masa telur ± 8 hari. Masa nimfa
(sejak menetas sampai menjadi dewasa) ± 18 hari. Dewasa betina bertelur dengan
masa hidup ± 8 hari.
Wereng coklat
dewasa memiliki 2 bentuk sayap yaitu sayap panjang (makroptera, mampu terbang
jarak jauh) dan sayap pendek (brakhiptera, dewasa menetap pada batang rumpun
padi, menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak, yang dapat menyebabkan
tanaman mengering). Seekor wereng coklat betina dalam satu musim tanam padi
dengan kondisi lingkungan yang sesuai menghasilkan keturunan sampai 2.000 ekor.
Contoh: pada tanaman padi yang berumur 2 minggu setelah tanam, tiap 2 (dua)
rumpun ditemukan populasi wereng coklat 1 (satu) ekor, atau > 20 ekor wereng
coklat per rumpun pada tanaman padi umur 6 minggu setelah tanam, maka akan
menimbulkan gejala mengering pada saat fase keluar malai – pengisian bulir.
Nimfa besar yang hidup pada tanaman padi yang tua akan membentuk dewasa
bersayap panjang dan terbang pindah menyebar ke daerah lain.
Cara Pengendalian
Pengendalian pertama yaitu dengan menggunakan predator
dari wereng coklat antara lain beberapa jenis
laba-laba, kumbang, belalang, kepik, hingga capung. pengendalian kedua yaitu dengan menggunakan bahn
kimia, bahan kimia yang diguanakan seperti pestisida nabati.
4.
Penggerek Batang
Padi ( Chilo suppressalis)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Crambidae
Genus : Chilo
Spesies : Chilo suppressalis
Bioekologi
Larva
hidup dalam tanaman sampai instar ke-5 atau ke-6 larva, bergantung pada
lingkungan dan larva pindah dari satu tunas ke tunas lainnya.
Spesies
penggerek batang padi yang beradaptasi pada satu agroekosistem akan
mejadi spesies yang dominan. Dari enam spesies penggerek batang yang
ditemukan pada tanaman padi di Indonesia, empat di antaranya lebih dominan.
Keempat spesies tersebut adalah penggerek batang padi kuning, penggerek
batang padi putih, penggerek batang merah jambu, dan penggerek batang
bergaris.
Cara Pengendalian
Pengendalian
yang pertama yaitu dengan menggunakan predator atau musuh alami seperti laba-
laba. pengendalian yang kedua yaitu dengan menggunakan bhan kimia seperti
pestisida.
5. Keong
Mas ( Pomacea canaliculata)
Klasifikasi
Phylum :
Mollusca
Kelas :
Gastropoda
Sub
kelas :
Prosobranchia
Ordo :
Mesogastropoda
Family :
Ampullaridae
Genus :
Pomacea
Spesies :
Pomacea canaliculata
Bioekologi
Keong mas atau siput murbai
merupakan hewan lunak (Mollusca) dari kelas Gastropoda yang
berarti berjalan dengan perut. Keong emas biasa hidup di rawa, sawah irigasi,
saluran air, dan areal yang selalu tergenang. Meski demikian, bukan berarti
keong emas tak bisa hidup di areal tanpa air. Saat musim kemarau, mereka
mengubur diri di dalam tanah yang lembab. Mereka mampu berdiapause (fase dimana
organisme berhenti berkembang dan terjadi pada siklus tahunan) selama 6 bulan,
kemudian aktif kembali saat tanah mulai dialiri air. Mereka bahkan bisa hidup
di lingkungan ganas, seperti air yang terkena polusi dan kurang kadar oksigen.
Siklus hidup keong emas terbilang cukup pendek. Telur-telur keong emas dapat
menetas hanya dalam waktu 7-14 hari. Keong emas juga mampu bereproduksi dengan
sangat gesit. Seekor keong dapat menghasilkan 1000-1200 telur dalam satu bulan.
Cara Pengendaliaan
Ada
bebera metode untuk pengendalian hama keong mas ini antara lain sebagai
berikut.
1. Pengendalian secara mekanis
Pengendalian
secara mekanis diawal sebelum penanaman
yaitu pengolahan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan cara membajak setelah dibajak kemudian telur-telur keong
mas dipecahkan didalam lumpur, selain itu juga sanitasi gulma. Yang terpenting
adalah saluran air pada irigasi harus dibuat alat penyaringan. Sehingga
meminimalkan keong mas masuk ke dalam sawah.
2. Tanaman inang
Pemberian
tanaman inang dapat dilakukan tanpa harus menanam di tengah sawah yaitu cukup
hanya memberi daunnya saja ke dalam petakan sawah. Karena keong mas akan mudah
menempel pada daun yang diberi sehingga memudahkan dalam memungut keong mas.
3. Pengendalian dengan musuh alami
Hama
keong mas memiliki musuh alami seperti penyu dan kepiting. Pemberian musuh
alami dilakukan agar populasi hama keong mas tidak terlalu banyak dan menjaga
ekosistem tanpa merusak lingkungan.
4. Beternak bebek disawah
Beternak
bebek disawah merupakan alternative
selain untuk mengelolah hama keong juga untuk penyedian bahan pakan pada ternak
bebek.
5. Pengendalian dengan pestisida nabati
Ada
beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati antara
lain tanaman widru, tanaman tuba, tanaman tembakau, dan masih banyak tanaman
yang lain yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati.
6. Belalang
Kembara ( Locuta migratoria)
Klsifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Locusta
Species : Locusta migratoria
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Locusta
Species : Locusta migratoria
Bioekologi
Belalang
dewasa panjang tubuhnya 35-50 mm pada jantan, 45-55 mm pada betina; dewasa gregarius
bervariasi dalam ukuran antara 40 dan 60 mm menurut jenis kelaminnya dan lebih
kecil daripada dewasa yang hidup soliter.
Frons vertical; elytra
panjang, mengkilat, 43.5-56.0 mm pada jantan, 49.0-61.0 mm pada betina. Sayap
berwarna, tanpa bands. Femora belakang hitam-kebiruan mulai dari bagian basal.
Panjang femur belakang 22-26 mm pada jantan, 20-32 mm pada betina. Tibia
belakang kekuningan atau merah. Thorax ditutupi dengan sejumlah rambut pendek.
Pronotum tanpa cruciform, berbentuk pelana pada individu fase gregariuos,
dengan strangulasi (strangulation) yang jelas dan “median keel” yang lurus atau
sedikit cekung (tampak lateral). Pada individu fase soliter, pronotum tidak
memiliki strangulasi, dengan “median keel” yang cembung (tampak lateral). Larva
memiliki 5 instar.
Cara Pengendalian
Belalang
kembara dapat dikendalikan melalui pengendalian dengan musuh alami menggunakan jamur
Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana; kultur teknis/pola tanam dengan
cara pengaturan pola tanam dan sanitasi lingkungan; fisik/mekanis dengan cara
pemusnahan kelompok telur dengan pengolahan tanah langsung dan penangkapan
dengan menggunakan jaring kemudian dimusnahkan; dan Pengendalian dengan
insektisida berbahan aktif BPMC, betasiflutrin, deltametrin, klorprifos,
sipermetrin, tiodikarb, MIPC, fipronil, dan karbaril.
7. Ulat
Grayak ( Cnaphapallocrosis medinalis)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Crambidae
Genus : Cnaphalocrocis
Species : Cnaphalocrocis medinalis
Bioekologi
Imago
berwarna coklat muda, panjang 10-12 mm dan memiliki 2-3 garis hitam vertikal
pada sayap depan. Imago ini aktif pada malam hari. Pada siang hari ngengat
bersembunyi di balik tanaman padi atau gulma rumput- rumputan dan jika diganggu
hanya dapat terbang dalam jarak dekat. Telur berbentuk
oval dengan panjang 0,68
mm dan diletakkan berkelompok dalam satu baris yang
sejajar dengan ibu tulang daun. Larva makan jaringan hijau daun dari dalam
lipatan daun dengan meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih.
Siklus hidup hama putih palsu ini 30-60 hari. Panjang larva 1,4 mm dan lebar 2
mm. Abdomen berwarna putih dengan kepala berwarna coklat kehitaman. Setelah
memakan daun, larva berwarna hijau. Pada pertumbuhan maksimal
larva dapat berwarna hijau muda dengan kepala coklat tua yang memiliki
panjang 20-24 mm. Larva instar 2 mampu melipat daun dan instar 6 akan berada
dalam lipatan daun hingga menjadi pupa. Daur hidup larva 33-34 hari. Pupa
terbentuk di dalam gulungan daun dan dilindungi oleh anyaman
benang sutera yang jarang. Pupa kadang-kadang terdapat pada tunggul-tunggul
batang padi. Pupa berwarna kuning dan mempunyai stadium pupa 6-8 hari.
Cara Pengendalian
Pengendalian
hama ulat grayak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Pengendalian yang optimal dapat dimulai dengan membersihkan sekitar pertanaman
cabe dari gulma sehingga tidak ada inang sementara bagi hama ini. Selanjutnya
dapat dilakukan pengendalian dengan memerangkap kupu-kupu jantannya
dengan sex pheromone. berkurangnya kupu-kupu jantan menyebabkan
produksi telur kupu-kupu betina juga akan berkurang, cara pengendalian ini akan
effektif apabila diterapkan sejak awal.
Sex pheromone
yang mudah dan praktis untuk diaplikasikan adalah Ugratas yang
merupakan singkatan dari Ulat grayak brantas tuntas. Ugratas berbentuk
seperti benang plastik berwarna merah dan digantung pada botol bekas air
mineral yang diberi lubang kecil disekelilingnya. Paling sedikit
diperlukan 5-10 buah ugratas per satu hektar lahan tanaman cabe yang
dipasang sedikit diatas tanaman cabe, effektivitasnya dalam memerangkap
serangga jantan kurang lebih 3 minggu, sehingga setelah 3 minggu harus diganti
kembali.
Penggunaan
sex pheromone ini lebih menguntungkan karena karena tidak berdampak
negatif bagi lingkungan sehingga aman bagi manusia dan ternak dan tidak
menimbulkan kekebalan (resistensi) hama terhadap insektisisda serta
dapat memperlambat perkembangan populasi hama tersebut sehingga dapat
mengurangi penggunaan insektisida.
Sedangkan
setelah menjadi larva, ulat grayak dapat dikendalikan secara mekanis, hayati
maupun kimia. Pengendalian ulat grayak secara mekanis adalah dengan
mengumpulkan dan memusnahkan ulat grayak yang tertangkap. Sedangkan
secara hayati dilakukan dengan aplikasi agensia hayati berbahan aktif Bacilus
thuringiensis yang dipasar dikenal dengan merk dagang seperti Dipel,
Florbac, Bactospeine dan Thuricide. Pengendalian secara
hayati ini tidak boleh digabung dengan pengendalian secara kimia, karena
hasilnya pasti tidak effektif bahkan bisa dikatakan mubazir karena bahan-bahan
kimia yang terkandung dalam insektisida tersebut dapat mematikan agensia hayati
tersebut.
Secara
kimia pengendalian ulat grayak dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
secara berseling, misalnya dengan Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 – 1,0 ml
per liter air, Hostathion 40 EC dengan dosis 2 cc per liter air
atau Orthene 75 SP 1 gr per liter air. Penggunnaan insektisisda ini harus
dilakukan secara bijak dan hati-hati. Lebih baik apabila berkonsultasi
terlebih dahulu dengan petugas teknis maupun penyuluh pertanian setempat
sebelum penggunaan insektisida tersebut. Sesuai dengan kebiasaan ulat grayak yang
aktif pada malam hari maka penyemprotan insektisida ini harus dilakukan saat
hari mulai gelap/malam. Siang hari biasanya bersembunyi di bawah
rerumputan, daun atau bahkan dibawah mulsa atau di rongga-rongga tanah yang
terlindung dari sinar matahari. Penyemprotan insektisida ini
effektif pada saat ulat grayak masih “muda” , jika sudah “tua” dengan warna
lebih gelap akan susah untuk dikendalikan.
3.2.2
Hama Tanaman Jagung
1. Penggerek
Tongkol( Helicoverpa amigera)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies : Helicoverpa armigera
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies : Helicoverpa armigera
Bioekologi
Helicoverpa armigera merupakan family Noctuide. Telur berwarna putih kemudian berubah menjadi coklat. Larva terdari dari enam instar. Instar pertama berukuran 1-3 mm dengan warna kepala coklat kehitaman atau kuning keputihan. Tubuh berwana gelap. Instar kedua memilki panjang 4-7 mm, instar tiga 8-13 mm, instar empat 14-23 mm, instar lima 24-28 mm, dan instar enam 29-30+ mm. Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval . Imago memilki rentang sayap 30-45 mm,sayap depan berwarna coklat atau coklat kemerahan. Sayap belakang berwarna pucat dengan margin terluar gelap.
Suhu optimum H.armigera adalaah 25ᵒC. H.armigera meletakan telur pada daun dan bunga secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Setelah 4-6 hari telur menetas. Larva memakan daun, dan buah. Stadia larva berlangsung selama 14 hari yang terdiri dari enam larva. Larva yang menyerang buah cabai menggorok ke dalam buah. Setelah itu larva menuju tanah den masuk ke dalam tanah sedalam 10 cm. Stadia pupa berlangsung selama 10-12 hari. Imago mampu hidup selama 10 hari. H.armigera dapat meletakan 1000 telur selama hidupnya. Imago mengkonsumsi nektar untuk kebutuhan pakannya.
Cara Pengendalian
Pengendalian Secara Mekanis. Pengendalian secara
mekanis dilakukan dengan sanitasi buah cabai dan bagian tanaman yang
terinvestasi H.armigera (telur dan larva). Bagian tanaman yang di ambil di
bakar. Pengendalian Secara Biologi. Pengendalian secara biologi dapat dilakukan
dengan memanfaatkan parasitoid dan entomopathogen. Parasitoid yang dapat
dimanfaatkan diantara lain adalah Microplitis, Trichogramma dan Telenomus,
Netelia, Heteropelma dan Ichneumon. Parasitoid tersebut memparisiti larva dan
pupa H.armigera. Entomopathogen yang dapat dimanfaatkan adalah
nucleopolyhedrovirus (NPV). NPV diaplikasikan dengan disemprotkan ke tanaman
dengan dosis 250-500ml (1ml/litre)/hektar 2-3 kali dengan interval 10 hari.
Penyemprotan dilakukan pada malam hari. Selain itu dapat memanfaatkan Bakteri
berspora Bacilus thuringensis dan jamur metarizium.
Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan feromon sex sintetik. H.armigera yang tertarik adalah Imago jantan.
Feromon sex berbentuk seperti karet. Feromon tersebut dimasukan kedalam suatu
tempat Yang di bagian dasarnya terdapat air atau insektisida. Pengendalian
dengan menggunakan insektisida nabati dapat digunakan Neem oil, karena neem oil
bersifat sistemik terhadap tanaman. Neem oil bekerja dengan menghambat hormon
ecdyson yang berperan dalam penggatian kulit serangga. Bila serangan sudah
sangat berat dapat digunakan insektisida sintetik sistemik seperti karbofuran.
2. Penggerek Batang( Ostrinia funacalis)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Crambidae
Genus : Ostrinia
Spesies : Ostrinia furnacalis
Bioekologi
Ngengat aktif malam hari dan tidak
tertarik pada cahaya. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada
tanaman jagung yang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah
daun utamanya pada daun ke 5-9 secra berkelompok berbentuk bulat panjang atau
tidak teratur berwarna putih kekuning-kuningan mengkilat seperti sutera,
jumlahnya sekitar 10-40 butir telur, tetapi kadang-kadang lebih dari 90 butir.
Seekor ngengat betina mampu bertelur mencapai 500-1500 butir. Biasanya hama ini
bertelur seminggu sebelum terbentuk bunga betina (tongkol). Selanjutnya, telur
menetas sekitar 3-10 hari dan larva yang baru menetas berwarna putih
kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva muda mula-mula menggerek daun
bagian bawah dan meninggalkan sisa-sisa makanan serta kotoran, kemudian menuju
malai. Selanjutnya memakan malai dan memintal malai bersama serta membuat
terowongan ke dalam tulang daun dan mengebor masuk ke dalam batang. Setelah
instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya terbentuk
di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari.
Ngengat hidup selama 10-24 hari.
Cara
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut.
1.
Waktu tanam yang tepat.
2.
Tumpangsari jagung dengan kedelai atan kacang tanah
untuk membingungkan hama dalam mencari inang baik karena beraneka senyawa kimia
yang dikeluarkan maupun tinggi rendahnya tanaman-tanaman yang ada di lahan
tersebut .
3.
Rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama ini
dengan catatan hama pada tanaman jagung berbeda dengan hama pada tanaman lain.
4.
Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma
spp. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis.
Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. furnacalis.
Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O.
furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang
ekonomi 1 larva/tanaman
5.
Menanam jagung agak lambat untuk menghindari telur
hama lebih dini.
6.
Memindahkan batang-batang jagung sesudah panen dan
memusnahkan tunggul batang jagung untuk mencegah larva tidur.
7.
Menghilangkan bunga jantan 3 dari 4 baris sesudah
bunga jantan muncul untuk mengurangi pengebor jagung dan menambah hasil
panenan.
8.
Penggunaan insektisida yang berbahan aktif
monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan
serangan penggerek batang jagung.
3.2.3
Hma Tanaman
Kedelai
1.
Lalat Bibit
Klasifikasi
Filum : arthropoda
Class :
insecta
Ordo :
Diptera
Family :
Agromyzidae
Genus :
Ophiomyia
Spesies : Ophiomyia phaseoli
Bioekologi
Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli) merupakan salah
satu jenis hama yang pertama sekali menyerang tanaman kedelai. Gejala kerusakan
tanaman mulai terlihat pacta 14 hari setelah tanam dan berakhir pada 30 hari
setelah tanam. Kerugian hasil yang disebabkan oleh serangan lalat kacang adalah
setara dengan presentase kematian tanaman pada suatu areal pertanaman. Lalat
kacang dewasa berukuran 1,9-2,2 mm berwarna hitam, lalat dewasa meletakan telur
sejak tanaman kedelai muncul diatas tanah sampai sekitar 2 minggu setelah
tanam. Telur diletakan secara terpisah dalam lubang di dikoteledon atau pangkal
helai daun pertama atau kedua.
Seekor induk betina lalat mampu meletakan telur
94-183 butir menetas 48 jam setelah diletakan. Larva berbentuk ramping panjang
maksimal 3,75 mm dan lebar 0,15 mm memakan keping biji atau daun selama 2 hari,
larva menggerek daun menuju ke batang hingga pangkal batang atau pangkal akar,
melalui kulit batang. Stadia larva berkisar antara 7 -11 hari. Pupa terbentuk
di bawah epidermis kulit padakal batang atau pangkal akar. Siklus hidup lalat
kacang berkisar 17-26 hari.
Cara Pengendalian
1. Cara pengendalian yang dapat digunakan untuk
mengatasi hama ini adalah sebagai berikut:
Pergiliran tanaman dengan bukan kacang-kacangan.
Tanam serempak dengan selisih waktu tanam kurang dari 10 hari.
2. Menutup lubang tugal dengan mulsa (jerami, rumput
daun kering).
Pencabutan dan pemusnahan tanaman terserang.
3. Perawatan benih (untuk benih yang akan ditanam di daerah kronis/endemis).
4. Penyemprotan insektisida efektif apabila ditemukan serangan kurang dari 2% pada umur kurang 10 hari setelah tanam.
2. Penggerek Polong( Etiella zinekenella)
Klasifikasi
Kindom
: animalia
Phylum
: arthropoda
Class
: insecta
Ordo
: lepidoptera
Family
: pyralidae
Genus
:
Etiella
Spesies
: Etiella
zinckella
Bioekologi
Ulat penggerek polong kedelai ini mempunyai
panjang ngengat kurang lebih 12 mm. sayap mukanya pada bagian tepi berwarna
putih seperti perak, atau kuning pucat. Kepala ulat berwarna hitam. Warna
ulat mula-mula hijau pucat, kemudian berubah menjadi merah muda. Bentuk ulat
silindris dengan panjang kuang lebih 15 mm. Telur diletakkan pada
polong atau daun. Jumlahnya
7-15 butir. Setelah menetas ulat segera membuat lubang pada polong. Ulat
kemudian memakan biji dan mengeluarkan kotorannya. Ulat yang telah dewasa
berwarna merah. Setelah dewasa ulat meninggalkan polong an berkepompong di
tanah.
Cara
Pengendalian
1.
Tindakan yang perlu dilakukan dalam mengendalikan hama
ulat polong ini yaitu Tindakan pencegahan dilakukan penanaman serentak dan
dalam aktu yang relative singkat selesai.
2.
Penggunaan insektisida pada saat setelah buah mulai
terbentuk. dengan interval penyemprotan trgantung denga intensitas serangan.
3.
Penghisap Polong (Riptortus linearis)
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
Famili
: Coreoidea
Genus
: Riptortus
Spesies
: Riptortus linearis
Bioekologi
Telur R.
linearis berbentuk bulat dengan bagian tengah agak cekung, ratarata
berdiameter 1,20 mm. Telur berwarna biru keabuan kemudian berubah menjadi
cokelat suram. Setelah 6–7 hari, telur menetas dan membentuk nimfa instar I
selama 3 hari. Pada stadium nimfa, R. linearis berganti kulit (moulting)
lima kali. Setiap berganti kulit terlihat perbedaan bentuk, warna, ukuran, dan
umur. Rata-rata panjang tubuh nimfa instar I adalah 2,60 mm, instar II 4,20 mm,
instar III 6 mm, instar IV 7 mm, dan instar V 9,90 mm. Nimfa maupun imago mampu
menyebabkan kerusakan pada polong kedelai dengan cara mengisap cairan biji di
dalam polong dengan menusukkan stiletnya. Tingkat kerusakan akibat R.
linearis bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan polong dan biji.
Tingkat kerusakan biji dipengaruhi pula oleh letak dan jumlah tusukan pada
biji.
Cara Pengendalian
1.
Tanam serempak hamparan luas
2.
Pergiliran tanaman
3.
Pengumpulan dan pemusnahan larva instar 4 - 6 hst
4.
Pelepasan parasitoid Trichogramma sp.
5.
Penggunaan insektisida anjuran, bila mencapai AP
ü
50 ekor larva instar 1/10 tan pada 11-30 hst
ü
15 ekor larva instar 2/10 tan, 10 ekor larva
instar3/10 tan pada 31-70 hst
ü
Intensitas serangan polong > 2,5 %
6.
Insektisida anjuran al : Fenval 200 EC, Poksindo 200
EC, Matador 25 CS
4.
Kepik Hijau( Nezara
viridula)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia (Hewan)
FiluM : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula
Bioekologi
Hama kepik
hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala berwarna hijau serna
pronotumnya berwarna jingga dan kuning keemasan, kuning kehijauan dengan tiga
bintik berwarn hijau dan kuning polos. Telur diletakkan berkelompok (10-90
butir/kelompok) pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri dari 5 instar. Instar
awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar. Pada kedelai
nimfa dan imago terutama mengisap polong.
Cara Pengendalian
1.
Pengendalian secara biologis
Potensi agens hayati pengendali hama walang sangit
masih sangat sedikit diteliti. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama
pemanfaatan parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang.
Parasitoid yang mulai diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis
jamurnya adalan Beauveria sp dan Metharizum sp.
2.
Pengendalian dengan menggunakan perilaku serangga
Walang
sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp
dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama
walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau bangkai binatang
terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama walang sangit.
3.
Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi dilakukan pada padi setelah berbunga
sampai masak susu, ambang kendali untuk walang sangit adalah enam ekor /m2.
Banyak insektisida yang cukup efektif terutama yang berbentuk cair atau tepung
sedangkan yang berbentuk granula tidak dapat dianjurkan untuk mengendalikan
walang sangit. Insektida anjuran untuk tanaman padi yang cukup efektif terhadap
walang sangit adalah BPMC dan MIPC.
5.
Kutu Daun( Aphis
glycine)
Klasifikasi
Kingdom :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Hemiptera
Famili : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis glycine
Bioekologi
Kutu
dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap
dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus).
Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala
yang ditimbulkan yaitu tanaman menjadi layu dan jika serangan terlalu parah
tanaman akan mati.
Cara Pengandalian
Cara
pengendalian yang dapat digunakan dalam pengendalian hama iini adalah sebagai
berikut:
1.
Menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih,
memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan,
kapas-kapasan atau kacangkacangan.
2.
membuang bagian tanaman yang
terserang hama dan membakarnya.
3.
Menggunakan musuh alami (predator
maupun parasit).
4.
Penyemprotan insektisida dilakukan pada
permukaan daun bagian atas dan bawah.
LAMPIRAN
VI. KESIMPULAN
Setelah
dilakukan praktikum tentng tanamn pangan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hama- hama yang menyerang tanaman pangan adalah ulat grayak, walang sangit,
penggerek batang padi, keong mas, belalang kembar, ulat pelipat daun padi,
penggerek tongkol, penggerek batang, lalat bibit, penggerek polong, penghisab
polong, kepik hijau dan kutu daun.
2.
Bioekologi setiap hama yang menyerang tanaman pangan
berbeda- beda tergantung pada jenis hamanya.
3.
Cara pengendalian yang dapat digunakan untuk mengatasi
serangan hama tanaman pangan ialah pengendalian mekanik, pemanfaatan musuh
alami, dan juga penyemprotan dengan menggunakan pestisida.
DAFTAR PUSTAKA
Baliadi,
Yuliantoro dan Wedanimbi Tengkano. 2010. Lalat Penggorok Daun,
Lyriomyza
sp. (Diptera: Agromyzidae), Hama Baru Pada Tanaman
Kedelai di
Indonesia.
Jurnal Litbang Pertanian. Malang.
BPTP
SUMUT, 2007. Hama, Penyakit, dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai
Identifikasi
dan Pengendaliannya.
Malipatil,
M, B, dan P. M. Ridland. 2004. New Record of Liriomyza Mik
(Agromyzidae:
Diptera) Leafminers from Indonesia. Formosan Entomol.
Australia
Suryadi, Luthfy,
Yenni Kusandriani, dan Gunawan. 2003. Karakteristik dan
Deskripsi Plasma Nutfah Kacang Panjang.
Buletin Plasma Nutfah 7 - 11 pp.
Lembang.
Soehardjan,
M dan W. Tengkano, 1987. Pengendalian Hama Kedelai. Dalam
Prosiding
Kongres Entomologi II. Diterbitkan oleh perhimpunan Entomologi
Indonesia,
Jakarta.
Untung,
K., 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press,
Yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment