Monday, April 17, 2017

hama hortikultura laporan

I.     PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Pada praktikum kali ini kita akan membahas hama tanaman hortikultura merupakan jenis tanaman yang dinilai baik bagi para petani untuk dibudidayakan. Selain karena sesuai dengan lahan pertanian. pergiliran tanaman-tanaman hortikultura. Akan tetapi tidak jarang dalam tiap kegiatan pembudidayaannya, seringkali berhadapan dengan berbagai macam kendala diantaranya adalah serangan hama.

Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yang menyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-masing, diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut menggigit, mengunyah, menjilat, menusuk, mengisap, menggerek.

Menentukan  sebuah  hama atau bukan kita dapat melihat dari pengaruh hama tersebut terhadap responnya terhadap tanaman. Hama banyak diartikan adalah serangga tetapi apakah serangga dapat dipahami sebagai hama semua. Untuk mengetahui serangga yang benar-benar menjadi hama perlu dipahami spesimen-spesimen hama tersebut. Dalam hal ini pengenalan spesimen serangga diperlukan dalam pemahaman kajian sebuah hama. Spesimen yang akan dipahami dalam praktikum ini yaitu spesimen ordo odonata, dermaptera, isoptera danThysanoptera.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu;

1.Mengetahui status, morfologi, dan daur hidup spesimen ordo odonata, dermaptera, isoptera danThysanoptera,
2. Pengenalan Serangga Hama pada Tanaman Hortikultura
3. mengetahui ciri morfologi, gejala serangan serta pengendalian dari jenis-jenis serangga hama yang menyerang tanaman hortikultura


























II.  METODOLOGI PERCOBAAN


2.1    Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah cawan petri, pensil, hvs Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Plutella xylostella, Crodolomia pavonana, Trips sp, Bactrocera sp., Aphis glycine.


2.2    Prosedur

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum yaitu;
1.    Diamati spesimen yang ada
2.    Di catatat pembahasan yang ada
3.    Digambar spesimen yang ada.























III.   HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1    Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari praktikum ini yaitu;






































3.2    Pembahasan

3.2.1.Plutella xylostella
Klasifikasi
Filum      :  Arthropoda
Kelas      :  Insekta
Ordo       :  Lepidoptera
Famili     :  Plutellidae
Genus     :  Plutella
Spesies   :  Plutella xylostella L

Bioekologi
Imago
Imagonya berupa ngengat kecil berwarna coklat kelabu. Pada sayap depan terdapat tanda tiga berlian yang berupa gelombang (undulasi). Warna berlian pada ngengat betina lebih gelap dibandingkan dengan ngengat jantan. Lamanya siklus (daur hidup) ± 21 hari, ngengatnya aktif pada senja dan malam hari.

Telur
Bentuk telur bulat panjang, lebar 0,26 mm dan panjang 0,49 mm. Telurnya kecil, putih kekuningan diletakkan pada permukaan bawah daun dalam kelompok 10-20 butir atau 3-4 butir .Plutella xylostella disebut juga dengan ulat tritip atau ngengat punggung berlian.

Larva
Ulat yang baru menetas berwarna hijau pucat, sedangkan  yang telah besar warnanya lebih tua dengan kepala lebih pucat . Larva Plutella xylostella mudah dibedakan dengan larva serangga hama lainnya karena larva ini tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya, larva terdiri atas empat instar.

 d.   Pupa
Setelah cukup tua ulat mulai berkepompong, sarang kepompong dibuat dari sejenis benang sutera yang berwarna abu-abu putih pada bagian bawah permukaan daun. Pembentukan sarang kepompong mula-mula dibuat dari dasar, kemudian sisi depan dan tutupnya. Pada ujung masih ada lubang kecil untuk pernapasan.

Pengendalian
1.Kultur Teknik
Musim tanam. Lebih baik untuk menanam kubis dan brasika lain pada musim hujan, karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan.
Irigasi.

2.Monitoring
Selama menanam kubis petani perlu melakukan pemantauan/monitoring hama dengan melakukan pengamatan mingguan. Apabila hama mencapai 1 ulat/10 tanaman (Ambang Ekonomi = AE) atau lebih, maka dapat dilakukan dengan menyemprot tanaman menggunakan insektisida kimia selektif atau bioinsektisida, untuk menekan agar hama kembali berada di bawah AE yang tidak merugikan secara ekonomi.

3.Penggunaan Agensia Hayati
Hama tersebut memiliki musuh alami berupa predator (Paederus sp., Harpalus sp.),

4.Mekanis
Cara ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan hama yang bersangkutan, memasukkan ke dalam kantung plastic, dan memusnahkannya. Namun untuk areal luas perlu pertimbangan tenaga dan waktu.

5.Penggunaan Insektisida Selektif
Aplikasi ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang ekonomi, dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai, atau penggunaan insektisida biologi
(Cahyono,2001).

3.2.2. Crocidolomia pavonana

Klasifikasi
Divisi   : Arthropoda
Kelas   :Hexapoda
Ordo    : Lepidoptera
Family  : Pyralidae
Genus : Crocidolomia
Speies : Crocidolomia pavonana   

Gejala
Hama ini menyerang tanaman keluarga Brassicaceae (Cruciferae) seperti kol, sawi, lobak, dan radish yaitu pada bagian dalam yang terlindungi daun hingga mencapai titik tumbuh. Tanaman akan mati jika serangan tersebut ditambah dengan penyakit  karena bagian dalamnya menjadi busuk meski dari luar terlihat masih baik.

Ulat berwarna hijau dengan panjang 18 mm, ada garis hijau muda pada bagian punggung. Warna hijau lebih tua pada sisi kiri dan kanan punggung, rambut dari kitin berwarna hitam tapi ada juga rambutnya berwarna hijau . Sisi perutnya berwarna kuning.

Bioekologi
Hama ini tergolong binatang malam sehingga tidak menyukai datangnya cahaya dan bertelur di balik daun dalam kelompok yang terdiri 30 – 80 butir. Luas tiap kelompok kira-kira 3mm x 5mm. Ngengat betina dapat hidup sampai 24 hari dan dapat menghasilkan telur dengan sampai 18 kelompok sehingga total telur ngengat ini1460 butir selama hidupnya. Biasanya setelah menetas, ulat segera memakan daun terutama daun bagian dalam yang tertutup oleh daun luar. Hal ini karena ulat ini takut akan cahaya matahari. Pada tanaman kubis, bila terdapat hama ini masih mungkin untuk hidup asalkan ulatnya dibinasakan sebelum mencapai titik tumbuh. Sedangkan untuk sawit akan langsung mati karena ulat ini berkepompong di dalam tanah dengan kokon yang diselimuti dengan butir tanah sehingga sulit diantisipasi.

Proses pengendalian
1.Musuh alami
2.Pengendalian Secara Fisik
Dapat dilakukan dengan cara mengutip telur yang bergerombol atau dengan cara mengutip larva yang baru menetas untuk di musnahkan
3.Pengendalian Secara Mekanik
Pada stadium ulat,hama tersebut dipijit satu persatu.Kalau pada stadium kupu-kupu,sebaiknya memasang obor ketika makam,dan di bawah obor disediakan baskom berisi air.Karena kupu-kupu Tritip akan berhamburan melintasi jilatan api sehingga jatuh ke dalam baskom berisi air tersebut
4.Pengendalian Secara Kultur Teknis
Pengendalian ini dapat di lakukan dengan cara tidak menanam kubis dan tanaman se-famili dalam satu tahun terus menerus. Pergiliran tanaman mutlak perlu dilakukan dengan tujuan memutus siklus hidup dari ulat Tritip tersebut
5.Penendalian Secara Biologi
Melalui penyebaran hewan predator ulat Tritip yang nantinya bertindak sebagai hewan ando parasut (memakan tubuh ulat dari dalam).
6.Pengendalian Secara Kimia(Rukmana, 1994).

3.2.3. Thrips

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Divisi        
       : Arthropoda
Kelas        
       : Insecta
Ordo      
          :Thysanoptera
Famili        
      : Thripidae
Genus        
      : Thrips
Spesies    
        : Thrips sp

Gejala Serangan
Serangga ini sangat kecil, menempel pada buku-buku batang, pada daun muda dan diatas putik bunga. Serangan hebat hama tersebut pada musim kemarau dengan memakan bagian dalam bunga atau putik bunga dengan mengorek sel pokok dan menghisap cairan makanan pada permukaan daun dimana daun yang telah diisap menjadi berwarna putih seperti perak karena udara masuk ke dalamnya dan cacat pada putik-putik bunga sehingga bunga tidak akan mekar dengan sempurna. Karena mudah berpindah dan dari cara makannya, serangga ini tidak hanya menjadi hama tetapi juga dapat menjadi penyebar virus. Serangan hama ini menyebabkan daun menggulung ke dalam (keriting) karena sel-sel di bagian atasnya mengerut(Sumpena, 2001).  

Pengendalian
1. Sanitasi
2. Pemanfaatan Musuh Alami.
3. Penyemprotan insektisida
4.Mekanis
5.Kultur Teknik

3.2.4. Bactrocera sp

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Kelas        
       : Insecta
Ordo                 :Diptera
Famili        
      : Tephritidae
Genus        
      : Bactrocera
Spesies            : Bactrocera sp
Bioekologi
Lalat buah berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat kecil. Warnanya sangat bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam, cokelat, atau kombinasinya dan bersayap datar. Tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan. Abdomennya terdapat pita-pita hitam, sedangkan pada thoraxnya terdapat bercak-bercak kekuningan. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras. Jumlah telur sekitar 50-100 butir. Setelah 2-5 hari, telur akan menetas dan menjadi larva. Larva tersebut akan membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 4-7 hari. Larva yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat terowongan sedalam 2-5 cm dan berubah menjadi pupa. Lama masa pupa 3-5 hari. Lalat dewasa keluar dari dalam pupa, dan kurang dari satu menit langsung bisa terbang. Total daur hidupnya antara 23-34 hari, tergantung cuaca. Dalam waktu satu tahun lalat ini diperkirakan menghasilkan 8-10 generasi. Lalat buah sering menyerang dan menghancurkan tanaman saat musim penghujan karena kelembapan memicu pupa untuk keluar menjadi lalat dewasa Lalat betina menusuk buah atau sayur mengunakan ovipositornya untuk meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis(Budi, 2004).

Pengendalian antara lain :
1. Peraturan dan Kebijakan
Landasan kebijaksanaan pemerintah dalam perlindungan tanaman didasarkan pada pendekatan system PHT.
2. Pembungkusan.
Pemberongsongan dimaksudkan untuk mencegah serangan lalat buah betina dalam meletakkan telurnya pada buah yang masih muda hingga buah menjelang tua/masak. 3. Pemerangkapan
Penggunaan perangkap dengan umpan sebenarnya ditujukan untuk memantau populasi lalat buah yang ada di lapangan atau mendeteksi spesies lalat buah.
4. Sanitasi
Bertujuan untuk memutus atau mengganggu daur hidup lalat buah, sehingga perkembangan lalat buah, sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan.
5. Pemanfaatan Musuh Alami.
Pengendalian secara biologis (pemanfaatan musuh alami atau agens hayati) menggunakan parasitoid maupun predator, untuk mengendalikan atau menekan populasi lalat buah sudah banyak dilakukan, tetapi belum diterapkan di Indonesia.
6. Pengendalian Lalat Buah dengan Campuran Air Suling Selasih dan Ragi pada Pertanaman Mangga
7. Pengendalian Lalat Buah dengan Campuran Air Suling Selasih dan Bunga Spathiphyllum sp. pada Pertanaman Jambu

3.2.5. Aphis glycine

Klasifikasi
Kingdom         :Animalia
Filum              :Arthropoda
Kelas               :Insecta
Ordo                :Hemiptera
Famili              :Aphididae
Genus              :Aphis
Spesies            :Aphis glycines

Bioekologi
Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soybean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala : layu, pertumbuhannya terhambat.

Gejala:
layu, pertumbuhannya terhambat. Aphis (Aphis glycines Matsumura) termasuk serangga dari jenis Diptera : Aphididae. Tubuh Aphis glycines berukuran kecil, lunak dan berwarna hijau agak kekuning-kuningan. Sebagian besar jenis serangga ini tidak bersayap, tetapi bila populasi meningkat, sebagian serangga dewasanya membentuk sayap yang bening. Aphis dewasa yang bersayap ini kemudian berpindah ke tanaman lain untuk membentuk koloni yang baru.

Pengendalian dapat dilakukan dengan :
(1) menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan.
(2) membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya.
(3) menggunakan musuh alami (predator maupun parasit).
(4) penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah. 
Pada dasrnya hama-hama ini memiliki spesifikasi dalam menyerang tanaman budidaya sehingga akan sangat perlu mengerti akan daur hidup maupun upaya pengendalian hama-hama yang menjadi penyebab dalam berkurangnya hasil produksi dari budidaya usaha tani yang akan menurunkan perekonomian(Untung, 2003).


































IV.             KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu;
1.      Pengendalian hama ini dapat dilakuan dengan cara  biologi, fisik, kultur teknis,maupun Secara Kimia.
2.      Hama Crocidolomia binatalis maupun hama Plutella xylostella menyerang kubis dan kubis pada saat fase larva.
3.      Gejala serangan yang disebabkan oleh serangga hama berbeda-beda sesuai
tipe mulutnya masing-masing.
4.      Hama merupakan faktor pembatas dalam budidaya tanaman karena pengaruhnya yang dapat sangat merugikan, sehingga perlu adanya tindakan pengendalian terhadap hama yang menyerang tanaman agar mengurangi resiko kehilangan hasil baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
5.      Pada hama cabai, menghisap cairan daunnya.















DAFTAR PUSTAKA


Budi, A.2004. Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Rineka Cipta Buana. Bandung
Cahyono, Bambang. 2001. Kubis dan Broccoli Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Sumpena, U. 2001. Budidaya Cabai Intensif dengan Mulsa Secara Tumpang Gilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Untung,K,2003. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
















LAMPIRAN




aftimar

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Manual Categories