PERLAKUAN JUMLAH TANAMAN PERLUBANG PADA TANAMAN JAGUNG P4
(Laporan Praktikum Produksi
Tanaman Pangan)
Oleh
Kelompok 3
Ade Yulistiani 1314121004
Adi Setiawan 1314121005
Adinda Kusuma Dewi Rachmat 1314121006
Aftimar
Syafitri Tada’u 1314121008
LABORATORIUM
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang dan Masalah
Jagung merupakan tanaman
semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman
biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. tanaman berkeping
tunggal atau monokotil, akar
jagung berupa akar serabut
yang dapat mencapai kedalaman 8 m tapi rata rata pada kisaran 2 m. Pada jagung
dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat,
sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Batang jagung beruas-ruas. Setiap Ruasnya terbungkus
pelepah daun.
Kerapatan
tanaman (populasi) tanaman jagung dipengaruhi oleh:
1.
Umur varietas tanaman
2. Musim tanam
2. Musim tanam
Jagung yang memiliki umur lebih dalam memerlukan tingkat
kerapatan optimum sedikit lebih rendah, dibanding tanaman yang berumur genjah. Hal ini sangat
berhubungan dengan ukuran morfologis tanaman. Selain itu musim tanam juga
berpengaruh terhadap kerapatan optimum tanaman. Bahwa pada musim kemarau,
kerapatan (populasi) tanaman optimum sedikit lebih rendah bila dibanding pada
musim penghujan. Keadaan ini disebabkan oleh pertanaman pada musim kemarau
mengalami kekurangan air terutama pada fase pembungaan dan pengisian biji.
Populasi optimum rata-rata tanaman jagung adalah 66.667 tanaman/Ha, (75x20) Cm,
1 benih/lubang. Dengan cara ini hasil dapat ditingkatkan 20-30% bila dibanding
dengan hanya meletakkan pupuk di permukaan tanah dan dibiarkan terbuka.
Tanaman
jagung yang kekurangan unsur N memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil dan daun
tanaman berwarna hijau kekuning-kuningan yang berbentuk huruf V dari ujung daun
menuju tulang daun. Selain itu tongkol jagung yang terbentuk menjadi lebih
kecil dan kandungan protein dalam biji rendah.
tanaman pada luasan lahan
tertentu yang diusahakan untuk budidaya tanaman.
Kerapatan tanaman penting
diketahui untuk menentukan sasaran agronomi, yaitu produksi maksimum (Jumin,
2010). Semakin tinggi tingkat kerapatan tanaman akan mengakibatkan semakin
besar tingkat persaingan antar tanaman. Menurut Efendi Dan Suwardi (2010),
populasi tanaman yang tinggi menimbulkan kompetisi penyerapan O2 , CO, unsur
hara dalam tanah. Sarifi et al., (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi
kepadatan populasi tanaman semakin
tinggi kebutuhan nutrisi yang
diberikan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
2 ± 540 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada
bulan April – Agustus 2013. Percobaan ini
disusun menggunakan Rancangan
Petak Terbagi (RPT) dengan 3
ulangan, dimana
kerapatan tanaman sebagai petak utama
dan dosis pupuk kandang kambing
sebagai anak petak. Petak utama,
kera- Penanaman dilakukan dengan sistem tugal pada kedalaman sekitar 3 cm.
Penanaman dilakukan seminggu setelah olah tanah dengan jarak tanam 75 cm x 30
cm sehingga masingmasing bedengan terdiri dari 20 lubang tanam. Tiap lubang
tanam ditanam sebanyak 2-3 benih. Pada saat ini juga dilakukan pemupukan urea dengan
dosis 2,49 gram/tan, 4,99 gram/tan, dan 7,49 gram/tan. Pemberian pupuk urea ini
dilakukan tiga kali yaitu pada saat tanam, saat tanaman berumur dua minggu, dan
saat tanaman berumur empat minggu. Sedangkan takaran pupuk SP36 dan KCl adalah
sebanyak 125 kg/ha SP36 atau setara dengan 2,8 gram/tanaman, dan 40 kg/ha KCl
atau setara dengan 0,9 gram/tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan sistem
larikan.
Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Jerami Padi dan Pupuk
NitTerhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays sacc
Sturt.)
Oleh : Megi Sintia
Pembimbing
: Prof.Dr.Ir.Auzar Syarif, MS dan Ir. Achyar Nurdin, MS
1.2 Tujuan
Tujuan
dari percobaan ini yaitu untuk membuktikan pengaruh
populasi tanaman jagung perlubang terhadap kompetisi dan efisiensi air, unsur
hara, dan cahaya terhadap produksi tanaman jagung.
I. TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Budidaya
Tanaman Jagung
Menurut Rukmana ( 2007 ) sistematika
tanaman jagung adalah :
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Monocotyledoneae
Ordo :Graminae
Famili :Graminaceae
Genus :Zea
Spesies : Zea mays L.
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Monocotyledoneae
Ordo :Graminae
Famili :Graminaceae
Genus :Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan sumber karbohidrat utama
di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, selain itu jagung juga menjadi
alternatif sumber pangan. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di
Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok, selain
sebagai 5 sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri
(dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Jagung merupakan tanaman semusim
(Annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama
dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi, meskipun
tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang
dapat mencapai tinggi 6 m. Kataren (1986), menggolongkan tanaman jagung (Zea mays L) termasuk dalam family
rumput-rumputan (Graminae) dan
menurut jenisnya dibagi dalam beberapa golongan:
a) Dent Corn (Zea mays indenrata)
b) Flint Corn (Zea mays indurata)
c) Sweet Corn (Zea mays saccharata)
d) Pop Corn (Zea mays everta)
e) Waxy Corn (Zea mays tumicata)
f) Solf atau Foloue Corn (Zea mays anylaceal)
Jagung berasal dari daerah tropis, tapi
karena banyak tipe jagung dengan variasi sifatsifat yang dimilikinya dan sifat
sifat adaptasi yang tinggi maka jagung dapat menyebar luas dan dapat hidup baik
diberbagai tipe iklim.
Di Indonesia, jagung umumnya ditanam di
dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi,
sebagian juga terdapat di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1800 meter
diatas permukaan laut (Kataren, 1986). Jagung tidak membutuhkan persyaratan
tumbuh yang khusus karena tanaman ini dapat tumbuh dihampir semua jenis tanah.
Tanah yang subur, gembur dan kaya akan humus merupakan syarat pertumbuhan
jagung yang baik, keasaman tanah (pH) yang baik untuk jagung adalah 5,5-7,0.
Suprapto (1986), mengemukakan faktor-faktor iklim yang penting untuk
pertumbuhan jagung adalah jumlah dan distribusi sinar matahari, curah hujan
temperatur, kelembaban dan angin. Daerah penanaman jagung harus mendapat sinar
matahari yang cukup dan tidak terlindung dari pohon dan bangunan dengan suhu
optimum 23-27 °C. Kelebihan, kekurangan atau kelembaban merupakan faktor penghambat.
Distribusi air yang merata selama pertumbuhan penting untuk jagung, karena
jagung memerlukan air untuk tumbuh, terutama saat menjelang berbunga dan saat
tumbuhnya biji.Persyaratan Tumbuh Tanaman Jagung.
tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi lebih luas dibandingkan tanaman
serelia lainnya. Meskipun demikian, jagung akan tumbuh lebih baik pada
tanah-tanah subur, berdrainase baik, suhu hangat dan curah hujan merata
sepanjang tahun dengan curah hujan bulanan sekitar 100–125 mm. Kisaran pH yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan jagung adalah 5,5 – 8,0 dengan pH optimum 6,0 – 7,0. Suhu
rata-rata yang dibutuhkan tanaman jagung adalah sekitar 21 – 32°
C(Effendi,1985).
Daun jagung merupakan daun sempurna,
memiliki pelepah, tangkai, dan helai daun. Bentuknya memanjang. Antara pelepah
dan helai daun terdapat lidah-lidah (ligula). Tulang daun sejajar dengan
ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk
halter, yang khas dimiliki Poaceae (suku rumput-rumputan). Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan
penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jika
tanaman mengalami kekeringan, sel-sel kipas akan mengerut, menutup lubang
stomata, dan membuat daun melipat ke bawah sehingga mengurangi transpirasi.
Susunan bunga jagung adalah diklin: memiliki bunga jantan dan bunga betina yang
terpisah dalam satu tanaman (berumah satu ataumonoecious). Bunga
tersusun majemuk, bunga jantan tersusun dalam bentuk malai, sedangkan betina
dalam bentuk tongkol. Pada jagung, kuntum bunga (floret) tersusun berpasangan
yang dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Rangkaian bunga
jantan tumbuh di bagian puncak tanaman. Serbuk sari berwarna kuning dan
beraroma wangi yang khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tangkai tongkol
tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman
hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif yang memiliki puluhan sampai
ratusan bunga betina. Beberapa kultivar unggul dapat menghasilkan lebih dari
satu tongkol produktif, dan disebut sebagai jagung prolifik. Bunga jantan
jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga
betinanya (protandri).
Dosis pemupukan untuk budidaya
tanaman jagung yang umumnya dianjurkan yaitu pupuk Urea 450 kg/ha; pupuk SP-36
100 kg/ha; dan KCl 100 kg/ha. Pupuk Urea diaplikasikan sebanyak 3 kali
masing-masing 150 kg/ha yaitu pada saat tanam, 3 Minggu Setelah Tanam (MST) dan
6 MST. Sementara itu, pupuk SP-36 dan KCl diberikan ke dalam tanah saat tanam.
Alternatif lain dosis pemupukan untuk jagung, apabila menggunakan pupuk majemuk
yaitu pemberian pupuk NPK Phonska (15-15-15) 400 kg/ha dan Urea 200 kg/ha.
Pupuk NPK Phonska diaplikasikan 2 kali yaitu saat tanam (250 kg) dan saat 3 MST
(150 kg). Sama halnya dengan NPK Phonska, pupuk Urea juga diaplikasikan 2X
yaitu 100 kg saat tanaman berumur 3 MST dan 100 kg saat 6 MST. Pemberian pupuk
ke dalam tanah dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak 7-10 cm di samping
lubang tanaman dan ditutup dengan
tanah. Selain pupuk anorganik, pupuk organik (pupuk kandang/kompos) perlu
diberikan ke dalam tanah untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dosis yang
diperlukan yaitu sekitar 5 ton/ha dan diberikan saat tanam sebagai penutup
lubang tanam.
Cara panen jagung yang matang
fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat
dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata
sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan (Anonim, 2011).
1.2 Jumlah Tanaman Perlubang
ulangan
|
tinggi
|
Berat segar brangkasan /tanaman
|
Berat segar brangkasan /lubang
|
Berat kering brangkasan /tanaman
|
Berat kering brangkasan /tanaman
|
1 benih per lubang
|
125.53
|
998.64
|
998.64
|
234,41
|
234.41
|
2 benih per lubang
|
117.14
|
896.36
|
1792.73
|
210,00
|
420.00
|
3 benih per lubang
|
113.21
|
858.15
|
2574.55
|
200,27
|
600.81
|
ulangan
|
Berat tongkol konsumsi /tanaman
|
Berat
tongkol konsumsi /lubang
|
Jumlah tongkol/ tanaman
|
Jumlah tongkol /lubang
|
1 benih per lubang
|
259,45
|
259,45
|
1,36
|
1.36
|
2 benih per lubang
|
242,70
|
485,39
|
1,14
|
2.27
|
3 benih per
lubang
|
222,67
|
668,00
|
1,18
|
3.55
|
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan jumlah benih per lubang
berpengaruh meningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis yaitu tinggi
tanaman saat berumur 7 minggu setelah tanam, berat segar brangkasan per
tanaman, berat segar brangkasan per lubang, berat kering brangkasan per
tanaman, berat kering brangkasan per lubang, berat tongkol konsumsi per
tanaman, berat tongkol konsumsi per lubang, dan jumlah tongkol per lubang.
Sedangkan terhadap jumlah tongkol per tanaman, tidak berpengaruh. Perlakuan 1
benih per tanaman memperoleh hasil tertinggi pada tinggi tanaman saat berumur 7
minggu setelah tanam yaitu 125,53 cm, berat segar brangkasan 39 per tanaman
yaitu 998,64g, berat kering brangkasan per tanaman yaitu 234,41 g, dan berat
tongkol konsumsi per tanaman yaitu 259,45 g. Perlakuan 3 benih per lubang
memperoleh hasil tertinggi pada berat segar brangkasan per lubang yaitu 2574,55
g, berat kering brangkasan per lubang yaitu 600,81 g, berat tongkol konsumsi
per lubang yaitu 668 g, dan jumlah tongkol per lubang yaitu 3,55 tongkol.
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
ini dilaksanakan di Lapangan Terpadu Universitas Lampung dari bulan Maret sampai bulan Juni 2015.
3.2 Alat dan Bahan
Alat- alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu cangkul, meteran, alat tulis (look
book, pena), dan kamera.
Bahan- bahan yang digunakan yaitu benih jagung
ADV 777, pupuk urea, pupuk KCL dan pupuk SP36.
3.3 Prosedur Pelaksanaan
1.
Persiapan Lahan
Percobaan
ini dilakukan di lahan lapangan terpadu. Penngeplotan lahan untuk seluruh kelompok dilakukan pada hari Senin, 09 Maret 2015.
Setiap
kelompok mendapatkan lahan seluas (3 x 2,5) m.
15 m
9,
5 m
Gambar 1.1 Skema keseluruhan plot pertanaman
jagung
Keterangan:
1
= Plot lahan kelompok 1
2
= Plot lahan kelompok 2
3
= Plot lahan kelompok 3
4
= Plot lahan kelompok 4
5
= Plot lahan kelompok 5
6
= Plot lahan kelompok 6
7
= Plot lahan kelompok 7
8
= Plot lahan kelompok 8
9
= Plot lahan kelompok 9
10
= Plot lahan kelompok 10
11
= Plot lahan kelompok 11
12
= Plot lahan kelompok 12
P1 = Perlakuan 1( Satu tanaman perlubang)
P2
= Perlakuan 2( Dua tanaman perlubang)
P3
= Perlakuan 3( Tiga tanaman perlubang)
P4
= Perlkuan 4( Empat tanaman perlubang)
= Plot lahan kelompok 3
= Ulangan 1
= Ulangan 2
= Ulangan 3
3 m
|
2,5 m
Gambar 1.2 Plot lahan kelompok 11
Keterangan :
Perlakuan = P4( empat tanaman per lubang)
Jarak antar tanaman = 50 cm
Jarak antar baris = 75 cm
Simbol ( © ) = Tanaman
jagung
2.
Penanaman
Penanaman
jagung dilakukan setelah mengetahui pembagian perlakuan pada lahan tersebut.
Perlakuan yang diberikan
adalah pembedaan jumlah tanaman per lubang tanam.
Sebelum dilakukan penanaman , lahan telah diolah sebanyak 2 kali secara mekanik
menggunakan cangkul. Penanaman dilakukan dengan menugal tanah dengan kedalaman
1cm, dengan jarak tanam 75 cm x 50 cm,
dengan perlakuan 4
tanaman per lubang (P4).
3. Perawatan dan
Pemeliharaan Tanaman
Perawatan dan
pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penjarangan, pengendalian hpt,
pemupukan, penyiangan gulma.
a) Penyiraman
Penyiraman
dilakukan dengan air yang dialirkan
melalui selang, air yang diambil dari penampungan air. Penyiraman
dilakukan setiap sore hari. Jika satu petakan tidak disiram, maka petakan
lainnya tidak disiram.
b)
Penjarangan
Penjarangan adalah suatu tindakan untuk mengurangi jumlah tanaman untuk memberi ruang tumbuh
bagi tanaman yang tersisa. Dalam penanaman dilakukan agak berlebihan untuk
mengantisipasi kegagalan tumbuh. Dilakukan penjarangan agar kepadatan populasi
mencapai tingkat yang paling optimal untuk mencapai hasil maksimum.Penjarangan
dilakukan dengan memotong tanaman yang berlebihan setiap lubang, dan disisakan
1 tanaman per lubang sesuai perlakuan.
c)
Pengendalian HPT
Lahan diserang oleh hama sehingga banyak daun yang berlubang akibat serangan hama.Pengendalian hama dilakukan menggunakan
pestisida dengan merk dagang fastac 2cc/l.
d) Pemupukan
Pemupukan dilakukan ketika tanaman berumur satu
minggu dan satu bulan. Pupuk yang digunakan adala urea, SP36 dan kcl dengan
dosis 200 kg urea, 150 kg sp-36, 100 kg
kcl per hektar. Pemberian pupuk dilakukan di 7-10 cm dekat batang. Perhitungan pupuk yang digunakan
antara lain:
Dosis 200 kg urea, 150 kg SP-36, 100 kg KCL
Luas petakan 3m x 2,5m=7,5 m
1. Urea
= = 20 gr/m2 x 7,5 m=150 gr/petak
2. SP-36= = 15 gr/m2 x 7,5 m=105 gr/petak
3. KCL= = 15 gr/m2 x 7,5 m= 75 gr/petak
1. Urea
untuk 12 petakan = 150 gr x 12
=1800 gr = 1,8 kg
2. SP-36 untuk 12 petakan = 105 gr x 12
=1760 gr = 1,76 kg
3. KCL untuk 12 petakan = 75 gr x 12
=900 gr = 0,9 kg
1.
Urea per lubang = = 7,5
gram
2.
SP-36 per lubang = =
5,25gram
3.
KCL per lubang = = 3,75
gram
e)
Penyiangan gulma
Penyiangan gulma dilakukan secara
mekanik, yaitu
dengan mencabut gulma agar tidak terjadi persaingan unsur hara antara tanaman
budidaya dengan gulma, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
f)
Persentase perkecambahan
Benih jagung ADV 777 yang ditanam
mulai tumbuh pada hari ke- 5 hst.
Daya tumbuh benih antara lain: x 100%= 93,33%
1.4
Pengamatan
Pengamatan
pertumbuhan dan perkembang tanaman ini mulai dilakukan pada hari ke-5 setelah
tanam, yaitu pada tanggal 30 Maret 2015. Sebelum dilakukan pengamatan pada
tanaman jagung terlebih dahulu ditentukan
tanaman jagung yang akan dijadikan sampel. Pemilihan sempel ini
dilakukan diantara 20 tanaman jagung yang ada. Setelah pemilihan tanaman,
didapatkan 5 sapel tanaman jagung yaitu sampel 1, sampel 2, sampel 3, sampel 4
dan sampel 5. Penentuan sempel ini dilakukan secara acak yaitu dengan cara
pengundian.
Kelima
sempel inilah yang selanjutnya akan diamati pertumbuhan dan perkembangannya
seperti pengamatan tinggi tanaman perhitungan jumlah daun, warna daun serta
hama penyakit tanaman yang menyerang.
1.
Pengamatan
persentase perkecambahan
Persentase
perkecambahan benih jagung dilakukan pada hari ke-5 setelah tanam. Pengamatn
persentase perkecambahan benih jagung ini dilakukan dengan cara menghitung
jumlah benih jagung yang dapat tumbuh. Setelah dilakukan pengamatan persentase
perkecambahan didapatkan data sebagai berikut:
►
Diketahui:
Jumlah
benih jagung yang tumbuh = 60 benih
Jumlah
benih yang ditanam = 60
benih
Persentase
perkecambahan benih = x 100%
= x 100%
= 100%
1.
Pengamatan
tinggi tanaman
Pengamatan
tinggi tanaman jagung dilakuakn pada
hari ke-5 setelah tanam. Pengukuran tinggi tanaman jagung diukur dari pangkal
batang hingga ujung daun tertinggi.Pengukurantinggi tanaman ini dilakukan pada
setiap sampel tanaman jagung yang telah ditentukan. Dari pengukuran tinggi
tanaman jaguang yang dilakukan, didapatkan tabel tinggi tanaman jagung sebagai
berikut:
No.
|
Sempel
Tanaman
|
Tinggi
Tanaman( TT)
|
1.
|
1
|
26,5
cm
|
2.
|
2
|
15,21 cm
|
3.
|
3
|
23,5 cm
|
4.
|
4
|
27,5 cm
|
5.
|
5
|
16,75 cm
|
Tabel 1.1 Tinggi tanaman jagung pada
hari ke-5 setelah tanam.
2.
Pengamatan
Jumlah Daun
Pengamamatan
jumlah daun dilakukan dengan penghitungan jumlah daun yang telah terbuka pada
setiap sempel tanaman jagung yang telah dipilih. Dari
jumlah
daun yang telah dilakukan didaptkan data sebagai berikut:
No.
|
Sampel
Tanaman
|
Jumlah
daun(ƩD)
|
1.
|
1
|
5
|
2.
|
2
|
4
|
3.
|
3
|
5
|
4.
|
4
|
5
|
5.
|
5
|
4
|
Tabel 2.1 Jumlah daun tanaman padi
pada hari ke- 5 setelah tanam.
3.
Pengamatan
Warna Daun
Pengamatan
warna daun dilakukan dengan cara melihat warna daun secara langsung. Pengamatan
warna daun ini dilakukan oleh 3 orang pengamat. Pengamatan warna daun dapat
dikatakan benar apabiala ketiga pengamat mengatakan warna daun yang sama. Dari
pengamatan warna daun yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut:
No.
|
Sempel
Tanaman
|
Warna
Daun
|
1.
|
1
|
Hijau
muda
|
2.
|
2
|
Hijau muda
|
3.
|
3
|
Hijau
muda
|
4.
|
4
|
Hijau
muda
|
5.
|
5
|
Hijau
muda
|
Tabel 3.1 Warna daun pada hari ke-5
setelah tanam.
Pengamatan
HPT( Hama Penyakit Tanaman)
Pengamatan
HPT dilakukan dengan cara mengamati gejala yang terdapat pada tanaman jagung
dan melihat ada atau tidaknya hama yang menyerang pertanaman jagung. Setelah
dilakukan pengamatan ditemukan gejala yaitu gulungan pada bagian ujung daun
tanaman jagung, dan jika gulungan daun itu dibuka akan ditemukan hama yaitu
ulat, selain menggulung ujung daun tanaman jagung, ulat ini juga memakan bagian
epidermis daun dan menyisakan kerangka daun tanaman saja.
0 comments:
Post a Comment