Sunday, April 16, 2017

1. HAMA-HAMA TANAMAN PANGAN


HAMA-HAMA TANAMAN PANGAN
(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)







Oleh

Aftimar Syafitri T.
1314121008








JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014




I.                   PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang

Pada percobaan kali ini kita akan membahas tentang hama-hama tanaman pangan. Pengertian hama itu sendiri adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat dengan  panca indera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang, dan  dapat merusak tanaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Hama yang merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung biasanya melalui suatu penyakit. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melanjutkan kehidupannya di muka bumi. Sebagai salah satu kebutuhan primer manusia disamping sandang dan papan, kebutuhan akan pangan menjadi penting untuk diperhatikan.

Pada jaman dahulu manusia memenuhi kebutuhannya akan pangan dari berburu hewan dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan. Peradaban yang semakin maju dan berkembang menjadikan kegiatan berburu dan mengumpulkan bahan makanan berubah menjadi kegiatan bercocok tanam atau budidaya. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menuntut diterapkannya teknik budidaya tanaman pangan yang tepat dan benar, karena dengan teknik budidaya yang tepat dan benar diharapkan hasil tanaman pangan akan meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat.

Untuk membantu mempermudah identifikasi gejala kerusakan suatu jenis hama dalam hubungannya dengan tindakan pengendalian, maka diperlukan pengetahuan tentang klasifikasi hama. Klasifikasi hama ini dapat didasarkan pada golongan binatang penyebabnya, berdasarkan cara merusak dan gejala kerusakannya dan  klasifikasi berdasarkan arti ekonomi

1.2  Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Mahasiswa dapat mengetahui akan hama-hama tanaman pangan
2.      Mengetahui pengendalian dari tanaman pengangu pada tanaman pangan
3.      Dapat mengetahui gejala dan membedakan hama yang membuat kerugian.
II.                METODOLOGI PERCOBAAN


2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah spesimen atau hama-hama yang akan di teliti, yang berjumlah tujuh yaitu walang sangit, kepiuk hijau, kepik penghisap polong kedelai, wereng jagung, anjing tanah, ulat grayak, kutu daun.


2.2  Prosedur Percobaan

Ambil spesimen hama yang akan digunakan, kemudian di taruh di mikroskop yang bisa melihat hama tersebut dengan jelas. Maka kemudian teliti hama tersebut lebih dekat. Catat dan amati dari ciri-ciri yang ada pada binatang tersebut















III        HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
            Adapun hasil dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.2  Pembahasan
Adapun pembahasan kali ini adalah :
1.      Walang Sangit (Leptocorisa acuta)

Kerajaan                : Animalia
Filum
                     : Arthropoda
Kelas
                     : Insecta
Ordo
                      : Hemiptera
Famili
                    : Alydidae
Genus
                    : Leptocorisa
Spesies
                  : Leptocorisa acuta 

Walang sangit adalah anggota ordo Hemiptera (bangsa kepik sejati). Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) dan juga cairan buah padi yang masih pada tahap masak
susu sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah. bentuk pertahanan dirinya, yaitu mengeluarkan aroma yang menyengat hidung (sehingga
dinamakan "sangit"). Sebenarnya tidak hanya walang sangit yang mengeluarkan aroma
 ini, tetapi juga banyak anggota Alydidae lainnya.  Serangga betina menghasilkan 100-200 telur, yang diletakkan pada daun bendera padi. Nimfanya berwarna hijau, yang berangsur-angsur menjadi coklat, dan
mengalami ganti kulit 5 kali. Nimfa (nymph) merupakan Stadium serangga muda yang keluar dari telur dengan bentuk morfologi yang relatif maju, berbeda dari
yang dewasa karena ukuran keseluruhannya dan sayap serta genitalianya yang belum sempurna; tingkat pradewasa serangga dengan metamorfosis tak sempurna.

Stadia nimfa terjadi selama 17-27 hari. Pada kondisi yang cocok, imago
dapat hidup hingga 115 hari. Nimfa dan imago (Serangga yang secara seksual
telah dewasa) menyerang buah padi yang matang susu dengan cara menghisap cairan buah, sehingga buah menjadi hampa. Pada bekas tusukannya, timbul suatu bercak-bercak putih yang disebabkan cendawan Helminthosporium . 

Pengendalian secara kultur teknik
: Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit. Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam serempak dalam satu hamparan merupakan cara pengendalian yang sangat dianjurkan. Setelah ada tanaman padi berbunga walang sangit akan segera pindah dari rumput-rumputan atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman padi yang pertama kali berbunga. Sehingga jika pertanaman tidak serempak pertanaman yang berbunga paling awal akan diserang lebih dahulu dan tempat berkembang biak . Pertanaman yang paling lambat tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang sangit sudah berkembang biak pada pertanaman yang berbunga lebih dahulu. Dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan. Plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif berkurang populasi walang sangitnya.
Pengendalian secara biologis: Potensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit diteliti. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria sp dan Metharizum sp.
Pengendalian dengan menggunakan perilaku serangga: Walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama walang sangit.
Pengendalian kimiawi: Pengendalian kimiawi dilakukan pada padi setelah berbunga sampai masak susu, ambang kendali untuk walang sangit adalah enam ekor /m2. Banyak insektisida yang cukup efektif terutama yang berbentuk cair atau tepung sedangkan yang berbentuk granula tidak dapat dianjurkan untuk mengendalikan walang sangit. Insektida anjuran untuk tanaman padi yang cukup efektif terhadap walang sangit adalah BPMC dan MIPC(Susnihati.2000).

  1. Kepik hijau (Nezara Vindula)

Kingdom   : Animalia
Filum
        : Arthropoda
Kelas
         : Insecta
Ordo
          : Hemiptera
Family
       : Pentatomidap
Genus
        : Nezara
Spesies
     : Nezara Vindula
Nama latin : Nezara Vindula
Nama umum : Kepik Hijau
Kepik hijau (Nezara viridula) diperoleh morfologi memiliki sepasang sungut yang beruas ruas. memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal. Bentuk tubuh pipih, memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat membungkuk ke bawah. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli, mempunyai alat mulut menusuk dan meghisap yang muncul dari depan kepala dan dinamakan stylet.

Gejala serangan kepik hijau (Nezara viridula)  pada tanaman padi (Oryza sativa), kepik hijau (Nezara viridula) membuat tanaman padi yang diserangnya mengakibatkan bulir-bulir padi menjadi hampa atau kosong. Serangan kepik hijau (Nezara viridula) yang menyerang tanaman padi pada saat penggilingan menjadikan hasil panen yang menurun, hal ini otomatis menyebabkan kerugian materil karna hasl yang didapat tidak sesuai dengan jumlah bulir-bulir padi.

Imago (bakal kepik) mulai datang dipertanaman sejak pembentukan bunga. Serangan hama ini menyebabkan biji dan polong kempis, polong gugur, biji menjadi busuk, berwarna hitam, kulit biji keriput dan adanya bercak-bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman terhadap serangan kepik hijau adalah saat stadia pengisian biji.

Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.

Gejala Serangan
:
1. Pada batang terdapat bekas tusukan atau hisapan kepik
2. Pada buah tanaman padi yang diserap memiliki noda bekas isapan atau tusukan.
Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara menghisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.

Pengendalian
: Menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam
(Pracaya. 2002).


  1. Riptortus linearis (kepik penghisap polong kedelai)

Kingdom        :  Animalia
Filum       
     :  Arthropoda
Kelas       
      :  Insecta
Ordo       
       :  Hemiptera
Famili       
     :  Alydidae
Genus       
  :  Riptortus
Spesies        :  Riptortus linearis
Hama ini sering dikenal dengan sebutan kepik penghisap polong kedelai karena hama ini menyerang polong kedelai. klasifikasi kepik penghisap polong kedelai ini adalah:Ciri khas serangga ini terdapat pada stadia imago, yaitu adanya garis putih kekuningan pada sepanjang sisi badannya. Imago Riptortus linearis bertubuh memanjang dan berwarna kuning coklat. Jumlah imago yang hidup sebanyak 50 ekor. Imago memiliki sayap sehingga bisa terbang. Perbedaan antara imago jantan dan betina dapat terlihat pada bagian abdomen. Pada abdomen betina terdapat garis segitiga berwarna putih, sedangkan pada jantan hanya ada garis memanjang berwarna putih. Jika sudah berisi telur, serangga betina memiliki abdomen yang membesar dan menggembung pada bagian tengah, sedangkan abdomen jantan lurus ke belakang. Rata-rata lama stadium imago adalah 29,3 ± 13,75 hari. Lama perkembangan Riptortus linearis dari telur hingga imago membutuhkan waktu 64,48 hari.

Biologi Riptortus lineari
s: Kepik polong kedelai Riptortus linearis memiliki tipe metamorfosis paurometabola yaitu terdiri dari telur, nimfa, dan imago. Telur R. linearis berbentuk bulat dan berwarna coklat. Siklus hidup Riptortus linearis meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar, dan stadium imago. Imago (Gambar 1a) berbadan panjang dan berwarna kuning kecokelatan dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya (Tengkano dan Dunuyaali 1976 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005). Imago datang pertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga dengan meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4– 47 hari. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11– 13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang 13–14 mm.

Nimfa instar pertama berubah warna dari kemerah-merahan menjadi kekuning-kuningan, sedang instar kedua berubah menjadi coklat tua. Nimfa instar ketiga, keempat dan kelima berubah dari kemerah-merahan menjadi coklat tua dan akhirnya menjadi hitam. Nirnfa instar pertama dan kedua sangat aktif  bergerak dan mencari makan; dalam keadaan kenyang beristirahat pada tempat-tempat yang tersembunyi . Nimfa instar ketiga, keempat dan kelima tidak seaktif instar pertama dan kedua . Instar keempat dan kelima sangat lambat gerakannya, dan lebih banyak beristirahat . Stadia nimfa berkisar antara 16-23 hari, dengan rata- rata 19 hari. Instar pertama 1-3 hari, instar kedua 2-4 hari, instar ketiga 2-6hari, instar keempat 3-6 hari dan instar kelima 5-8 hari. Rata-rata panjang tubuh nimfa instar I adalah 2,60 mm, instar II 4,20 mm, instar III 6 mm, instar IV 7 mm, dan instar V 9,90 mm. Nimfa maupun imago mampu menyebabkan kerusakan pada polong kedelai dengan cara mengisap cairan biji di dalam polong dengan menusukkan stiletnya. Tingkat kerusakan akibat Riptortus linearis bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan polong dan biji. Tingkat kerusakan biji dipengaruhi pula oleh letak dan jumlah tusukan pada biji.

Kepik menyerang dengan  cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau kempis (biji tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua yang diserang kepik ini menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan membusuk

Riptortus linearis adalah kepik pengisap polong yang dominan di pertanaman kedelai dan dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai 80% bila tidak dilakukan pengendalian. Selama ini petani menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya untuk mengatasi masalah tersebut. Namun pemakaian yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan dan juga menjadikan produk tanaman berbahaya untuk dikonsumsi.
Pemanfaatan musuh alami hama pengisap polong, cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii, sebagai bioinsektisida memiliki kelebihan selain membunuh nimfa dan kepik dewasa, juga efektif mengendalikan telur hama. Cendawan ini mudah dibiakkan secara massal dan aman bagi lingkungan.

Pengendaliannya , prinsip pengendalian hama secara terpadu atau PHT merupakan suatu cara pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan masih menjadi alternative utama dalam pengendalian hama kepik penghisap polong. Penggunaan pestisida merupakan alternative terakhir yang apabila serangan hama kepik hijau telah melampaui batas ambang kendali yaitu bila telah ditemukan kerusakan polong lebih dari 2% atau terdapat sepasang kepik dewasa per tanaman saat tanaman kedelai berumur lebih dari 45 hari setelah tanam. Adapun komponen pengendalian hama pengisap polong kedelai adalah dengan cara sebagai berikut :
• Tanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari.
• Pergiliran tanaman bukan inang.
• Pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan.
• Menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma.
• Menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.
 Gejala Serangan Riptortus linearis Kepik menyerang dengan  cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau kempis (biji tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua yg diserang kepik ini menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan membusuk(Jumar. 2007).

4.      Peregrinus maidis (Wereng jagung)

Spesies  : Peregrinus maidis
Ordo      : HEMIPTERA
Famili    : Delphacidae)

Daun dan pelepah tanaman yang terserang menjadi menguning, kerdil, dan tanaman akan mati. Sebagai vektor penyakit stripe disease. Siklus hidup 25 hari, termasuk masa inkubasi telur selama 8 hari. Imago terbagi atas dua karakter yaitu imago sayap panjang (penuh) dan bersayap pendek. Kelompok makroptera memiliki spot diujung sayapnya dan garis kuning tua dibagian belakang. Pada kelompok brachyptera sayap tereduksi dan berbercak hitam. Deskripsi Peregrinus maidis

Siklus hidup 25 hari, termasuk masa inkubasi telur selama 8 hari. Imago terbagi atas dua karakter yaitu imago sayap panjang (penuh) dan bersayap pendek. Kelompok makroptera memiliki spot diujung sayapnya dan garis kuning tua dibagian belakang. Pada kelompok brachyptera sayap tereduksi dan berbercak hitam.  
Bentuk dan ukuran serangga dewasa mirip dengan hama wereng coklat dewasa yang meyerang padi. Siklus hidup 25 hari, masa telur 8 hari, telurnya berbentuk bulat panjang dan agak membengkok (seperti buah pisang), warna putih bening yang diletakkan pada jaringan pelepah daun secara terpisah atau berkelompok. Nimpa mengalami 5 instar, instar pertama berwarna kemerah-merahan kemudian berangsur-angsur berubah menjadi putih kekuning-kuningan.
Disepanjang permukaan atas badannya terdapat bintik-bintik kecil berwarna. Instar pertama menyukai daun-daun yang baru tebuka, pelepah daun, kelopak daun dan bunga jantan yang masih muda dan lunak. Tubuh wereng dewasa berwarna kuning kecoklatan, sayap bening dan kedua mata berwarna hitam. Terdapat duri pada tibia belakang yang dapat berputar. Serangga dewasa ada yang mempunyai sayap panjang dan ada pula bersayap pendek. Mempunyai bintik pada ujung sayap dan bergaris kuning pada belakangnya. Sedangkan pada yang bersayap pendek mempunyai sayap transparan dengan bintik warna gelap. Keduanya mempunyai karakteristik dengan corak warna hitam dan putih pada bagian ventral abdomen. Berkembang pada musim hujan lebih dari 500 ekor pertanaman pada umur jagung ± 2 bulan, sedangkan pada musim kemarau populasi relatif rendah hanya 1 – 23 ekor pertanaman. Gejala serangan pada daun tampak bercak bergaris kuning, garis- garis pendek terputus-putus sampai bersambung terutama pada tulang daun kedua dan ketiga. Daun tampak bergaris kuning panjang, begitu pula pada pelepah daun. Pertumbuhan tanaman  akan terhambat, menjadi kerdil, tanaman menjadi layu dan kering (hopper burn).
 Pengendalian Waktu tanam serempak, waktu tanam dilakukan pada akhir musim hujan dan bila menggunakan insektisida gunakan insektisida Carbofuran 3%( Tjahjono, Harahap.2009).   

5.      Anjing tanah (Gryllotalpidae)

Ordo                : Orthoptera
Famili              : Gryllotalpidae
Spesies             : Gryllotalpidae

Anjing tanah adalah serangga berukuran sedang, berwarna coklat terang hingga gelap, memiliki kulit pelindung yang tebal yang hidup di dalam tanah, dengan sepasang tungkai depan termodifikasi berbentuk cangkul untuk menggali tanah dan berenang. Orang Jawa menyebutnya orong-orong, di tanahSunda disebut gaang, sementara dalam bahasa Toba disebut singke. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mole cricket, atau "jangkrik tikus mondok". Semua anggotanya termasuk dalam keluarga Gryllotalpidae. Serangga yang kadang-kadang ditemukan berlari cepat di sudut pekarangan ini dapat pula terbang hingga sejauh 8 km dalam musim kawin. Hewan muda memiliki sayapyang pendek. Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan pada musim dingin melakukan hibernasi. Pada musim kawin hewan ini dapat menghasilkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi), namun dengan suara yang jauh berbeda. Suaranya bersifat monoton, tanpa jeda, dan amat mengganggu pendengaran. Bila lubang persembunyiannya didekati, ia akan berhenti bersuara namun akan memulai lagi begitu merasa gangguan berlalu.
Anjing tanah memakan segala, meskipun pada dasarnya ia adalah karnivora. Menunya adalah larva-larva serangga lain atau cacing. Bila kekurangan makanan ia akan memakan akar dan rumput-rumputan. Akibat tindakan yang terakhir ini anjing tanah kadang-kadang digolongkan sebagai hama tanaman. Pemangsanya bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, segung, hingga rubah.

Daur hidup anjing tanah: Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari mencari makan. Habitat yang disukai adalah ladang yang kering, pekarangan, serta lapangan rumput. Hewan ini dapat ditemukan di semua tempat, kecuali daerah dekat kutub bumi.Perannya dalam kehidupan manusia tidak terlalu penting. Hewan ini kadang-kadang digolongkan sebagai hama karena perilakunya merusak perakaran atau juga memakannya. Di Asia Timur hewan ini kadang-kadang digoreng dan disantap. Pemelihara burung juga menjadikan orong-orong sebagai bagian pakan hidup. Sekresi yang dihasilkan orong-orong di Cina menjadi bahan pengobatan, dan sekarang mulai diteliti khasiatnya secara farmasi.
Anjing tanah di beberapa tempat berstatus terancam punah karena peralihan habitat dan erosi tanah. Pembasmian akibat dianggap hama juga mengganggu kehidupannya.
Selain sepasang tungkai depannya yang besar dan bergerigi, anjing tanah mempunyai bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang keras. Hewan ini juga memiliki sepasang sayap kecil. Warna tubuhnya mulai dari kecoklatan hingga hitam dengan panjang tubuh berkisar antara 27-35 mm. Sekilas tampang serangga ini memang menakutkan dan primitif. Tidak menherankan, karena diperkirakan anjing tanah (mole cricket) telah ada sejak 35 juta tahun silam.
Orong-orong atau anjing tanah merupakan hewan nokturnal yang beraktifitas di malam hari. Hewan ini juga mampu mengeluarkan suara melalui organ stridulasi seperti jangkrik, meskipun suaranya terdengan lebih monoton ketimbang jangkrik. Anjing tanah mengeluarkan suaranya dari dalam lubang persembunyian atau rumah yang berupa terowongan di dalam tanah. Anjing Tanah.
Morfologi/Bioekologi :Orong – orong tinggal dibawah permukaan tanah. Imago menyerupai jengkrik, panjang kira – kira 3 cm, dan berwarna merah tua. Mempunyai sepasang kaki depan yang kuat untuk melindungi diri, dan terbang pada malam  hari. Telur berwarna putih kekuning – kuningan, diletakkan pada sel – sel keras yang dibuat dari tanah. Didalam satu sel terdapat 30 – 50 butir telur. Nimfa seperti serangga dewasa, tetapi ukurannya lebih kecil. Sifatnya sangat polifag, mamakan akar, umbi, tanaman muda dan serangga kecil seperti kutu daun. Lamanya daur hidup 3 – 4 bulan.

Gejala Serangan : Hama ini umumnya banyak dijumpai menyerang tanaman bawang pada fase penanaman ke dua atau sekitar umur tanaman kira – kira 1 – 2 minggu setelah tanam. Serangan ditandai dengan layunya tanaman, karena akar tanaman rusak, bahkan pada umbi kadang terdapat lubang dengan bentuk yang tidak beraturan.

Pengendalian :Kultur Teknis Penggunaan pupuk kandang yang matang dapat mengurangi serangan Gryllotalpa sp. Menjaga kebersihan kebun (sanitasi) dapat mengurangi serangan Gryllotalpa sp.Fisik/MekanikPemasangan umpan beracun yang terdiri dari 10 kg dedak dicampur dengan 100 ml insektisida yang dianjurkan kemudian campuran tersebut diaduk secara merata dan disebar diatas bedengan pertanaman pada senja hari. BiologiPemanfaatan musuh alami seperti predator Chlaenius, Labidura riparia, parasitoid Neothrombium gryllotalpae , dan pathogen serangga Beauveria bassiana, Paecilomyces sp.


Binatang yang sering ditemukan di pemukiman ini ternyata mempunyai kemampuan terbang yang jauh. Orong-orong mampu terbang sejauh 8 km ketika sedang berusaha mencari pasangan kawin. Anjing tanah merupakan binatang karnivora yang memakan larva-larva serangga lain dan cacing tanah. Namun sering kali orong-orong juga memakan akar, tunas-tunas tanaman, dan rerumputan. Pemangsa alami orong-orong bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, sigung, hingga rubah(Jumar. 2007).


6.       Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Ordo: Lepidoptera
Famili: Noctuidae
Genus: Spodoptera
Spesies: Spodoptera litura
Nama local: ulat grayak
Nama latin: Spodoptera litura
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini adalah daun tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda rusak, atau seluruh tanaman rusak. Gejala yang nampak tergantung pada jenis tanaman yang diserang dan intensitas serangan larva muda serta larva dewasa.
Morfologi Pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam yang dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya. Telur diletakkan berkelompok 100 – 300 butir/kelompok. Kelompok telur biasanya berbentuk oval dan ditutupi rambut-rambut (sisik) berwarna cokelat. Larva terdiri-dari 6 instar. Imago berwarna cokelat dan aktif pada malam hari. Siklus hidup: lebih kurang 4 – 5 minggu, Telur: 3 – 6 hari, Larva: 15 – 21 hari, Pupa: lebih kurang 12 hari.

Ekologi: Pada siang hari, ulat bersembunyi dalam tanah, sedangkan pada malam hari menyerang tanaman. Hama ini suka bersembunyi di tempat yang lembab.
Pengendalian:
Mekanis: telur yang ada diambil bersama dengan daun tempat menempelnya
Biologis: Bacillus thuringiensis
Kimia: insektisida
Sanitasi
Tipe SeranganUlat grayak menyerang tanaman pada fase hamper semua stadia,  serangan terjadi biasanya pada malam hari sedangkan sisanya hanya larva ulat grayak yang bersembunyi dipangkal tanaman. Serangan nya memakan helai daun dari ujung sampai ketulang daun bahkan sampai kebatang tanaman yang mengakibatkan gejala batang menguning lama kelamaan akan membusuk dan mati , dan apabila daun telah habis dimakan maka system fotosintesis pun tidak akan berjalan. Ulat grayak  memiliki sifat polyfag yaitu memakan semua daun tanaman bukan hanya kedelai dan padi. menyerang dengan cara system alat mulut mandibulata menggigit mengunyah.Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa epidermis bagian atas dan tinggal tulang tulang daun saja dan ulat yang besar memakan tulang daun dan buahnya juga.
Pengendalian dengan cara menggunakan musuh alami dari ulat grayak yaitu laba laba, kumbang dan semut api, dengan cara tanam serempak, menggunkan varietas tahan , menggunakan jarak tanam yang sesuai, sanitasi di sekitar lingkungan yaitu dengan membersihkan dari gulma sebagai inang tempat bagi ulat grayak, eradikasi langsung di pertanaman, apabila populasi ulat grayak telah melampaui ambang bataspengendalian maka segera melakukan penyemprotan dngan pestisida sistemik (Hasrul.2002). 
Siklus hidup berkisar anatar 30-60 hari(lama stadium telur 2-4 hari, larva terdiri dari 5 instar20-46hari, pupa:8-11 hari. Serangga ini merusak pada stadia larva. Seekor ngengat betina dapat meletakkan telornya sebanyak 2000-3000 telur. Ulat berkepompong dalam tanah. Merusak pada stadia larva Berkembang dengan . Metamorfosis dari ulat grayak yaitu sempurna tlur-ulat- kepompong- ngengat(Mudita,I.W., dan Iburuni, Y.U.R., 2008).

  1.  Kutu daun  ( Aphis glycines)
Ordo: Hemiptera
Famili:Aphididae
Spesies:Aphis glycines 

Kutu daun menyerang dengan cara menusuk dan menghisap ( Haustelata)pada bagian tanaman terutama pada bagian daun nya dan terkadang menghisap pada bagian polong nya sampai kebatang tanaman kedelai , sering merusak bagian pucuk daun muda kadang menjadi kriting dan mengkerut bahkan sampai mengakibatkan daun menggulung. Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Serangan kutu daun umumnya dimulai dari permukaan daun bagian bawah, pucuk tanaman , kuncup bunga dan batang muda.Terkadan kutu daun juga berperan sebagai vector pembawa penyakit bagi tanaman inang.
Kutu daun dimulai dari telur menetas sampai umur 3- 4 hari setelah diletakkan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14-18 hari dan berubah menjadi imago. Umur 5-6 hari imago mulai bereproduksi pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur. Metamorphosis Kutu putih yaitu sempurna di dalam siklus hidupnya terdapat stadium telur, larva(ulat) pupa , dan imago

Pengendalian kutu daun dapat dilakukan dengan Pengendalian secara eradikasi yaitu mengambil secara langsung hama yang terlihat menyerang tanaman dan memusnahkan nya, dengan menggunakan pengendalian hayati yaitu dengan menggunakan (predator, parasitoid atau pathogen). Dengan menggunakan varietas tahan terhadap hama terutama untuk hama kutu daun hijau.Mengatur pola bercocok tanam untuk memutus siklus kehidupan kutu daun dengan cara mengganti komoditas tanam. Dengan melakukan sanitasi lingkungan, pemanfaatan tanaman perangkap dan eradikasi disekitar pertanaman. Apabila telah malampaui ambang batas pengendalian maka harus dilakukan penyemprotan pestisida(Tjahjono, Harahap.2009).
















IV.             KESIMPULAN

Dalam hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. 7 dari ordo yang ada 4 di antar nya 4 memiliki ordo hemiptera
  2. Pengendalian yang dapat dilakukan pada hama tersebut adalah pengendalian secara kultur teknis, biologis, fisik/mekanik, dan kimiawi.
  3. Hama yang ada menyerang batang pada tanaman pangan
  4. Gejala serangan yang di lakukan lebih meneliti ke tanaman pangan.













     

                                          DAFTAR PUSTAKA

Jumar. 2007. Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta

Mudita,I.W., dan Iburuni, Y.U.R., 2008. Penuntun Praktikum Dasar-
 Dasar Perlindungan Tanaman.


Pracaya. 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susnihati.2000. Buku ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Universitas Padjajaran. Bandung.

Tjahjono, Harahap.2009. Dasar-Dasar Serangga. Bagian Ilmu Hama Tanaman Pertanian. IPB. Bogor.



















     

LAMPIRAN

aftimar

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Manual Categories