HAMA-HAMA TANAMAN PANGAN
(Laporan Praktikum
Bioekologi Hama Tumbuhan)
Oleh
Aftimar Syafitri T.
1314121008
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada percobaan kali ini kita akan membahas
tentang hama-hama tanaman pangan. Pengertian hama itu sendiri adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat
dengan panca indera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang,
dan dapat merusak tanaman secara langsung maupun secara tidak
langsung. Hama yang merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya
gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung
biasanya melalui suatu penyakit. Pangan
merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melanjutkan kehidupannya di muka bumi.
Sebagai salah satu kebutuhan primer manusia disamping sandang dan papan,
kebutuhan akan pangan menjadi penting untuk diperhatikan.
Pada
jaman dahulu manusia memenuhi kebutuhannya akan pangan dari berburu hewan dan
mengumpulkan bahan makanan dari hutan. Peradaban yang semakin maju dan
berkembang menjadikan kegiatan berburu dan mengumpulkan bahan makanan berubah
menjadi kegiatan bercocok tanam atau budidaya. Kebutuhan pangan yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun menuntut diterapkannya teknik budidaya tanaman
pangan yang tepat dan benar, karena dengan teknik budidaya yang tepat dan benar
diharapkan hasil tanaman pangan akan meningkat seiring dengan kebutuhan
masyarakat.
Untuk membantu mempermudah identifikasi gejala kerusakan suatu jenis hama
dalam hubungannya dengan tindakan pengendalian, maka diperlukan pengetahuan
tentang klasifikasi hama. Klasifikasi hama ini dapat didasarkan pada golongan
binatang penyebabnya, berdasarkan cara merusak dan gejala kerusakannya
dan klasifikasi berdasarkan arti ekonomi
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa dapat
mengetahui akan hama-hama tanaman pangan
2.
Mengetahui
pengendalian dari tanaman pengangu pada tanaman pangan
3.
Dapat
mengetahui gejala dan membedakan hama yang membuat kerugian.
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan
bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah spesimen atau hama-hama yang
akan di teliti, yang berjumlah tujuh yaitu walang sangit, kepiuk hijau, kepik
penghisap polong kedelai, wereng jagung, anjing tanah, ulat grayak, kutu daun.
2.2
Prosedur
Percobaan
Ambil spesimen
hama yang akan digunakan, kemudian di taruh di mikroskop yang bisa melihat hama
tersebut dengan jelas. Maka kemudian teliti hama tersebut lebih dekat. Catat
dan amati dari ciri-ciri yang ada pada binatang tersebut
III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pengamatan
Adapun hasil dari praktikum kali ini
adalah sebagai berikut:
1.2 Pembahasan
Adapun pembahasan kali
ini adalah :
1.
Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta
Walang
sangit adalah anggota ordo Hemiptera (bangsa kepik sejati). Walang sangit
menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) dan juga cairan buah
padi yang masih pada tahap masak
susu sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah. bentuk pertahanan dirinya, yaitu mengeluarkan aroma yang menyengat hidung (sehingga
dinamakan "sangit"). Sebenarnya tidak hanya walang sangit yang mengeluarkan aroma ini, tetapi juga banyak anggota Alydidae lainnya. Serangga betina menghasilkan 100-200 telur, yang diletakkan pada daun bendera padi. Nimfanya berwarna hijau, yang berangsur-angsur menjadi coklat, dan
mengalami ganti kulit 5 kali. Nimfa (nymph) merupakan Stadium serangga muda yang keluar dari telur dengan bentuk morfologi yang relatif maju, berbeda dari
yang dewasa karena ukuran keseluruhannya dan sayap serta genitalianya yang belum sempurna; tingkat pradewasa serangga dengan metamorfosis tak sempurna.
Stadia nimfa terjadi selama 17-27 hari. Pada kondisi yang cocok, imago
dapat hidup hingga 115 hari. Nimfa dan imago (Serangga yang secara seksual
telah dewasa) menyerang buah padi yang matang susu dengan cara menghisap cairan buah, sehingga buah menjadi hampa. Pada bekas tusukannya, timbul suatu bercak-bercak putih yang disebabkan cendawan Helminthosporium .
susu sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah. bentuk pertahanan dirinya, yaitu mengeluarkan aroma yang menyengat hidung (sehingga
dinamakan "sangit"). Sebenarnya tidak hanya walang sangit yang mengeluarkan aroma ini, tetapi juga banyak anggota Alydidae lainnya. Serangga betina menghasilkan 100-200 telur, yang diletakkan pada daun bendera padi. Nimfanya berwarna hijau, yang berangsur-angsur menjadi coklat, dan
mengalami ganti kulit 5 kali. Nimfa (nymph) merupakan Stadium serangga muda yang keluar dari telur dengan bentuk morfologi yang relatif maju, berbeda dari
yang dewasa karena ukuran keseluruhannya dan sayap serta genitalianya yang belum sempurna; tingkat pradewasa serangga dengan metamorfosis tak sempurna.
Stadia nimfa terjadi selama 17-27 hari. Pada kondisi yang cocok, imago
dapat hidup hingga 115 hari. Nimfa dan imago (Serangga yang secara seksual
telah dewasa) menyerang buah padi yang matang susu dengan cara menghisap cairan buah, sehingga buah menjadi hampa. Pada bekas tusukannya, timbul suatu bercak-bercak putih yang disebabkan cendawan Helminthosporium .
Pengendalian secara kultur teknik : Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit. Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam serempak dalam satu hamparan merupakan cara pengendalian yang sangat dianjurkan. Setelah ada tanaman padi berbunga walang sangit akan segera pindah dari rumput-rumputan atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman padi yang pertama kali berbunga. Sehingga jika pertanaman tidak serempak pertanaman yang berbunga paling awal akan diserang lebih dahulu dan tempat berkembang biak . Pertanaman yang paling lambat tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang sangit sudah berkembang biak pada pertanaman yang berbunga lebih dahulu. Dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan. Plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif berkurang populasi walang sangitnya.
Pengendalian secara biologis: Potensi agens hayati pengendali hama
walang sangit masih sangat sedikit diteliti. Beberapa penelitian telah
dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau
semi lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalah O.
malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria sp
dan Metharizum sp.
Pengendalian dengan menggunakan perilaku serangga: Walang sangit tertarik oleh senyawa
(bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp
dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama
walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau bangkai binatang
terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama walang sangit.
Pengendalian kimiawi: Pengendalian kimiawi dilakukan pada padi
setelah berbunga sampai masak susu, ambang kendali untuk walang sangit adalah
enam ekor /m2. Banyak insektisida yang cukup efektif terutama yang berbentuk
cair atau tepung sedangkan yang berbentuk granula tidak dapat dianjurkan untuk
mengendalikan walang sangit. Insektida anjuran untuk tanaman padi yang cukup
efektif terhadap walang sangit adalah BPMC dan MIPC(Susnihati.2000).
- Kepik hijau (Nezara Vindula)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Pentatomidap
Genus : Nezara
Spesies : Nezara Vindula
Nama latin : Nezara Vindula
Nama umum : Kepik Hijau
Nama umum : Kepik Hijau
Kepik hijau (Nezara viridula) diperoleh morfologi
memiliki sepasang sungut yang beruas ruas. memiliki sayap dua pasang (beberapa
spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal.
Bentuk tubuh pipih, memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat
membungkuk ke bawah. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada
yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada
bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang
membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala
dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli, mempunyai alat mulut
menusuk dan meghisap yang muncul dari depan kepala dan dinamakan stylet.
Gejala serangan kepik hijau (Nezara viridula)
pada tanaman padi (Oryza sativa), kepik hijau (Nezara viridula) membuat tanaman
padi yang diserangnya mengakibatkan bulir-bulir padi menjadi hampa atau kosong.
Serangan kepik hijau (Nezara viridula) yang menyerang tanaman padi pada saat
penggilingan menjadikan hasil panen yang menurun, hal ini otomatis menyebabkan
kerugian materil karna hasl yang didapat tidak sesuai dengan jumlah bulir-bulir
padi.
Imago (bakal kepik) mulai datang dipertanaman sejak pembentukan bunga. Serangan hama ini menyebabkan biji dan polong kempis, polong gugur, biji menjadi busuk, berwarna hitam, kulit biji keriput dan adanya bercak-bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman terhadap serangan kepik hijau adalah saat stadia pengisian biji.
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Gejala Serangan:
1. Pada batang terdapat bekas tusukan atau hisapan kepik
2. Pada buah tanaman padi yang diserap memiliki noda bekas isapan atau tusukan.
Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara menghisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.
Pengendalian: Menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam(Pracaya. 2002).
Imago (bakal kepik) mulai datang dipertanaman sejak pembentukan bunga. Serangan hama ini menyebabkan biji dan polong kempis, polong gugur, biji menjadi busuk, berwarna hitam, kulit biji keriput dan adanya bercak-bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman terhadap serangan kepik hijau adalah saat stadia pengisian biji.
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Gejala Serangan:
1. Pada batang terdapat bekas tusukan atau hisapan kepik
2. Pada buah tanaman padi yang diserap memiliki noda bekas isapan atau tusukan.
Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara menghisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.
Pengendalian: Menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam(Pracaya. 2002).
- Riptortus linearis (kepik penghisap polong kedelai)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Riptortus
Spesies : Riptortus linearis
Hama
ini sering dikenal dengan sebutan kepik penghisap polong kedelai karena hama
ini menyerang polong kedelai. klasifikasi kepik penghisap polong kedelai ini
adalah:Ciri khas serangga ini terdapat pada stadia imago, yaitu adanya garis
putih kekuningan pada sepanjang sisi badannya. Imago Riptortus linearis
bertubuh memanjang dan berwarna kuning coklat. Jumlah imago yang hidup sebanyak
50 ekor. Imago memiliki sayap sehingga bisa terbang. Perbedaan antara imago
jantan dan betina dapat terlihat pada bagian abdomen. Pada abdomen betina
terdapat garis segitiga berwarna putih, sedangkan pada jantan hanya ada garis
memanjang berwarna putih. Jika sudah berisi telur, serangga betina memiliki
abdomen yang membesar dan menggembung pada bagian tengah, sedangkan abdomen
jantan lurus ke belakang. Rata-rata lama stadium imago adalah 29,3 ± 13,75
hari. Lama perkembangan Riptortus linearis dari telur hingga imago membutuhkan
waktu 64,48 hari.
Biologi Riptortus linearis: Kepik polong kedelai Riptortus linearis memiliki tipe metamorfosis paurometabola yaitu terdiri dari telur, nimfa, dan imago. Telur R. linearis berbentuk bulat dan berwarna coklat. Siklus hidup Riptortus linearis meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar, dan stadium imago. Imago (Gambar 1a) berbadan panjang dan berwarna kuning kecokelatan dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya (Tengkano dan Dunuyaali 1976 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005). Imago datang pertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga dengan meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4– 47 hari. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11– 13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang 13–14 mm.
Nimfa instar pertama berubah warna dari kemerah-merahan menjadi kekuning-kuningan, sedang instar kedua berubah menjadi coklat tua. Nimfa instar ketiga, keempat dan kelima berubah dari kemerah-merahan menjadi coklat tua dan akhirnya menjadi hitam. Nirnfa instar pertama dan kedua sangat aktif bergerak dan mencari makan; dalam keadaan kenyang beristirahat pada tempat-tempat yang tersembunyi . Nimfa instar ketiga, keempat dan kelima tidak seaktif instar pertama dan kedua . Instar keempat dan kelima sangat lambat gerakannya, dan lebih banyak beristirahat . Stadia nimfa berkisar antara 16-23 hari, dengan rata- rata 19 hari. Instar pertama 1-3 hari, instar kedua 2-4 hari, instar ketiga 2-6hari, instar keempat 3-6 hari dan instar kelima 5-8 hari. Rata-rata panjang tubuh nimfa instar I adalah 2,60 mm, instar II 4,20 mm, instar III 6 mm, instar IV 7 mm, dan instar V 9,90 mm. Nimfa maupun imago mampu menyebabkan kerusakan pada polong kedelai dengan cara mengisap cairan biji di dalam polong dengan menusukkan stiletnya. Tingkat kerusakan akibat Riptortus linearis bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan polong dan biji. Tingkat kerusakan biji dipengaruhi pula oleh letak dan jumlah tusukan pada biji.
Kepik menyerang dengan cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau kempis (biji tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua yang diserang kepik ini menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan membusuk
Biologi Riptortus linearis: Kepik polong kedelai Riptortus linearis memiliki tipe metamorfosis paurometabola yaitu terdiri dari telur, nimfa, dan imago. Telur R. linearis berbentuk bulat dan berwarna coklat. Siklus hidup Riptortus linearis meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar, dan stadium imago. Imago (Gambar 1a) berbadan panjang dan berwarna kuning kecokelatan dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya (Tengkano dan Dunuyaali 1976 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005). Imago datang pertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga dengan meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4– 47 hari. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11– 13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang 13–14 mm.
Nimfa instar pertama berubah warna dari kemerah-merahan menjadi kekuning-kuningan, sedang instar kedua berubah menjadi coklat tua. Nimfa instar ketiga, keempat dan kelima berubah dari kemerah-merahan menjadi coklat tua dan akhirnya menjadi hitam. Nirnfa instar pertama dan kedua sangat aktif bergerak dan mencari makan; dalam keadaan kenyang beristirahat pada tempat-tempat yang tersembunyi . Nimfa instar ketiga, keempat dan kelima tidak seaktif instar pertama dan kedua . Instar keempat dan kelima sangat lambat gerakannya, dan lebih banyak beristirahat . Stadia nimfa berkisar antara 16-23 hari, dengan rata- rata 19 hari. Instar pertama 1-3 hari, instar kedua 2-4 hari, instar ketiga 2-6hari, instar keempat 3-6 hari dan instar kelima 5-8 hari. Rata-rata panjang tubuh nimfa instar I adalah 2,60 mm, instar II 4,20 mm, instar III 6 mm, instar IV 7 mm, dan instar V 9,90 mm. Nimfa maupun imago mampu menyebabkan kerusakan pada polong kedelai dengan cara mengisap cairan biji di dalam polong dengan menusukkan stiletnya. Tingkat kerusakan akibat Riptortus linearis bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan polong dan biji. Tingkat kerusakan biji dipengaruhi pula oleh letak dan jumlah tusukan pada biji.
Kepik menyerang dengan cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau kempis (biji tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua yang diserang kepik ini menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan membusuk
Riptortus linearis adalah kepik pengisap polong yang dominan di pertanaman kedelai dan dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai 80% bila tidak dilakukan pengendalian. Selama ini petani menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya untuk mengatasi masalah tersebut. Namun pemakaian yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan dan juga menjadikan produk tanaman berbahaya untuk dikonsumsi. Pemanfaatan musuh alami hama pengisap polong, cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii, sebagai bioinsektisida memiliki kelebihan selain membunuh nimfa dan kepik dewasa, juga efektif mengendalikan telur hama. Cendawan ini mudah dibiakkan secara massal dan aman bagi lingkungan.
Pengendaliannya , prinsip pengendalian hama secara terpadu atau PHT merupakan suatu cara pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan masih menjadi alternative utama dalam pengendalian hama kepik penghisap polong. Penggunaan pestisida merupakan alternative terakhir yang apabila serangan hama kepik hijau telah melampaui batas ambang kendali yaitu bila telah ditemukan kerusakan polong lebih dari 2% atau terdapat sepasang kepik dewasa per tanaman saat tanaman kedelai berumur lebih dari 45 hari setelah tanam. Adapun komponen pengendalian hama pengisap polong kedelai adalah dengan cara sebagai berikut :
• Tanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari.
• Pergiliran tanaman bukan inang.
• Pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan.
• Menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma.
• Menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.
Gejala Serangan Riptortus linearis Kepik
menyerang dengan cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau
kempis (biji tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua
yg diserang kepik ini menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil
berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan membusuk(Jumar. 2007).
4.
Peregrinus maidis (Wereng jagung)
Spesies :
Peregrinus maidis
Ordo : HEMIPTERA
Famili : Delphacidae)
Daun dan pelepah tanaman yang terserang menjadi
menguning, kerdil, dan tanaman akan mati. Sebagai vektor penyakit stripe
disease. Siklus hidup 25 hari, termasuk masa inkubasi telur selama 8 hari.
Imago terbagi atas dua karakter yaitu imago sayap panjang (penuh) dan bersayap
pendek. Kelompok makroptera memiliki spot diujung sayapnya dan garis kuning tua
dibagian belakang. Pada kelompok brachyptera sayap tereduksi dan berbercak
hitam. Deskripsi Peregrinus maidis
Siklus
hidup 25 hari, termasuk masa inkubasi telur selama 8 hari. Imago terbagi atas
dua karakter yaitu imago sayap panjang (penuh) dan bersayap pendek. Kelompok
makroptera memiliki spot diujung sayapnya dan garis kuning tua dibagian
belakang. Pada kelompok brachyptera sayap tereduksi dan berbercak hitam.
Bentuk
dan ukuran serangga dewasa mirip dengan hama wereng coklat dewasa yang meyerang
padi. Siklus hidup 25 hari, masa telur 8 hari, telurnya berbentuk bulat panjang
dan agak membengkok (seperti buah pisang), warna putih bening yang diletakkan
pada jaringan pelepah daun secara terpisah atau berkelompok. Nimpa mengalami 5
instar, instar pertama berwarna kemerah-merahan kemudian berangsur-angsur
berubah menjadi putih kekuning-kuningan.
Disepanjang
permukaan atas badannya terdapat bintik-bintik kecil berwarna. Instar pertama
menyukai daun-daun yang baru tebuka, pelepah daun, kelopak daun dan bunga
jantan yang masih muda dan lunak. Tubuh wereng dewasa berwarna kuning
kecoklatan, sayap bening dan kedua mata berwarna hitam. Terdapat duri pada
tibia belakang yang dapat berputar. Serangga dewasa ada yang mempunyai sayap
panjang dan ada pula bersayap pendek. Mempunyai bintik pada ujung sayap dan bergaris
kuning pada belakangnya. Sedangkan pada yang bersayap pendek mempunyai sayap
transparan dengan bintik warna gelap. Keduanya mempunyai karakteristik dengan
corak warna hitam dan putih pada bagian ventral abdomen. Berkembang pada musim
hujan lebih dari 500 ekor pertanaman pada umur jagung ± 2 bulan, sedangkan pada
musim kemarau populasi relatif rendah hanya 1 – 23 ekor pertanaman. Gejala
serangan pada daun tampak bercak bergaris kuning, garis- garis pendek
terputus-putus sampai bersambung terutama pada tulang daun kedua dan ketiga.
Daun tampak bergaris kuning panjang, begitu pula pada pelepah daun. Pertumbuhan
tanaman akan terhambat, menjadi kerdil, tanaman menjadi layu dan
kering (hopper burn).
Pengendalian Waktu tanam serempak, waktu tanam
dilakukan pada akhir musim hujan dan bila menggunakan insektisida gunakan
insektisida Carbofuran 3%( Tjahjono,
Harahap.2009).
5.
Anjing tanah (Gryllotalpidae)
Ordo
: Orthoptera
Famili
: Gryllotalpidae
Spesies : Gryllotalpidae
Anjing tanah adalah serangga berukuran sedang, berwarna coklat
terang hingga gelap, memiliki kulit pelindung yang tebal yang hidup di dalam
tanah, dengan sepasang tungkai depan termodifikasi berbentuk cangkul untuk menggali tanah dan berenang.
Orang Jawa menyebutnya orong-orong,
di tanahSunda disebut gaang,
sementara dalam bahasa Toba disebut singke.
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mole cricket, atau "jangkrik
tikus mondok". Semua anggotanya termasuk dalam keluarga Gryllotalpidae. Serangga yang kadang-kadang ditemukan berlari
cepat di sudut pekarangan ini dapat pula terbang hingga sejauh 8 km dalam
musim kawin. Hewan muda memiliki sayapyang pendek.
Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan pada musim dingin melakukan hibernasi.
Pada musim kawin hewan ini dapat menghasilkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi), namun
dengan suara yang jauh berbeda. Suaranya bersifat monoton, tanpa jeda, dan amat
mengganggu pendengaran. Bila lubang persembunyiannya didekati, ia akan berhenti
bersuara namun akan memulai lagi begitu merasa gangguan berlalu.
Anjing
tanah memakan segala, meskipun pada dasarnya ia adalah karnivora.
Menunya adalah larva-larva serangga lain atau cacing. Bila kekurangan makanan
ia akan memakan akar dan rumput-rumputan. Akibat tindakan yang terakhir ini
anjing tanah kadang-kadang digolongkan sebagai hama tanaman. Pemangsanya bermacam-macam,
mulai dari burung, ayam, tikus, segung, hingga rubah.
Daur hidup anjing tanah: Anjing tanah adalah hewan yang agak
jarang terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam
hari mencari makan. Habitat yang disukai adalah ladang yang kering, pekarangan,
serta lapangan rumput. Hewan ini dapat ditemukan di
semua tempat, kecuali daerah dekat kutub bumi.Perannya dalam kehidupan manusia
tidak terlalu penting. Hewan ini kadang-kadang digolongkan sebagai hama karena
perilakunya merusak perakaran atau juga memakannya. Di Asia Timur hewan ini
kadang-kadang digoreng dan disantap. Pemelihara burung juga menjadikan
orong-orong sebagai bagian pakan hidup. Sekresi yang dihasilkan orong-orong di
Cina menjadi bahan pengobatan, dan sekarang mulai diteliti khasiatnya secara
farmasi.
Anjing
tanah di beberapa tempat berstatus terancam punah karena peralihan habitat dan
erosi tanah. Pembasmian akibat dianggap hama juga mengganggu kehidupannya.
Selain
sepasang tungkai depannya yang besar dan bergerigi, anjing tanah mempunyai
bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang keras. Hewan ini juga memiliki
sepasang sayap kecil. Warna tubuhnya mulai dari kecoklatan hingga hitam dengan
panjang tubuh berkisar antara 27-35 mm. Sekilas tampang serangga ini memang
menakutkan dan primitif. Tidak menherankan, karena diperkirakan anjing tanah
(mole cricket) telah ada sejak 35 juta tahun silam.
Orong-orong
atau anjing tanah merupakan hewan nokturnal yang beraktifitas di
malam hari. Hewan ini juga mampu mengeluarkan suara melalui organ stridulasi
seperti jangkrik, meskipun suaranya terdengan lebih monoton ketimbang jangkrik.
Anjing tanah mengeluarkan suaranya dari dalam lubang persembunyian atau rumah
yang berupa terowongan di dalam tanah. Anjing Tanah.
Morfologi/Bioekologi :Orong
– orong tinggal dibawah permukaan tanah. Imago menyerupai jengkrik, panjang
kira – kira 3 cm, dan berwarna merah tua. Mempunyai sepasang kaki depan yang
kuat untuk melindungi diri, dan terbang pada malam hari. Telur
berwarna putih kekuning – kuningan, diletakkan pada sel – sel keras yang dibuat
dari tanah. Didalam satu sel terdapat 30 – 50 butir telur. Nimfa
seperti serangga dewasa, tetapi ukurannya lebih kecil. Sifatnya sangat polifag,
mamakan akar, umbi, tanaman muda dan serangga kecil seperti kutu daun. Lamanya
daur hidup 3 – 4 bulan.
Gejala
Serangan : Hama
ini umumnya banyak dijumpai menyerang tanaman bawang pada fase penanaman ke dua
atau sekitar umur tanaman kira – kira 1 – 2 minggu setelah tanam. Serangan
ditandai dengan layunya tanaman, karena akar tanaman rusak, bahkan pada umbi
kadang terdapat lubang dengan bentuk yang tidak beraturan.
Pengendalian :Kultur
Teknis Penggunaan
pupuk kandang yang matang dapat mengurangi serangan Gryllotalpa sp. Menjaga
kebersihan kebun (sanitasi) dapat mengurangi
serangan Gryllotalpa sp.Fisik/MekanikPemasangan umpan beracun yang
terdiri dari 10 kg dedak dicampur dengan 100 ml insektisida yang dianjurkan
kemudian campuran tersebut diaduk secara merata dan disebar diatas bedengan
pertanaman pada senja hari. BiologiPemanfaatan
musuh alami seperti predator Chlaenius, Labidura
riparia, parasitoid Neothrombium gryllotalpae , dan pathogen
serangga Beauveria bassiana, Paecilomyces sp.
Binatang
yang sering ditemukan di pemukiman ini ternyata mempunyai kemampuan terbang
yang jauh. Orong-orong mampu terbang sejauh 8 km ketika sedang berusaha mencari
pasangan kawin. Anjing tanah
merupakan binatang karnivora yang memakan larva-larva serangga lain dan cacing
tanah. Namun sering kali orong-orong juga memakan akar, tunas-tunas tanaman,
dan rerumputan. Pemangsa alami orong-orong bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, sigung, hingga rubah(Jumar. 2007).
6. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ordo: Lepidoptera
Famili: Noctuidae
Genus: Spodoptera
Spesies: Spodoptera litura
Nama local: ulat grayak
Nama latin: Spodoptera litura
Nama latin: Spodoptera litura
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan
ulat ini adalah daun tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda
rusak, atau seluruh tanaman rusak. Gejala yang nampak tergantung pada jenis
tanaman yang diserang dan intensitas serangan larva muda serta larva dewasa.
Morfologi Pada ruas perut
yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam yang
dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya. Telur diletakkan berkelompok
100 – 300 butir/kelompok. Kelompok telur biasanya berbentuk oval dan ditutupi
rambut-rambut (sisik) berwarna cokelat. Larva terdiri-dari 6 instar. Imago
berwarna cokelat dan aktif pada malam hari. Siklus
hidup: lebih kurang 4 – 5 minggu, Telur:
3 – 6 hari, Larva: 15 – 21
hari, Pupa: lebih kurang 12
hari.
Ekologi: Pada siang hari, ulat bersembunyi dalam tanah, sedangkan pada malam
hari menyerang tanaman. Hama ini suka bersembunyi di tempat yang lembab.
Pengendalian:
Mekanis: telur yang ada diambil bersama dengan daun tempat menempelnya
Biologis: Bacillus thuringiensis
Kimia: insektisida
Sanitasi
Pengendalian:
Mekanis: telur yang ada diambil bersama dengan daun tempat menempelnya
Biologis: Bacillus thuringiensis
Kimia: insektisida
Sanitasi
Tipe SeranganUlat grayak menyerang tanaman pada fase hamper
semua stadia, serangan
terjadi biasanya pada malam hari sedangkan sisanya hanya larva ulat grayak yang
bersembunyi dipangkal tanaman. Serangan nya memakan helai daun dari ujung
sampai ketulang daun bahkan sampai kebatang tanaman yang mengakibatkan gejala
batang menguning lama kelamaan akan membusuk dan mati , dan apabila daun telah
habis dimakan maka system fotosintesis pun tidak akan berjalan. Ulat
grayak memiliki sifat
polyfag yaitu memakan semua daun tanaman bukan hanya kedelai dan padi.
menyerang dengan cara system alat mulut mandibulata menggigit mengunyah.Larva yang masih kecil merusak daun dengan
meninggalkan sisa epidermis bagian atas dan tinggal tulang tulang daun saja dan
ulat yang besar memakan tulang daun dan buahnya juga.
Pengendalian
dengan cara menggunakan musuh alami dari ulat grayak yaitu laba laba, kumbang
dan semut api, dengan cara tanam serempak, menggunkan varietas tahan ,
menggunakan jarak tanam yang sesuai, sanitasi di sekitar lingkungan yaitu
dengan membersihkan dari gulma sebagai inang tempat bagi ulat grayak, eradikasi
langsung di pertanaman, apabila populasi ulat grayak telah melampaui ambang
bataspengendalian maka segera melakukan penyemprotan dngan pestisida sistemik (Hasrul.2002).
Siklus
hidup berkisar anatar 30-60 hari(lama stadium telur 2-4 hari, larva terdiri
dari 5 instar20-46hari, pupa:8-11 hari. Serangga ini merusak pada stadia larva.
Seekor ngengat betina dapat meletakkan telornya sebanyak 2000-3000 telur. Ulat
berkepompong dalam tanah. Merusak pada stadia larva Berkembang dengan .
Metamorfosis dari ulat grayak yaitu sempurna tlur-ulat- kepompong- ngengat(Mudita,I.W.,
dan Iburuni, Y.U.R., 2008).
- Kutu daun ( Aphis glycines)
Ordo:
Hemiptera
Famili:Aphididae
Spesies:Aphis
glycines
Kutu
daun menyerang dengan cara menusuk dan menghisap ( Haustelata)pada bagian
tanaman terutama pada bagian daun nya dan terkadang menghisap pada bagian
polong nya sampai kebatang tanaman kedelai , sering merusak bagian pucuk daun
muda kadang menjadi kriting dan mengkerut bahkan sampai mengakibatkan daun
menggulung. Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan
polong. Serangan kutu daun umumnya dimulai dari permukaan daun bagian bawah,
pucuk tanaman , kuncup bunga dan batang muda.Terkadan kutu daun juga berperan
sebagai vector pembawa penyakit bagi tanaman inang.
Kutu
daun dimulai dari telur menetas sampai umur 3- 4 hari setelah diletakkan. Telur
menetas menjadi larva dan hidup selama 14-18 hari dan berubah menjadi imago.
Umur 5-6 hari imago mulai bereproduksi pasca perubahan dari larva menjadi
imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur. Metamorphosis Kutu putih
yaitu sempurna di dalam siklus hidupnya terdapat stadium telur, larva(ulat)
pupa , dan imago
Pengendalian
kutu daun dapat dilakukan dengan Pengendalian secara eradikasi yaitu mengambil
secara langsung hama yang terlihat menyerang tanaman dan memusnahkan nya,
dengan menggunakan pengendalian hayati yaitu dengan menggunakan (predator,
parasitoid atau pathogen). Dengan menggunakan varietas tahan terhadap hama
terutama untuk hama kutu daun hijau.Mengatur pola bercocok tanam untuk memutus
siklus kehidupan kutu daun dengan cara mengganti komoditas tanam. Dengan
melakukan sanitasi lingkungan, pemanfaatan tanaman perangkap dan eradikasi
disekitar pertanaman. Apabila telah malampaui ambang batas pengendalian maka
harus dilakukan penyemprotan pestisida(Tjahjono,
Harahap.2009).
IV.
KESIMPULAN
Dalam hasil percobaan yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
- 7 dari ordo yang ada 4 di antar nya 4 memiliki ordo
hemiptera
- Pengendalian yang dapat dilakukan pada hama
tersebut adalah pengendalian secara kultur teknis, biologis,
fisik/mekanik, dan kimiawi.
- Hama yang ada menyerang batang pada tanaman pangan
- Gejala serangan yang di lakukan lebih meneliti ke
tanaman pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Jumar. 2007.
Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta
Mudita,I.W., dan Iburuni, Y.U.R., 2008. Penuntun
Praktikum Dasar-
Dasar
Perlindungan Tanaman.
Pracaya. 2002. Hama dan Penyakit Tanaman.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Susnihati.2000.
Buku ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Universitas Padjajaran. Bandung.
Tjahjono, Harahap.2009. Dasar-Dasar Serangga. Bagian
Ilmu Hama Tanaman Pertanian. IPB. Bogor.
LAMPIRAN
0 comments:
Post a Comment