PENGENDALIAN
HAYATI PENYAKIT TANAMAN
III.
PEMBUATAN SUSPENSI AGENSIA HAYATI UNTUK APLIKASI LAPANG
(Laporan Praktikum Pengendalian
Penyakit Tanaman)
Oleh
Dede Rahayu
1314121033
LABORATORIUM
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus
Coffea. Kopi termasuk kedalam family Rubiaceae, sub family Ixoroideae dan suku
Coffe. Tanaman kopi merupakan jenis tanaman berkeping dua yang memiliki akar
tunggang. Pada akar tunggang, ada beberapa akar kecil yang tumbuh ke samping
yang disebut akar lebar. Sebagai komoditi penting di Indonesia,
tentu saja masalah penyakit tanaman sudah menjadi hal yang umum. Keberadaan
penyakit tanaman tidak akan jauh dari pengendalian hayati (Mahfud, 1998).
Salah satu penyakit yang
menyerang tanaman kopi adalah penyakit karat daun kopi. Penyakit ini disebabkan
oleh jamur Hemilelia vastatrix. Daun kopi yang terserang biasanya timbul
bercak yang awalnya berwarna kuning lalu berubah menjadi coklat. Pada sisi
bawah permukaan daun yang terserang ercak terdapat tepung berwarna orange dan
jingga. Serangan karat daun kopi
dapat terjadi pada bibit ataupun areal pertanaman kopi.
Trichoderma
sp. disebut sebagai jamur antagonis. Jamur ini dapat digunakan dalam
pengendalian hayati. Peranannya dalam mengendalikan Hemileia vastatrix sangat menguntungkan bagi tanaman. Tidak hanya
itu usahatani pun turut diuntungkan. Hal terpenting yaitu pengendalian dengan Trichoderma sp. ramah lingkungan. Oleh
karena itu, praktikum pembuatan suspensi agensia hayati untuk aplikasi lapang
dilakukan.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui
cara pembuatan suspensi agensia hayati sebelum diaplikasikan ke lapangan.
II.
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan
pada praktikum ini yaitu gelas bekker, timbangan, corong, sprayer,
pengaduk, dan kertas. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu biakan Trichoderma
spp., air 500 ml, detergen 0,35 gr, dan 72 gr gula pasir.
2.2
Prosedur Kerja
Adapun langkah dalam
pelaksanaan praktikum ini yaitu:
1.
Ditimbang detergen 0,35 gr ; gula pasir 0,72 gr;
dan biakan Trichoderma spp. 100 gr.
2.
Disiapkan air di dalam gelas bekker sebanyak 500
ml.
3.
Dimasukkan biakan Trichoderma spp.,
detergen, dan gula pasir ke dalam gelas bekker lalu aduk hingga tercampur.
4.
Disaring suspensi yang telah diaduk ke dalam botol sprayer.
5.
Ditutup botol sprayer.
6.
Disemprotkan suspensi tersebut ke bagian bawah daun
yang terkana penyakit karat daun kopi.
7.
Dilakukan penyemprotan keseluruh bagian bawah
tanaman yang memiliki urediospora atau pun tidak.
8.
Diamati selama 5 hari setelah penyemprotan
suspensi.
9.
Dilihat perbedaannya, apakah jamur Trichoderma spp.
efektif dalam menghambat perkembangan jamur Hemileia vastatrix atau
tidak.
10. Ditulis hasilnya.
III.
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil dari
praktikum ini yaitu :
NO.
|
FOTO
|
KETERANGAN
|
1.
|
|
Senin, 20 April 2015
Bagian bercak
mengering dan berubah warna menjadi coklat.
|
2.
|
|
Selasa, 21 April 2015
Bercak mengering
secara luas seperti terbakar.
|
3.
|
|
Rabu, 22 April 2015
Beberapa bercak
memudar warnya.
|
4.
|
|
Kamis, 23 April 2015
Bercak uredospora
seperti terbakar.
|
5.
|
|
Jumat, 24 April 2015
Bercak
uredospora kering seperti terbakar.
|
3.2
Pembahasan
Pada praktikum ini, aplikasi jamur
antagonis Trichoderma spp. dilakukan
pada bagian bawah daun yang memiliki tanda berupa uredospora jamur Hemileia vastatrix. Diamati selama 5
hari setelah aplikasi untuk mengetahui efektifitas penggunaan agensia hayati
dalam pengendalian penyakit karat daun kopi.
Hari
pertama, pada bagian daun yang menunjukkan gejala mengalami perubahan. Gejala
tersebut yang sebelumnya hanya berwarna orange
tampak menjadi berwarna coklat dan kering seperti terbakar. Hari kedua
sampai kelima pun beberapa daun menunjukkan perubahan yang sama. Bercak
mengering secara luas hingga beberapa daun menjadi rontok. Tetapi pada beberapa
daun, uredospora hanya memudar. Penggunaan suspensi jamur antagonis dalam
pengendalian penyakit karat daun kopi berhasil karena beberapa uredospora
tampak terparasit oleh Trichoderma
spp. yang disemprotkan ke bagian bawah daun. Tetapi pada beberapa daun yang
mengering, aplikasi ini dianggap kurang berhasil. Kemungkinan, yang terjadi
adalah kompetisi dari jamur patogen dengan jamur antagonis pada bercak yang
menyebabkan cairan daun habis terserap dan mengering. Bila dibandingkan
pemberian suspensi jamur antagonis 500 ml dengan 1 liter memiliki jumlah koloni
yang berbeda dan pemberian gula pasir sebagai sumber karbohidrat pun berbeda.
Selain
Hemileia vastatrix patogen yang dapat
dihambat pertumbuhannya oleh jamur antagonis Trichoderma spp. yaitu :
1. Fusarium oxysporum
Schlecht. f.sp. zingiberi Trujillo
penyebab penyakit busuk rimpang jahe.
2. Phytium sp. penyebab penyakit rebah kecambah.
3. Phythophtora palmivora
penyebab penyakit busuk buah kakao.
4. Rigidoporus lignosus
5. Sclerotium roflsii (Dwidjoseputro, 1994).
Penghambatan jamur Trichoderma spp. umumnya pada patogen tular tanah ialah dengan
mekanisme antibiosis dan mikoparasit. Trichoderma
spp. menghasilkan antibiotik seperti Alamethicin, paracelsin, trichotoxin yang dapat menghancurkan sel jamur melalui perusakan terhadap permeabilitas membran sel,
dan enzim chitinase,
laminarinase yang
dihasilkan Trichoderma spp. dapat
menyebabkan
lisis dinding sel.
Trichoderma spp. juga dapat
memparasit miselium
jamur lain dengan menembus dinding
sel
dan masuk ke dalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga jamur menjadi mati (Semangun, 1996).
Sedangkan mekanisme antagonis untuk menghambat jamur P. palmivora dilakukan dengan cara
kompetisi (Sukamto,dkk., 1997).
Pemberian
detergen dalam campuran memungkinkan spora jamur antagonis untuk menempel pada
kutikula daun. Detergen juga berfungsi sebagai pengemulsi larutan. Sedangkan
penggunaan gula pasir seperti diketahui untuk sumber makanan bagi jamur Trichoderma spp..
IV. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu :
1. Penggunaan
jamur antagonis lebih efektif apabila diaplikasikan dengan cara tabor ke dalam
tanah.
2. Jamur
Trichoderma spp. mampu menghambat
pertumbuhan patogen tular tanah.
3. Mekanime
kerja Trichoderma spp. umumnya yaitu
antibiosis karena jamur ini dapat menghasilkan antibiotic Alamethicin, paracelsin, dan trichotoxin.
4. Pada karat daun kopi, mekanisme kerja
jamur antagonis berupa kompetisi, antibiosis, dan mikoparasit.
5. Perbedaan hasil dari aplikasi suspensi
500 ml dengan 1 liter disebabkan oleh jumlah karbohidrat yang disediakan bagi Trichoderma
spp..
DAFTAR
PUSTAKA
Dwidjoseputro,
D.1994. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta
Mahfud.
1998. Uji Aplikasi Komponen PHT untuk
mengendalikan penyakit karat
daun. Laporan
pengkajian Bagian Proyek Penelitian Tanaman Perkebunan.
Bogor
Semangun, H.
1994. Penyakit-Penyakit Tanaman
Hortikultura di Indonesia. Gadjah
Mada
University Press. Yogyakarta
Sukamto, S., Semangun, H dan Harsoyo, A. 1997. Identifikasi Beberapa Isolat Jamur
dan Sifat Antagonisitasnya
terhadap Phytophthora palmivora pada Kakao.
Pelita Perkebunan 13 (3)
LAMPIRAN
0 comments:
Post a Comment