PENGENDALIAN
NABATI PENYAKIT TANAMAN
I.
PENGUJIAN
SECARA IN VITRO
Oleh
Aftimar Syafitri
1314121008
LABORATORIUM
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada praktikum kali ini
kita akan lebih mengenal tentang Pestisida nabati disebut juga pestisida
hayati atau bio-pestisida. Pestisida nabati merupakan pestisida yang dibuat dari bagian tanaman.Beberapa
kelebihanpestisida nabati menurut daya kerjanya selektif, residu cepat terurai dan tidak beracun, tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan dan tanaman,
serangga-seranggaberguna/predator tidak ikut musnah, tidak menimbulkan kekebalan serangga, dan mudah di dapat.
Salah satu alternatif pengendalian yang ramah lingkungan untuk mengendalikan penyakit tanaman adalah menggunakan pestisida nabati. Pengendalian organisme penggangu tanaman yang menggunakan bahan alami, seperti minyak
atsiri, serbuk, dan ekstrak dari tanaman
sudah banyak dilaporkan keberhasilannya.
Oleh sebab itu, penggunaan gulma merupakan tumbuhan yang keberadaannya dapat menimbulkan gangguan dan
kerusakan bagi tanaman budidaya. Kehadiran gulma pada areal tanaman sangat berpengaruh
terhadap hasil panen. Hal ini terjadi karena gulma memiliki kemampuan dalam hal
berkompetisi yang tinggi untuk memperoleh air, unsur hara, cahaya matahari, dan
pemanfaatan ruang tumbuh
1.2
Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum Pengujian Secara In Vitro yaitu
1.
Mengetahui
kemampuan pestisida nabati untuk menghambat perkembangan patogen tumbuhan.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1
Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu LAF, mikro
pipet, tip, cawan petri, bor
gabus, dan Bunsen. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu suspensi Gulma Siam (Chromolaena odorata), media PDA, dan
biakan murni Colletotrichum capsici.
2.2
Prosedur Kerja
Adapun
langkah kerja praktikum ini yaitu :
1. Dimasukkan
500 ml suspensi Chromolaena odorata ke
dalam 500 ml PDA broth
2. Dimasukkan
10 gr agar batang
3. Diautoklaf
dengan
suhu 121° C,( tekanan 1 atm) selama 20 menit
4. Dituang
ke dalam cawan petri steril
5. Setelah di dinginkan,
diletakkan 1 potongan bor gabus biakan Colletotrichum capsici di tengah cawan yang berisi campuran
media
PDA dengan Chromolaena odonata
6. Diletakkan juga 1 potong bor gabus biakan murni Colletotrichum
capsici di tengah cawan
yang berisi media PDA tanpa suspensi Chromolaena
odonata sebagai kontrol.
7. Diukur
diameter vertical dan horizontal Colletotrichum
capsici 3 hari sekali.
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Adapun
hasil dari praktikum kelompok 1 yaitu :
No
|
Foto
|
Keterangan
|
1.
|
Senin,
27 april 2015
Media
PDA sebagai kontrol
Media
PDA dengan suspensi Choromolaina
odorata
|
Data
pengamatan untuk media PDA sebagai kontrol didapatkan diameter Colletotrichum capsici sebesar
Horizontal
= 1,3 cm
Vertikal
= 1,2 cm
Sedangkan
pada media PDA dengan suspensi Choromolaina
odorata didapatkan diameter Colletotrichum
capsici sebesar
Horizontal
= 1,1 cm
Vertikal
= 1,1 cm
|
2.
|
Kamis,
30 april 2015
Media
PDA sebagai control
Media
PDA dengan suspensi
Choromolaina odorata
|
Data
pengamatan untuk media PDA sebagai kontrol didapatkan diameter Colletotrichum capsici sebesar
Horizontal
= 2,1 cm
Vertikal
= 2 cm
Sedangkan
pada media PDA dengan suspensi Choromolaina
odorata didapatkan diameter Colletotrichum
capsici sebesar
Horizontal
= 3,2 cm
Vertikal
= 2,5 cm
|
3.2
Pembahasan
Data yang didapat yaitu pada hari pertama pada media
PDA sebagai kontrol didapatkan diameter Colletotrichum
capsici sebesar Horizontal
= 1,3 cm dan Vertikal
= 1,2 cm sedangkan media
PDA dengan suspensi Choromolaina odorata diameter
Colletotrichum capsici Horizontal =
1,1 cm dan Vertikal
= 1,1 cm. Dan hari kamis 30
april 2015 pada media
PDA sebagai kontrol didapatkan diameter Colletotrichum
capsici sebesar Horizontal = 2,1 cm dan Vertikal = 2 cm sedangkan Choromolaina
odorata didapatkan diameter Colletotrichum capsici sebesar horizontal
= 3,2 cm dan vrtikal
= 2,5 cm.
Ini menjunjukan media terus berkembang bahwa gulma
siam mampu menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum
capsici. oleh sebab itu
dilakukannya proses sterilisasi basah dengan autoklaf. Zat-zat dari gulma siam
yang mampu menkan jamur patogen terurai menjadi uap
dalam proses tersebut sehingga daya hambat bisa
menekan jamur yang ada.
Pada kasus ini tidak terjadi kontaminan. Namun ada banyak sekali faktor
yang dapat membuat kontaminan. Karena ada nya kesalahan dalam perlakuan
sehingga jamur dapat tumbuh di spesimen yang kita buat. Jamur yang diduga mengontaminasi yaitu jamur Aspergillus sp. karena
terdapat misselium berwarna hitam pada pinggiran
C. odorata. Kontaminan dapat terjadi pada saat isolasi jamur. Berhubungan dengan
sifat jamur Aspergillus sp. yang sporanya menyebar di udara, jamur ini dapat masuk
ke dalam media isolasi saat praktikan berbicara atau keadaan tangan praktikan
yang kurang steril.
Sampai saat ini telah terinventarisasi sebanyak 2.400
jenis tumbuhan yang terdiri dari 235 famili berpotensi sebagai bahan pestisida
nabati. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida
nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, Rutaceae.dan beberapa
tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati, yang dapat dibuat
melalui teknologi yang sederhana adalah Mimba, biji srikaya, sirih dan
lain-lain (Rachmawaty dan Korlina, 2009)
C. odorata adalah
gulma siam yang masuk ke dalam golongan tumbuhan terna pemanjat semusim yang
dapat tumbuh dua sampai tiga meter pada tempat terbuka dan dapat mencapai dua
puluh meter apabila tumbuh memanjat pada pohon. Gulma ini dinyatakan sebagai
gulma penting karena jumlahnya/kelimpahannya sangat besar (Hidayah, 2007).
Tanaman ini mengandung senyawa metabolik sekunder yang
mampu memberikan efek kronik pada nematoda parasit (Radhopolus similis), dan
beberapa jenis serangga seperti rayap, Sitophilus zeamais, Prostephanus truncatus, Plutella xylostella, Spodoptera
litura, dan Spodoptera exigua (Haryati
dkk, 2004).
Pemanfaatan C. odorata sebagai
pestisida nabati telah dimulai pada beberapa hama antara lain pada ordo
Lepidoptera, Coleoptera, Hemiptera dan Isoptera. Variasi aktivitasnya bisa
berupa efek insektisidal atau repelen tergantung spesies hamanya. Adanya efek
biocidal dari ekstrak C. odorata diduga
karena peran dari satu atau beberapa senyawa-senyawa yang terkandung dalam C.
odorata. Dari isolasi gulma ini berhasil ditemukan sejumlah alkohol,
flavononas, flavonas, khalkones, asam aromatik dan minyak esensial. Minyak
esensial dari daun gulma ini diduga dapat menimbulkan efek pestisidal dan
nematisidal. Ditemukan juga sejenis alkaloid(Sukanya et al.,
2009).
Disebut
Pyrolizidine Alkaloids (PAs), yang dalam kaitannya dengan serangga, PAs ini
berfungsi sebagai penghambat makan dan insektisidal. Selain itu secara umum
juga sebagai repelen bagi hewan yang tidak teradaptasi dengan senyawa tersebut
(PAs) dan sebagai alat proteksi bagi tanaman yang memproduksinya. PAs mempunyai
peran yang lebih kompleks dibanding dengan senyawa lain yang dikandung oleh C.
odorata, sehingga kajian tentang PAs ini sudah lebih komprehensif dan
maju(Owolabi et al., 2010).
Di samping berefek menghambat dan
insektisidal, PAs juga telah diketahui sebagai senyawa toksik yang
bisa menyebabkan efek karsinogenis dan kerusakan liver, yang reaksinya terjadi
pada penelanan dosis 10-20 mg. Reaksinya bisa berupa pembesaran sel liver dan
nukleinnya, gangguan metabolisme sel liver yang menghasilkan gangguan
fungsional, timbulnya daerah kerusakan sel dan degenerasi lemak. Pada dosis 10
mg atau kurang perhari bisa menyebabkan sirosis hati. PAs juga berefek pada
hati, liver, sistem pernafasan jika digunakan sebagai obat (Hidayah,
2007).
C. odorata dilaporkan
mengandung senyawa kimia yang bersifat antibakteri terhadap patogen tumbuhan Xanthomonas
vesicatoria dan Ralstonia
solanacearum . Ekstrak gulmaini juga dilaporkan bersifat anti
jamur terhadap Apergillus niger dan Drechslera heveae. Tidak tert
utup kemungkinan bahwa ekstrak gulma siam juga mampu menghambat pertumbuhan P.
palmivora, yaitu jamur penyebab penyakit busuk buah kakao. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
tentang potensi ekstrak gulma siam untuk menekan P. palmivora, penyebab penyakit busuk buah
kakao di Indonesia(Ogbebor & Adekunle,
2008).
IV.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu :
1.
Beberapa
tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati, yang dapat dibuat
melalui teknologi yang sederhana adalah Mimba, biji srikaya, sirih dan
lain-lain.
2.
Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu
penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai
cara atau secara tunggal.
3.
Kelebihan dalam
penggunaan pestisida nabati yaitu relatif aman terhadap
lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada
tanaman, kompatibel digabung dengan cara
pengendalian yang lain, menghasilkan produk pertanian yang
sehat karena bebas residu pestisida kimia.
4.
C. Odorata mengandung
senyawa kimia yang bersifat antibakteri terhadap patogen tumbuhansehingga dapat
menekan jamur Xanthomonas vesicatoria
dan Ralstonia solanacearum .
5.
C. odorata masuk dalam tumbuhan terna pemanjat semusim
DAFTAR PUSTAKA
Haryati, S., dkk. 2004.
Pemanfaatan Ekstrak Gulma Siam Untuk Mengendalikan S.
Exigua Pada Pertanaman
Bawang merah di Kretek. Bantul. Program Kreativitas Mahasiswa.
Hidayah, N. 2007. Prospek
Gulma Siam (Chromolaena odorata)
sebagai Pengendali spodoptera litura pada Tanaman Tembakau. UGM.
Yogyakarta.
Ogbebor ON &
Adekunle AT. 2008. Inhibition of Drechslera heveae (Petch) M. B. Ellis, causal organism of Bird’s eye spot disease
of rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.)
using plant extracts. Afr.
J. Gen. Agric. 4 (1) : 19 – 26.
Owolabi MS,
Ogundajo A, Yusuf KO, Lajide L, Villanueva
HE, Tuten JA & Setzer WN. 2010.Chemical
Composition and Bioactivity of the Essential
Oil of Chromolaena odorata. Nigeria.
Rec. Nat. Prod. 4 (1) : 72-78.
Rachmawaty, D dan
Korlina, E. 2009. Pemanfaatan Pestisida
Nabati untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Jawa Timur.
Sukanya SL,
Sudisha J, Hariprasad P, Niranjana SR, Prakash
HS & Fathima SK. 2009. Antimicrobial activity of leaf extracts of Indian
medicinal plants
against
clinical and phytopathogenic bacteria. African
Journal of Biotechnology 8 (23): 66776682.
LAMPIRAN
0 comments:
Post a Comment