Saturday, April 15, 2017

PENGENDALIAN NABATI PENYAKIT TANAMAN II. PEMBUATAN EKSTRAK DAN SUSPENSI PESTISIDA NABATI UNTUK APLIKASI LAPANG

PENGENDALIAN NABATI PENYAKIT TANAMAN
II. PEMBUATAN EKSTRAK DAN SUSPENSI PESTISIDA NABATI UNTUK APLIKASI LAPANG
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)




Oleh

Aftimar Syafitri T.
1314121008
















LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.     PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Pada Praktikum kali ini kita akan lebih menggenal pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan  pestisida yang  berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan yang di ambil ekstraknya.

Pestisida yang digunakan dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan secara turun menurun. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, namun karena kurangnya takaran dan dosis yang pas maka petani mencari pestisida yang lebih mudah pemakaian nya seperti pestisida kimiawi karena sudah ada petunjuk dan langsung terlihat hasilnya  

Oleh sebab itu, Pestisida nabati biasa  dibuat dengan menggunakan  cara yang sderhana oleh kelompok tani atau petani perorangan. Pestisida nabati yang dibuat dengan cara sederhana.. Dapat berupa larutan hasil perasan, rendaman yaitu ekstrak dan Apabila dibandingkan dengan pestisida kimia, penggunaan pestisida nabati relative aman dan murah. Dan pestisida nabati juga ramah lingkungan

1.2    Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu :

1.        Mengetahui cara pembuatan ekstrak dan suspensi pestisida nabati sebelum aplikasi di lapang


II.  METODOLOGI PERCOBAAN


2.1    Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sprayer, kantong plastic,   gelas beker, dan timbangan. Kemudian bahan yang digunakan yaitu 50 ml ekstrak gulma siam, 16 gr detergen, dan 500 ml air.

2.2    Prosedur Kerja

Adapun langkah kerja dari praktikum ini yaitu :

1.        Dibuat ekstrak gulma siam dengan  100 gr pucuk daun gulma siam
2.        Dipotong kecil, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik
3.        Ditambahkan air 500 ml
4.        Kemudian diamkan selama 24 jam
5.        Disaring ekstrak gulma siam
6.        Dimasukkan ke dalam gelas beker 1000 ml
7.        Ditambahkan air kembali sebanyak 500 ml
8.        Diaduk,  dan dimasukkan ke dalam sprayer
9.        Disemprotkan  pada daun yang terdapat uredospora jamur Hemileia vastatrix
10.    Diamati dengan selang waktu 3 hari dan di foto













III.   HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1    Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari praktikum ini yaitu :

NO.
FOTO
KETERANGAN
1.
Sabtu, 9 Mei 2015

·   Bercak mengering
·   Tidak terjadi perluasan bercak
2.

·   Bercak mengering
·   Tidak terjadi perluasan bercak
3.
Senin, 11 Mei 2015

·   Bercak yang mengering meluas
·   Tidak terjadi perluasan bercak
4.

·   Bercak yang mengering meluas
·   Tidak terjadi perluasan bercak
5.
Rabu 13 Mei 2015

·   Bercak yang mengering meluas
·   Tidak terjadi perluasan bercak
6.

·   Bercak yang mengering meluas
·   Tidak terjadi perluasan bercak


3.2    Pembahasan


Praktikum yang sudah dilakukan pembuatan ekstrak dan suspensi pestisida nabati dilakukan untuk mengetahui mekanisme Chromolaena odorata terhadap jamur Hemileia vastatrix. Pada pengamatan hari pertama Sabtu, 09 Mei 2015 belum ada terlihat adanya pengaruh dari penyemprotan suspensi gulma siam. masih sama seperti sebelumnya
Pengamatan ke-2 :senin, 11 mei 2015 Pada daun yang banyak terdapat spora Hemileia vastatrix, mulai terlihat adanya perubahan dimana spora dari Hemileia vastatrix yang awalnya bercak-bercak berwarna kuning menjadi kuning-kecoklatan. Hal ini mengindikasikan bahwa spora-spora tersebut mulai berkurang, begitu pula pada daun yang sedikit terserang Hemileia vastatrix. Dan terdapat bintik-bintik putih pada spora Hemileia vastatrix.
Pengamatan ke-3 : rabu, 13 mei 2015  Dimana sebagian spora dari Hemileia vastatrix mati . Hal ini dapat dilihat dari spora yang awalnya bercak-bercak berwarna kuning kecoklatan berubah menjadi berwarna coklat (bercak menjadi menghitam). Baik pada daun yang terdapat banyak tanda penyakitnya maupun sedikit mengalami hal yang sama.
Chromolaena. odorata adalah gulma siam yang masuk ke dalam golongan tumbuhan terna pemanjat semusim yang dapat tumbuh dua sampai tiga meter pada tempat terbuka dan dapat mencapai dua puluh meter apabila tumbuh memanjat pada pohon. Gulma ini dinyatakan sebagai gulma penting karena jumlahnya atau kelimpahannya sangat besar (Hidayah, 2007).

Di samping berefek menghambat dan insektisidal, PAs juga telah diketahui sebagai senyawa toksik  yang bisa menyebabkan efek karsinogenis dan kerusakan liver, yang reaksinya terjadi pada penelanan dosis 10-20 mg. Reaksinya bisa berupa pembesaran sel liver dan nukleinnya, gangguan metabolisme sel liver yang menghasilkan gangguan fungsional, timbulnya daerah kerusakan sel dan degenerasi lemak. Pada dosis 10 mg atau kurang perhari bisa menyebabkan sirosis hati. PAs juga berefek pada hati, liver, sistem pernafasan jika digunakan sebagai obat (Hidayah, 2007).

Kirinyu (Chromolaena odorata) adalah salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai larvasida alami. Tumbuhan ini mengandung senyawa fenol, alkaloid, triterpenoid, tanin,flavonoid (eupatorin) dan limonen. Kandungan tanin yang terdapat dalam daun kirinyuh adalah 2,56% (Aditya, dkk. 2010)

Beberapa penelitian yang sudah kami lakukan menunjukkan bahwa kompos Gulma Siam mampu
(1) meningkatkan biomassa tanaman, dan sekaligus
(2) menurunkan insiden kerusakan atau kematian tanaman akibat serangan serangga (hama). Kompos ini juga terbukti relatif aman terhadap beberapa organisme tanah, terutama artropoda pengurai (dekomposer).
(3) pengelolaan biomassa Gulma Siam yang efisien dan aman, dan
(4) memanfaatkan potensi positif biomassa Gulma Siam sebagai bahan pembenah tanah(Sudarmo S. 2005).

Tanaman ini mengandung senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada nematoda parasit (Radhopolus similis), dan beberapa jenis serangga seperti rayap, Sitophilus zeamais, Prostephanus truncatus, Plutella xylostella, Spodoptera litura, dan Spodoptera exigua (Haryati, 2004).



IV.   KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu :

1.    Praktikum ini berhasil karena bercak semakin sedikit.

2.    Kirinyu (Chromolaena odorata) adalah salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai larvasida alami.

3.    C. odorata adalah gulma siam yang masuk ke dalam golongan tumbuhan terna pemanjat semusim

4.    Perbandingan suspense gulma siam dan  air adalah 1:1

5.    Tanaman C. odorata  ini mengandung senyawa metabolik sekunder























DAFTAR PUSTAKA


Aditya, R., Munandar, F., Valerina, Y., Nurhani, A. 2010. Pestisida Nabati dan Pestisida Kimia pada Benih. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Sumedang.

Haryati. 2004. Pemanfaatan Ekstrak Gulma Siam Untuk Mengendalikan S.
Exigua Pada Pertanaman Bawang merah di Kretek Bantul. Program
Kreativitas Mahasiswa. UGM. Yogyakarta.

Hidayah, N. 2007.  Prospek Gulma Siam (Chromolaena odorata) sebagai
Pengendali spodoptera litura pada Tanaman Tembakau. Diunduh dari
http://UGM.ac.id (16 Mei 2015).

Sudarmo S. 2005. Pestisida Nabati. Pembuatan dan Pemanfaatannya. Penerbit Kanisius.































LAMPIRAN












C. odorata adalah gulma siam yang masuk ke dalam golongan tumbuhan terna pemanjat semusim yang dapat tumbuh dua sampai tiga meter pada tempat terbuka dan dapat mencapai dua puluh meter apabila tumbuh memanjat pada pohon. Gulma ini dinyatakan sebagai gulma penting karena jumlahnya/kelimpahannya sangat besar (Hidayah, 2007).
Tanaman ini mengandung senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada nematoda parasit (Radhopolus similis), dan beberapa jenis serangga seperti rayap, Sitophilus zeamaisProstephanus truncatusPlutellaxylostellaSpodoptera litura, dan Spodoptera exigua (Haryati dkk, 2004).
Pemanfaatan C. odorata sebagai pestisida nabati telah dimulai pada beberapa hama antara lain pada ordo Lepidoptera, Coleoptera, Hemiptera dan Isoptera. Variasi aktivitasnya bisa berupa efek insektisidal atau repelen tergantung spesies hamanya. Adanya efek biocidal dari ekstrak C. odorata diduga karena peran dari satu atau beberapa senyawa-senyawa yang terkandung dalam C. odorata. Dari isolasi gulma ini berhasil ditemukan sejumlah alkohol, flavononas, flavonas, khalkones, asam aromatik dan minyak esensial. Minyak esensial dari daun gulma ini diduga dapat menimbulkan efek pestisidal dan nematisidal. Ditemukan juga sejenis alkaloid yang oleh Moder (2002) cit Haryati et al.,(2004) disebut Pyrolizidine Alkaloids (PAs), yang dalam kaitannya dengan serangga, PAs ini berfungsi sebagai penghambat makan dan insektisidal. Selain itu secara umum juga sebagai repelen bagi hewan yang tidak teradaptasi dengan senyawa tersebut (PAs) dan sebagai alat proteksi bagi tanaman yang memproduksinya. PAs mempunyai peran yang lebih kompleks dibanding dengan senyawa lain yang dikandung oleh C. odorata, sehingga kajian tentang PAs ini sudah lebih komprehensif dan maju.
Di samping berefek menghambat dan insektisidal, PAs juga telah diketahui sebagai senyawa toksik  yang bisa menyebabkan efek karsinogenis dan kerusakan liver, yang reaksinya terjadi pada penelanan dosis 10-20 mg. Reaksinya bisa berupa pembesaran sel liver dan nukleinnya, gangguan metabolisme sel liver yang menghasilkan gangguan fungsional, timbulnya daerah kerusakan sel dan degenerasi lemak. Pada dosis 10 mg atau kurang perhari bisa menyebabkan sirosis hati. PAs juga berefek pada hati, liver, sistem pernafasan jika digunakan sebagai obat (Hidayah, 2007).
        Dalam kaitannya sebagai bahan pestisida nabati, hubungan PAs dan serangga mendapat kajian yang komprehensif, karena PAs ini ternyata tidak hanya bersifat merugikan herbivor (manusia, ternak dan serangga), tapi juga dimanfaatkan oleh beberapa serangga sebagai bagian yang penting dan menguntungkan selama siklus hidupnya, diantaranya sebagai pelindung telur, pelindung beberapa serangga dari serangan laba-laba predator, untuk modal kawin/menarik pasangannya dan lain-lain. Fenomena ini disebut sebagai farmakopagi yaitu PAs digunakan sebagai sumber nutrisi bagi serangga. Serangga farmakopagi didapati pada famili Danaidae di Amerika Utara dan Ithomiidae di Amerika Selatan, Arctiidae dan Ctenuchidae juga Tyria jacobea yang mengumpulkan PAs agar rasanya enak bagi predator  (Hidayah, 2007).
Aditya, R., Munandar, F., Valerina, Y., Nurhani, A. 2010. Pestisida Nabati dan Pestisida Kimia pada Benih. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Sumedang.
Deptan. 2006. Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman dengan Pestisida Nabati. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat.

Haryati, S., dkk. 2004. Pemanfaatan Ekstrak Gulma Siam Untuk Mengendalikan S. Exigua Pada Pertanaman Bawang merah di Kretek Bantul. Program Kreativitas Mahasiswa. UGM. Yogyakarta.

Hidayah, N. 2007.  Prospek Gulma Siam (Chromolaena odorata) sebagai Pengendali spodoptera litura pada Tanaman Tembakau. Diunduh dari http://UGM.ac.id (14 Juni 2012).

Huda, S. 2003. Pengendali Hayati atau Bio Pestisida Alami. Diunduh dari linksource: http://organikhijau.com/pengendali.php (14 Juni 2012).

Rachmawaty, D dan Korlina, E. 2009. Pemanfaatan Pestisida Nabati untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur.
Sudarmo S. 2005. Pestisida Nabati. Pembuatan dan Pemanfaatannya. Penerbit Kanisius.

Thamrin, M., Asikin, S., Mukhlis dan Budiman, A. 2005. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa sebagai Pestisida Nabati. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa.

Wiwin, S., R. Murtiningsih, N.Gunaeni dan T.Rubiati, 2008. Tumbuhan Bahanm Pestisida Nabati dan cara pembuatannya untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan. Diunduh dari http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/index.php/Info-Aktual/MIMBA PESTISIDA-NABATI-RAMAHLINGKUNGAN. html

Wowiling, J. 2003. Pestisida Nabati Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sulawesi Utara


aftimar

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Manual Categories