PENGENDALIAN
NABATI PENYAKIT TANAMAN
II.
PEMBUATAN EKSTRAK DAN SUSPENSI PESTISIDA NABATI UNTUK APLIKASI LAPANG
(Laporan Praktikum Pengendalian
Penyakit Tanaman)
Oleh
Dede Rahayu
1314121033
LABORATORIUM
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kerusakan
yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat
besar bagi masyarakat. Kerusakan ini selain menyebabkan kerugian besar dapat
juga berdampak negatif bagi kesehatan konsumen karena spora jamur yang
tertinggal. Selain itu, dari penggunaan pestisida kimia juga dapat berdampak
negatif bagi konsumen. Tetapi adanya pestisida nabati dapat mengurangi dampak
negatif tersebut. Karena terbuat dari bahan alami.
Pestisida
nabati merupakan pestisida yang terbuat dari bahan alami seperti organ tanaman,
atau minyak yang dihasilkan oleh tanaman. Pestisida nabati memiliki beberapa
keunggulan seperti mudah terurai oleh sinar matahari, tidak menyebabkan
gangguan lingkungan dan lain-lain. Sedangkan kekurangannya yaitu aplikasi harus
berulang kali dan harganya yang mahal. Pestisida memiliki beberapa jenis
menurut hama yang akan dikendalikan yaitu insektisida, nematisida, bakterisida
dan lain-lain (Aditya, 2010).
Oleh
karena itu, dilakukan praktikum Pembuatan Ekstrak dan Suspensi Pestisida Nabati
untuk mengetahui efektifitas pestisida nabati dalam menghambat perkembangan
jamur patogen Hemileia vastatrix.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini
yaitu sebagai berikut :
1.
Mengetahui cara
pembuatan ekstrak dan suspensi pestisida nabati untuk aplikasi lapang
II.
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1
Alat
dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu gelas beker, sprayer, dan kantong plastik ukuran ¼ kg.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu 50 gr pucuk daun gulma siam, 50 ml air,
500 ml air, dan 16 gr detergen.
2.2
Prosedur
Kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini yaitu :
1.
Dibuat ekstrak
gulma siam dengan menimbang 50 gr pucuk daun gulma siam
2.
Dipotong kecil,
lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran ¼ kg
3.
Ditambahkan air
500 ml
4.
Diikat, lalu
diamkan selama 24 jam
5.
Diperas,
disaring ekstrak gulma siam
6.
Dimasukkan ke
dalam gelas beker 1000 ml
7.
Ditambahkan air
500 ml
8.
Diaduk, lalu
dimasukkan ke dalam sprayer
9.
Disemprotkan ke
2 titik pada daun yang terdapat uredospora jamur Hemileia vastatrix
10.
Diamati
III.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Pengamatan
Adapun hasil dari praktikum ini yaitu :
NO.
|
FOTO
|
KETERANGAN
|
1.
|
Sabtu, 9 Mei 2015
|
·
Bercak mengering
|
2.
|
|
·
Tidak terjadi perluasan bercak
|
3.
|
Senin, 11 Mei 2015
|
·
Bercak yang mengering meluas
|
4.
|
|
·
Tidak terjadi perluasan bercak
|
5.
|
Rabu 13 Mei 2015
|
·
Bercak yang mengering meluas
|
6.
|
|
·
Tidak terjadi perluasan bercak
|
3.2
Pembahasan
Gulma siam
atau Choromolaena odorata merupakan
tumbuhan yang banyak terdapat di daerah terbuka. Adanya efek biocidal dari
ekstrak C. odorata diduga karena peran dari satu atau beberapa
senyawa-senyawa yang terkandung dalam C. odorata. Oleh karena itu, C.
odorata dapat dijadikan sebagai bahan pestisida nabati. Dari isolasi
gulma ini berhasil ditemukan sejumlah alkohol, flavononas, flavonas, khalkones,
asam aromatik dan minyak esensial. Minyak esensial dari daun gulma ini diduga
dapat menimbulkan efek pestisidal dan nematisidal. Senyawa-senyawa tersebut
membantu C. odorata menghambat
pertumbuhan jamur patogen Hemileia vastatrix dengan cara antibiosis dan
lisis.
Tanaman ini
mengandung senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada
nematoda parasit (Radhopolus similis), dan beberapa jenis serangga
seperti rayap, Sitophilus zeamais, Prostephanus truncatus, Plutella
xylostella, Spodoptera litura, dan Spodoptera exigua (Haryati,
2004).
Dapat dilihat mekanisme kerja antibiosis
dari C. odorata terhadap jamur patogen penyebab penyakit Karat Daun Kopi, yaitu pada
bercak yang diamati terjadi perubahan menjadi kering. Selain itu, tidak terjadi
perluasan bercak. Hari Sabtu, 9 Mei 2015 didapatkan hasil pengamatan berupa bercak
menjadi kering di kedua bagian yang diamati. Hari Senin, 11 Mei 2015, kering
pada bercak meluas. Hari Rabu, 13 Mei 2015, bercak yang mengering semakin
meluas. Oleh karena itu, penyemprotan gulma siam dianggap berhasil karena
perkembangan jamur Hemileia vastatrix dapat ditekan.
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.
Penyemprotan
dengan gulma siam berhasil menekan perkembangan jamur Hemileia vastatrix.
2.
C. odorata menghambat
pertumbuhan Hemileia vastatrix dengan cara antibiosis dan lisis.
3.
Detergen
digunakan untuk menjaga ekstrak yang telah disemprotkan agar tidak ikut
menguap.
4.
Perbandingan
yang digunakan dalam pembuatan ekstrak dan suspense ialah 1:1.
5.
Senyawa yang
terdapat pada C. odorata ialah minyak
esensial, asam aromatik, dan alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, R. 2010.
Pestisida Nabati dan Pestisida Kimia pada Benih. Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Padjajaran. Sumedang.
Haryati. 2004. Pemanfaatan Ekstrak Gulma Siam Untuk
Mengendalikan S.
Exigua
Pada Pertanaman
Bawang merah di Kretek Bantul. Program
Kreativitas Mahasiswa.
UGM. Yogyakarta.
LAMPIRAN
0 comments:
Post a Comment