PENGENDALIAN
NABATI PENYAKIT TANAMAN
II.
PEMBUATAN EKSTRAK DAN SUSPENSI PESTISIDA NABATI UNTUK APLIKASI LAPANG
(Laporan Praktikum Pengendalian
Penyakit Tanaman)
Oleh
Alifia Rahma Andarini
1314121012
LABORATORIUM
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada
dasarnya semua tanaman yang dibudidaya tidak akan terhindarkan dari gangguan
hama dan penyakit. Hanya saja, intensitas kerusakan yang membedakannya. Hal
tersebut sangat merugikan kegiatan usahatani. Karena itu, perlu dilakukan
pengendalian. Pengendalian dengan pestisida indentik dengan zat kimia tetapi
terdapat pula pestisida berbahan alami.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal
dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Pestisida
nabati dapat dibuat dengan menggunakan teknologi yang sederhana yang dikerjakan
oleh kelompok tani atau petani perorangan. Pestisida nabati yang dibuat secara
sederhana hasilnya dapat berupa larutan hasil perasan, rendaman, ekstrak dan
rebusan dari bagian tanaman berupa akar, umbi, batang, daun, buah dan biji
(Rachmawati, 2009).
Oleh karena
itu, dilakukan praktikum mengenai pengendalian dengan pestisida nabati untuk membuktikan
bahwa pertumbuhan jamur Hemileia
vastatrix dapat dikendalikan atau tidak.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu :
1.
Mengetahui cara
pembuatan ekstrak dan suspensi pestisida nabati sebelum aplikasi di lapang
2.
Mengamati
keefektifan penggunaan pestisida nabati dalam pengendalian penyakit Karat Daun
Kopi
II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1
Alat
dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu sprayer, gelas beker, dan kantong plastik ukuran ¼ kg. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu 50 ml ekstrak gulma siam, 16 gr detergen, dan 500 ml
air.
2.2
Prosedur
Kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini yaitu :
1.
Dibuat ekstrak
gulma siam dengan menimbang 50 gr pucuk daun gulma siam
2.
Dipotong kecil,
lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran ¼ kg
3.
Ditambahkan air
500 ml
4.
Diikat, lalu
diamkan selama 24 jam
5.
Diperas,
disaring ekstrak gulma siam
6.
Dimasukkan ke
dalam gelas beker 1000 ml
7.
Ditambahkan air
500 ml
8.
Diaduk, lalu
dimasukkan ke dalam sprayer
9.
Disemprotkan ke
2 titik pada daun yang terdapat uredospora jamur Hemileia vastatrix
10.
Diamati dengan
selang waktu 3 hari
III.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Pengamatan
Adapun hasil dari praktikum ini yaitu :
NO.
|
FOTO
|
KETERANGAN
|
1.
|
Sabtu, 9 Mei 2015
|
·
Bercak mengering
·
Tidak terjadi perluasan bercak
|
2.
|
|
·
Bercak mengering
·
Tidak terjadi perluasan bercak
|
3.
|
Senin, 11 Mei 2015
|
·
Bercak yang mengering meluas
·
Tidak terjadi perluasan bercak
|
4.
|
|
·
Bercak yang mengering meluas
·
Tidak terjadi perluasan bercak
|
5.
|
Rabu 13 Mei 2015
|
·
Bercak yang mengering meluas
·
Tidak terjadi perluasan bercak
|
6.
|
|
·
Bercak yang mengering meluas
·
Tidak terjadi perluasan bercak
|
3.2
Pembahasan
Pestisida nabati adalah pestisida yang
bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun,
batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain
bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil
pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan
dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida (Thamrin, 2005).
Praktikum
pembuatan ekstrak dan suspensi pestisida nabati dilakukan untuk mengetahui
mekanisme penghambatan Chromolaena odorata terhadap
jamur Hemileia vastatrix. Hari ketiga setelah dilakukannya penyemprotan
yaitu hari Sabtu, 9 Mei 2015, bercak yang diamati pada bagian tengah mengering.
Bercak tersebut dimeluas. Pada kedua daun yang diamati, hasilnya sama. Hari
kelima yaitu Senin, 11 Mei 2015, bercak mengalami perluasan daerah yang mengering.
Tidak terjadi perluasan daerah bercak dikedua bagian yang diamati. Hari ketujuh
yaitu Rabu, 13 Mei 2015, bercak tidak mengalami perluasan. Tetapi, bercak yang
mengering mengalami perluasan. Penyemprotan dengan C. odorata menghambat
perkembangan jamur Hemileia vastatrix dengan mengeluarkan
senyawa-senyawa sehingga daun yang terkena bercak mengering.
Chromolaena. odorata adalah gulma
siam yang masuk ke dalam golongan tumbuhan terna pemanjat semusim yang dapat
tumbuh dua sampai tiga meter pada tempat terbuka dan dapat mencapai dua puluh
meter apabila tumbuh memanjat pada pohon. Gulma ini dinyatakan sebagai gulma
penting karena jumlahnya atau kelimpahannya sangat besar (Hidayah, 2007).
Tanaman ini
mengandung senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada
nematoda parasit (Radhopolus similis), dan beberapa jenis serangga
seperti rayap, Sitophilus zeamais, Prostephanus truncatus, Plutella
xylostella, Spodoptera litura, dan Spodoptera exigua (Haryati,
2004).
Pemanfaatan C.
odorata sebagai pestisida nabati telah dimulai pada beberapa hama antara
lain pada ordo Lepidoptera, Coleoptera, Hemiptera dan Isoptera. Variasi
aktivitasnya bisa berupa efek insektisidal atau repelen tergantung spesies
hamanya. Adanya efek biocidal dari ekstrak C. odorata diduga karena
peran dari satu atau beberapa senyawa-senyawa yang terkandung dalam C.
odorata. Dari isolasi gulma ini berhasil ditemukan sejumlah alkohol,
flavononas, flavonas, khalkones, asam aromatik dan minyak esensial. Minyak
esensial dari daun gulma ini diduga dapat menimbulkan efek pestisidal dan
nematisidal. Oleh karena itu mekanisme infeksi C. odorata adalah dengan antibiosis yaitu mengeluarkan
senyawa yang dapat mematikan hama dan patogen penyebab penyakit tanaman.
IV.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu :
1. Efek
dari penggunaan pestisida nabati tidak secepat pestisida sintetik untuk
menghambat pertumbuhan patogen.
2. Choromalaena odorata
memiliki mekanisme kerja antibiosis dalam proses infeksinya pada patogen.
3. Senyawa
yang terkandung dalam C. odorata adalah
alkohol, asam aromatik, dan minyak esensial.
4. Praktikum ini berhasil karena bercak mengering dan tidak meluas.
5. Efektifitas C. odorata bergantung kepada perbandingan berat
gulma siam dengan air untuk membuat ekstrak gulma siam.
DAFTAR PUSTAKA
Haryati. 2004. Pemanfaatan Ekstrak Gulma Siam Untuk
Mengendalikan S.
Exigua
Pada Pertanaman
Bawang merah di Kretek Bantul. Program
Kreativitas Mahasiswa.
UGM. Yogyakarta.
Hidayah, N.
2007. Prospek Gulma Siam (Chromolaena odorata) sebagai
Pengendali spodoptera litura pada
Tanaman Tembakau. Diunduh dari
http://UGM.ac.id
(15 Mei 2015).
Rachmawaty.
2009. Pemanfaatan Pestisida Nabati untuk Mengendalikan
Organisme Pengganggu Tanaman. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian.
Jawa Timur.
Thamrin. 2005. Potensi Ekstrak
Flora Lahan Rawa sebagai Pestisida Nabati.
Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Gadjah Mada University Perss.
Yogyakarta.
LAMPIRAN
0 comments:
Post a Comment