Saturday, April 15, 2017

3. HAMA-HAMA TANAMAN PANGAN




HAMA-HAMA TANAMAN PANGAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tumbuhan)







Oleh

Diana Novitasari
1314121045


















LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015



I           PENDAHULUAN

1.1              Latar  Belakang
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melanjutkan kehidupannya di muka bumi. Sebagai salah satu kebutuhan primer manusia disamping sandang dan papan, kebutuhan akan pangan menjadi penting untuk diperhatikan. Pada jaman dahulu manusia memenuhi kebutuhannya akan pangan dari berburu hewan dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menuntut diterapkannya teknik budidaya tanaman pangan yang tepat dan benar, karena dengan teknik budidaya yang tepat dan benar diharapkan hasil tanaman pangan akan meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat.
Tanaman pangan merupakan tanaman yang semusim, yang mempunyai jangka waktu panen antara 3 bulan  atau  lebih sesuai dengan jenis tanaman yang ditanami dan  memberikan nilai ekonomi yang baik bagi petani.  Tetapi tanaman pangan juga membawa dampak yang merugikan petani, karena jangka waktu menanam yang tidak serempak (Suwono, 2007).
Hama adalah suatu organisme yang merusak tanaman dan dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Dari berbagai filum di atas, yang paling banyak berperan sebagai hama adalah serangga. Serangga memiliki tiga bagian tubuh yang utama yaitu keoala (Caput), dada (Thorax), dan perut (Abdomen).
Hama Tanaman Pangan merupakan hama yang menyerang tanaman pangan baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga menimbulkan kerugian ekonomis bagi manusia.
Serangga merupakan hama yang paling banyak jenisnya dan paling banyak menyerang tanaman pertanian. Gejala serangan yang disebabkan hama tanaman pangan yaitu dapat merugikan secara eksernal maupum internal (Indriyani, 2009).
Oleh karena itu dilakukannya praktikum pengenalah hama-hama tanaman pangan agar mahasiswa lebih faham macam-macam hama tanaman pangan.

1.2              Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui macam-macam hama tanaman pangan
2.      Mengetahui bioekologi, perilaku menyerang dan pengendaliannya.



II.        METODELOGI PRAKTIKUM



2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah papan, alat tulis menulis, dan kertas hvs.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ulat grayak ( Spodoptera litura), walang sangit (Leptocorixa acuta),  wereng coklat (Nilavarvata lugens), kepik hijau (Nezara viridula L.), belalang kumbara (Lokusta migratoria), penggerek batang padi (Chilo suppressalis),keong emas (Pamocea canaliculata) , anjing tanah (Grillopalta sp).

2.2  Waktu dan Temapat

Pelaksanaan praktikum tentang Pengenalan Serangga Hama Tanaman Pangan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pada tanggal 25 Maret 2015, pada pukul 15.00 - 17.00 WIB.

2.3 Cara Kerja
1.      Mendengarkan yang disampaikan asisten mengenai jalannya praktikum dan mencatatnya.
2.      Mengamati spesimen yang telah disediakan
3.      Menggambar spesimen dan keterangan dari masing-masing spesimen.


3.2   
3.2  Pembahasan
 3.2.1 Hama Padi
Dalam praktikum kali ini dilakukan identifikasi hama penting tanaman pangan adalah ulat grayak ( Spodoptera litura), walang sangit (Leptocorixa acuta),  wereng coklat (Nilavarvata lugens), kepik hijau (Nezara viridula L.), belalang kumbara (Lokusta migratoria), penggerek batang padi (Chilo suppressalis),keong emas (Pamocea canaliculata) , anjing tanah (Grillopalta sp).
dengan cara mengamati hama kemudian digambar selanjutnya dicari klasifikasi ilmiah, siklus hidup, morfologi, gejala serangan dan pengendaliannya.

Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Klasifikasi
Ordo: Lepidoptera
Famili: Noctuidae
Genus: Spodoptera
Spesies: Spodoptera litura
Nama local: ulat grayak
Nama latin: Spodoptera litura

Bioekologi
Morfologi Pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam yang dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya. Telur diletakkan berkelompok 100 – 300 butir/kelompok. Kelompok telur biasanya berbentuk oval dan ditutupi rambut-rambut (sisik) berwarna cokelat. Larva terdiri-dari 6 instar. Imago berwarna cokelat dan aktif pada malam hari. Siklus hidup: lebih kurang 4 – 5 minggu, Telur: 3 – 6 hari, Larva: 15 – 21 hari, Pupa: lebih kurang 12 hari.
Ekologi: Pada siang hari, ulat bersembunyi dalam tanah, sedangkan pada malam hari menyerang tanaman. Hama ini suka bersembunyi di tempat yang lembab.
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini adalah daun tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda rusak, atau seluruh tanaman rusak. Gejala yang nampak tergantung pada jenis tanaman yang diserang dan intensitas serangan larva muda serta larva dewasa.
Pengendalian:
Mekanis: telur yang ada diambil bersama dengan daun tempat menempelnya
Pengendalian secara biologis menggunakan musuh alami berupa Bacillus thuringiensis. Sedangkan pengendalian dengan bahan kimia mengguanakan insektisida dan sanitasi merupakan cara PHT yang dapat diambil dalam mengendalikan ulat garayak.

Walang Sangit (Leptocorixa acuta)
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Phylum
            : Arthropoda
Kelas
              : Insecta
Ordo
               : Hemiptera
Famili
              : Alydidae
Genus
              : Leptocorisa
Spesies
            : Leptocorisa acuta
Author             :Thunberg
Bioekologi
Pada pengamatan selanjutnya yaitu Walang Sangit (Leptocorixa acuta) yang termasuk Ordo Hemiptera. Serangga ini memiliki ciri-ciri morfologi yang meliputi mata, caput, thorax, abdomen, sayap dan rostum (moncong). Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kedua jenis serangga ini adalah buah padi yang hilang isi buahnya karena dihisap/dimakan.
 Umumnya Ordo Hemiptera memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.

Gejala Serangan
Serangga betina menghasilkan 100-200 telur, yang diletakkan pada daun bendera padi. Nimfanya berwarna hijau, yang berangsur-angsur menjadi coklat, dan mengalami ganti kulit 5 kali. Stadia nimfa terjadi selama 17-27 hari. Pada kondisi yang cocok, imago dapat hidup hingga 115 hari. Nimfa dan imago menyerang buah padi yang matang susu dengan cara menghisap cairan buah, sehingga buah menjadi hampa. Pada bekas tusukannya, timbul suatu bercak-bercak putih yang disebabkan cendawan Helminthosporium.




Pengendalian
Cara mengendalikannya adalah dengan penanaman secara serentak, sanitasi pada tanaman yang diserang, atau dengan penyemprotan insektisida menurut dosis anjuran (Rioardi, 2009).

Salah satu pengendalian berdasarkan perilaku walang sangit sangat tertarik pada bau-bauan  yang dikandung tanaman  Lycopodium sp dan Cerapodium sp. Walang sangit juga tertarik dengan bau busuk bangkai terutama bau busuk pada bangkai kepiting dan siput. Ketertarikan ini dapat digunakan sebagai dasar tindakan pengendalian walang sangit. Dibuatlah suatu alat perangkap khusus terbuat dari botol plastik dan didalamnya diberi bangkai kepiting/siput yang diikat menggantung dan dibawahnya diberi larutan sabun. Selanjutnya digantung di tiang bambu dengan jarak 3-5m. Dengan cara ini diharapkan walang sangit akan tertarik pada bau busuk dari bangkai tersebut dan selanjutnya masuk kedalam botol. Saat sudah terperangkap walang sangit tidak dapat keluar dan akan mati didalam botol.pengendalai cara ini cukup efektif , murah dan efisien (Devisi Pengembangan Produksi Pertanian,1973).

Wereng Cokelat (Nillaparvata lugens)

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan          : Animalia
Filum               :
Arthropoda
Upafilum         :
Hexapoda
Kelas               :
Insecta
Ordo                :
Hemiptera
Famili              :
Delphacidae
Genus              :
Nilaparvata
Spesies            : N. lugens

Bioekologi
Masa prapenelurannya 3-4 hari untuk brakiptela (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang) .Telur biasanya diletakan pada jaringan pangkal pelepah daun.Tetapi, kalau populasinya tinggi, telur diletakan di ujung pelepah daun dan tulang daun.Telur diletakan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir.Bentuk telur wereng coklat lonjong agak melengkung berdiameter 0,067-0,133 milimeter dengan panjangnya antara 0.830-1,000 milimeter.Dalam waktu sekitar 9 hari telur telah mulai menetas.Satu wereng betina tidak meletakan telur hanya pada satu rumpun padi, tetapi dari beberapa rumpun dan berpindah-pindah.Larva/nimfa, Telur wereng cokelat menetas menjadi nimfa.Metamorfosanya sederhana atau bertingkat disebut heterometabola.Serangga muda mirip induknya. Makanannyapun sama dengan serangga induknya. Nimfa mengalami lima instar dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan stadium nimfa beragam, tergantung dari bentuk dari bentuk dewasa yang muncul. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa bentuk pertama adalah makroptera (bersayap kerdil) yaitu wereng cokelat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang secara normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng cokelat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang yang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimental. wereng cokelat mulai bersayap dalam umur sekitar 13 hari. Umumnya wereng brakiptera bertubuh lebih besar, mempunyai tungkai dan peletak telur lebih panjang.Wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Beberapa dari jenis wereng ini dapat berperan sebagai vector penyebaran penyakit diantaranya penyakit tungro dan kerdil rumput.

Gejala serangan
Terjadi perubahan warna pada daun dan batang tanaman padi yang menjadi kecoklatan.Serangan awal tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.tanaman yang telah terserang pada umumnya tidak dapat tumbuh dengan sempurna serta tanaman tersebut tidak dapat menghasilkan bulir padi.Pada serangan yang parang petani dapat pemperoleh kerugian hingga 90% artinya petani gagal panen karena tidak adanya bulir padi yang dihasilkan.

Pengendalian
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara bertanam padi serempak, selain itu perlu dilakukan rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama tersebut, langkah awal yang dapat diterapkan yakni menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; kemudian dilakukan penyemprotan BVR


Kepik Hijau (Nezara viridula)

Klasifikasi kepik hijau (Nezara viridula)
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula

Bioekologi
Pada pengamatan selanjutnya yaitu Kepik Hijau (Nezara viridula) yang termasuk Ordo Hemiptera. Serangga ini memiliki ciri-ciri morfologi yang hampir sama dengan  Walang Sangit (Leptocorixa acuta) meliputi mata, caput, thorax, abdomen, sayap dan rostum (moncong). Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kedua jenis serangga ini adalah buah padi yang hilang isi buahnya karena dihisap/dimakan.

Umumnya Ordo Hemiptera memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.
Gejala serangan
 Gejala serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi mengempis, polong gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman terhadap serangan penghisap polong ini adalah pada stadia pengisian biji. Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara mengisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk(Rioardi, 2009).

Pengendalian
Pengendalian: Menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam(Pracaya. 2002).


Penggerek Padi (Scirpophaga sp/Chillo suppressalis )

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan          : Animalia
Filum               :
Arthropoda
Upafilum         :
Hexapoda
Kelas               :
Insecta
Ordo                :
Lepidoptera
Superfamili      :
Pyraloidea
Famili              :
Crambidae
Upafamili        :
Schoenobiinae
Genus              :
Scirpophaga

Morfologi dan siklus hidup
Ngengat betina mampu bertelur 100-600 butir.  Semua ngengat penggerek padi meletakkan telurnya secara berkelompok dengan jumlah telur 50-150 butir per kelompok. Larva keluar  dari samping atau atas kelompok telur menembus lapisan rambut penutup juga dapat keluar dari bawah kelompok telur tersebut dengan membuat 2-3 lubang untuk menembus daun. Pupa penggerek Scirpophaga terbungkus oleh kokon berwarna putih dalam ruas batang terbawah dekat bakal lubang keluar, sedangkan pupa penggerek Chilo dan sesamia tidak terbungkus dalam kokon.  Pupa Chilo dan Scirpophaga umumnya terdapat dalam pangkal batang beberapa cm di atas permukaan tanah/air, sedang pupa sesamia terdapat diantara pelepah dan batang.

Gejala serangan
Hama ini menyerang bagian batang padi yang menyebabkan padi menjadi kuning dan tumbuh abnormal.

Pengendalian
Penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen.  Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati.Apabila diperlukan sebagai alternatif pada fase vegetatif penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat ditemukan kelompok telur rata-rata >1 kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan rata-rata > 5%.Bila tingkat parasitisasi kelompok telur pada fase awal vegetatif >50% tidak perlu aplikasi insektisida.Pemanfaatan musuh alami baik parasitoid, predator, maupun patogen.


Keong Emas (Pamocea canaliculata)

Klasifilasi
Klasifikasi Keong mas menurut Cowie (2006) adalah sebagai berikut.
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Mollusca 
Classis             :Gastropoda 
Subclass          : Prosobranchia 
Ordo               : Megagastropoda 
Familia            : Ampullariidae 
Genus              : Pomacea 
Speies            : P. canaliculata, Pomacea diffusa, Pomacea paludosa,
Pomacea haustrum
and Pomacea insularum.

Bioekologi
Keong emas mempunyai bentuk cangkang yang bulat dan melingkar. Cangkangnya tidak mengerucut berdiameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm, dan berat 4,2-15,8 g. Cangkangnya berwarna cokelat keemasan dengan tubuh lunak berwarna putih krem hingga coklat keemasan. Cangkang memiliki bagian suture yang membentuk sudut 90° di ujung akhirannya. Whorl dihubungkan dengan suture yang sangat dalam dan bagian ujung konde cangkang yang tumpul. Bagian perut juga akan terjulur dari cangkang yang digunakan sebagai alat gerak yang dikenal sebagai kaki perut (gastropoda). Bagian anterior tubuh terdapat mulut, tampak juga sepasang tentakel kepala dan tentakel mulut.  Sepasang mata terlihat dibelakang tentakel yang dihubungkan dengan sistem syaraf . Saluran pencernaan dengan bentuk mengikuti alur lingkaran cangkang, mulut berhubungan langsung dengan esofagus menuju intestinum dan berakhir pada kelenjar digestoria. Sistem ekskresi berupa ginjal yang terbagi menjadi dua yaitu anterior dan posterior. Jantung terletak di bagian anterior jantung ginjal posterior, sedang sisi anteriornya terdapat palium (Pulmo) dan ctenidium (branchia) bagian dari sistem respirasinya. Keong mas  (Pomacea canaliculata) mengeluarkan  telur  dengan warna merah jambu ini diketahui sebagai jenis yang berpotensi menjadi hama. Keong mas terdiri dari jantan dan betina, sulit untuk dibedakan antara jantan dan betina. Menurut para ahli umumnya keong jantan lebih kecil dari betina. Penutup tubuh pada betina letaknya kedalam (cekung) dari lubang, dibandingkan dengan penutup tubuh jantan yang melengkung keluar.

Gejala
Biasanya menyerang pada tanaman padi yang masih muda berumur 10 -20 hari, proses penyerangannya lebih banyak beraktivitas malam hari, meninggalkan bekas serangan berupa lendir dan tanaman yang dilewati akan rusak.

Pengendalian
• Secara mekanis
Pungut keong dan hancurkan. Telur keong mas dihancurkan dengan kayu/bambu. Selain itu bila padi ditanam dengan sebar langsung, selama 21 hari setelah sebar, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian. Selain itu perlu dibuat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah sebelum tanam, baik di musim hujan maupun kemarau. Ini dimaksudkan agar pada saat dilakukan pengeringan, keong mas akan menuju caren sehingga memudahkan pengambilan keong mas dan sebagai salah satu cara pengendaliannya
• Secara fisik
Gunakan saringan berukuran 5 mm mesh yang dipasang pada tempat air masuk di pematang untuk meminimalkan masuknya keong mas ke sawah dan memudahkan pemungutan dengan tangan.
• Secara biologis
Pemberian tanaman tingkat rendah seperti lumu dan tidak terlalu banyak memberikan air.
• Secara kimiawi
Bila diperlukan gunakan pestisida yang berbahan aktif niclos amida dan pestisida botani seperti lerak, deris, dan saponin. Aplikasi pestisida dilakukan di sawah yang tergenang, di caren, atau di cekungan-cekungan yang ada airnya tempat keong mas berkumpul. Telur keong mas berwarna merah muda.

Belalang Kumbara (Lokusta migratoria)
Bioekologi
Belalang kembara termasuk dalam keluarga Acrididae dan marga Locusta dan mengalami tiga stadia pertumbuhan yaitu stadia telur, serangga muda (nimfa) dan serangga dewasa (imago).  Ketiga fase perkembangan belalang kembara itu disebut metamorphose sederhana.
Daur hidup belalang kembara rata-rata 76 hari.  Stadia telur rata-rata 17 hari dan stadia nimfa 38 hari dimana instar pertama selama 7 hari, instar kedua 6,5 hari, instar ketiga 6,5 hari, instar keemapt 7,5 hari dan instar terakhir selama 10,5 hari.  Masa serangga dewasa hingga siap kawin 11 hari dan masa sejak kawin hingga bertelur yang pertama 10 hari atau masa pra bertelur 21 hari.  Masa aktif bertelur sejak meletakkan telur pertama sampai mati rata-rata selama 63 hari.  Umur belalang betina dan jantan dewasa sampai mati rata-rata 60 hari sampai 92 hari.  Waktu antara peletakkan telur sampai peletakkan telur pertama oleh keturunan berikutnya berkisar antara 70 sampai 110 hari dengan lama hidup belalang dewasa mencapai 160 hari.                

Anjing tanah (Gryllotalpa sp)

Ordo                : Orthoptera
Famili              : Gryllotalpidae
Spesies             : Gryllotalpidae

Bioekologi
Anjing tanah adalah serangga berukuran sedang, berwarna coklat terang hingga gelap, memiliki kulit pelindung yang tebal yang hidup di dalam tanah, dengan sepasang tungkai depan termodifikasi berbentuk cangkul untuk menggali tanah dan berenang. Orang Jawa menyebutnya orong-orong, di tanahSunda disebut gaang, sementara dalam bahasa Toba disebut singke. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mole cricket, atau "jangkrik tikus mondok". Semua anggotanya termasuk dalam keluarga Gryllotalpidae. Serangga yang kadang-kadang ditemukan berlari cepat di sudut pekarangan ini dapat pula terbang hingga sejauh 8 km dalam musim kawin. Hewan muda memiliki sayapyang pendek. Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan pada musim dingin melakukan hibernasi. Pada musim kawin hewan ini dapat menghasilkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi), namun dengan suara yang jauh berbeda. Suaranya bersifat monoton, tanpa jeda, dan amat mengganggu pendengaran. Bila lubang persembunyiannya didekati, ia akan berhenti bersuara namun akan memulai lagi begitu merasa gangguan berlalu.
Anjing tanah memakan segala, meskipun pada dasarnya ia adalah karnivora. Menunya adalah larva-larva serangga lain atau cacing. Bila kekurangan makanan ia akan memakan akar dan rumput-rumputan. Akibat tindakan yang terakhir ini anjing tanah kadang-kadang digolongkan sebagai hama tanaman. Pemangsanya bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, segung, hingga rubah.
Daur hidup anjing tanah: Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari mencari makan. Habitat yang disukai adalah ladang yang kering, pekarangan, serta lapangan rumput. Hewan ini dapat ditemukan di semua tempat, kecuali daerah dekat kutub bumi.Perannya dalam kehidupan manusia tidak terlalu penting. Hewan ini kadang-kadang digolongkan sebagai hama karena perilakunya merusak perakaran atau juga memakannya. Di Asia Timur hewan ini kadang-kadang digoreng dan disantap. Pemelihara burung juga menjadikan orong-orong sebagai bagian pakan hidup. Sekresi yang dihasilkan orong-orong di Cina menjadi bahan pengobatan, dan sekarang mulai diteliti khasiatnya secara farmasi.
Anjing tanah di beberapa tempat berstatus terancam punah karena peralihan habitat dan erosi tanah. Pembasmian akibat dianggap hama juga mengganggu kehidupannya.
Selain sepasang tungkai depannya yang besar dan bergerigi, anjing tanah mempunyai bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang keras. Hewan ini juga memiliki sepasang sayap kecil. Warna tubuhnya mulai dari kecoklatan hingga hitam dengan panjang tubuh berkisar antara 27-35 mm. Sekilas tampang serangga ini memang menakutkan dan primitif. Tidak menherankan, karena diperkirakan anjing tanah (mole cricket) telah ada sejak 35 juta tahun silam.
Orong-orong atau anjing tanah merupakan hewan nokturnal yang beraktifitas di malam hari. Hewan ini juga mampu mengeluarkan suara melalui organ stridulasi seperti jangkrik, meskipun suaranya terdengan lebih monoton ketimbang jangkrik. Anjing tanah mengeluarkan suaranya dari dalam lubang persembunyian atau rumah yang berupa terowongan di dalam tanah. Anjing Tanah.
Morfologi/Bioekologi :Orong – orong tinggal dibawah permukaan tanah. Imago menyerupai jengkrik, panjang kira – kira 3 cm, dan berwarna merah tua. Mempunyai sepasang kaki depan yang kuat untuk melindungi diri, dan terbang pada malam  hari. Telur berwarna putih kekuning – kuningan, diletakkan pada sel – sel keras yang dibuat dari tanah. Didalam satu sel terdapat 30 – 50 butir telur. Nimfa seperti serangga dewasa, tetapi ukurannya lebih kecil. Sifatnya sangat polifag, mamakan akar, umbi, tanaman muda dan serangga kecil seperti kutu daun. Lamanya daur hidup 3 – 4 bulan.
Gejala
Hama ini umumnya banyak dijumpai menyerang tanaman bawang pada fase penanaman ke dua atau sekitar umur tanaman kira – kira 1 – 2 minggu setelah tanam. Serangan ditandai dengan layunya tanaman, karena akar tanaman rusak, bahkan pada umbi kadang terdapat lubang dengan bentuk yang tidak beraturan.

Pengendalian 
Kultur Teknis Penggunaan pupuk kandang yang matang dapat mengurangi serangan Gryllotalpa sp. Menjaga kebersihan kebun (sanitasi) dapat mengurangi serangan Gryllotalpa sp.Fisik/MekanikPemasangan umpan beracun yang terdiri dari 10 kg dedak dicampur dengan 100 ml insektisida yang dianjurkan kemudian campuran tersebut diaduk secara merata dan disebar diatas bedengan pertanaman pada senja hari. BiologiPemanfaatan musuh alami seperti predator Chlaenius, Labidura riparia, parasitoid Neothrombium gryllotalpae , dan pathogen serangga Beauveria bassiana, Paecilomyces sp.

Binatang yang sering ditemukan di pemukiman ini ternyata mempunyai kemampuan terbang yang jauh. Orong-orong mampu terbang sejauh 8 km ketika sedang berusaha mencari pasangan kawin. Anjing tanah merupakan binatang karnivora yang memakan larva-larva serangga lain dan cacing tanah. Namun sering kali orong-orong juga memakan akar, tunas-tunas tanaman, dan rerumputan. Pemangsa alami orong-orong bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, sigung, hingga rubah(Jumar. 2007).

Tikus (Rattus argentiventer)

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mammalia
Ordo                : Rodentia
Genus              : Ratus
Spesies            : Rattus argentiventer Rob dan Kloss  

Bioekologi
Tikus sawah atau Rattus argentiventer Rob dan Kloss  merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mamalia, yang mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dibandingkan jenis hama utama padi lainnya. Tikus sawah dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi mulai dari saat pesemaian padi hingga padi siap dipanen, dan bahkan menyerang padi di dalam gudang penyimpanan. Secara umum tikus betina memasuki umur dewasa seksual pada usia 3 bulan dan dapat beranak 4 kali dalam setahun. Masa kehamilannya hanya sekitar 21 hari, dengan rata-rata kelahiran anak sebanyak 6 ekor ( 2 s/d 18 ekor). Sehingga secara teoretis, sepasang tikus dewasa secara seksual dapat melahirkan anak rata-rata 6 ekor/kelahiran (3 jantan dan 3 betina) maka pada bulan ke 13 akan menghasilkan sejumlah 2046 tikus

Gejala
Tikus dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai agroekosistem, baik lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan/lahan kering, maupun lahan sawah rawa pasang surut. Tikus sawah tergolong binatang pemakan dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan (omnivora), sehingga juga berperan sebagai hama pada tanaman hortikultura, perkebunan dan hama gudang. Tikus sawah juga diketahui sebagai vektor penyebab penyakit berbahaya pada manusia dan binatang ternak. Tikus juga dapat bereaksi dan bertingkah laku seperti manusia, jika dia memakan suatu jenis makananan yang ditemukannya dan setelah itu menimbulkan sakit perut perut maka tikus akan jera dan tidak akan mau makan lagi.

Pengendalian
Beberapa faktor penyebab kurang berhasilnya pengendalian tikus oleh petani antara lain:
1.      Monitoring terhadap keberadaan hama tikus oleh petani masih kurang, sehingga sering terjadi keterlambatan dalam mengantisipasi pengendalian,
2.      Pemahaman petani terhadap berbagai aspek sifat-sifat biologis hama tikus dan teknologi pengendaliannya masih lemah,
3.       Kegiatan pengendalian belum terorganisir dengan baik (masih sendiri-sendiri), dan tidak berkelanjutan,
4.       Ketersediaan sarana pengendalian masih terbatas dan
5.       Masih banyak petani yang mempunyai persepsi “mistis” terhadap tikus yang dapat menghambat pelaksanaan pengendalian.

3.2.2 Hama Jagung

Penggerek Tongkol (Helicoperva armigera Hbn)

Klasifikasi
Nama umum    : penggerek tongkol jagung
Nama ilmiah    : Heliothis armigera
Ordo                : Lepidoptera
Famili              : Noctuidae

Bioekologi
Berdasarkan morfologi larva, serangga ini dibagi atas 4 species yakni H. armigera, H. punctigera, H. rubrescens dan H. assulta (Kirkpatrick, 1961), sedangkan berdasarkan larva dan bentuk sklerit bagian dorsal ruas abdomen I, Stanley (1978) mengelompokkannya menjadi 2 species yakni H. armigera dan H. punctigera. Mitter et.al (1993) membagi atas 4 kelompok besar berdasarkan analisis filogenetik dan morfologinya.
Telur. Menururt Jayaraj (1981), telur serangga bentuknya hampir bulat dengan bentuk datar pada bahagian bawahnya berwarna bening dan berubah menjadi kuning-keputihan lalu menjadi coklat gelap sebelum menetas. Ukuran telur bervariasi antara 0.4-0.55 mm. Telur diletakkan pada malam hari tepatnya akhir malam dan umumnya sesudah pukul 21.00 tengah malam. Pada beberapa tanaman, telur diletakkan satu per satu pada bahagian bawah daun sepanjang tulang daun dan terkadang pula ditemukan pada bunga dan antara bunga dengan calyxnya. Lama stadia telur bergantung pada kondisi suhu, pada suhu 18  - 28  0C telur H. armigera dapat menetas dalam kurun waktu 10-18 hari setelah peletakan telur, akan tetapi bila suhu rata-rata mencapai 27 0C, penetasan dapat berlangsung lebih cepat yakni antara 3-4 hari setelah peletakan telur (Setiawati, 1991; Elena, 1988). Serangga ini meletakkan telur terlebih dahulu melakukan orientasi yang mencakup pencarian inang, penemuan inang, hinggap, mengevaluasi permukaan tempat bertelur dan penerimaan inang. Dalam masa orientasi, serangga ditutun oleh adanya sinyal kimiawi volatile dari tanaman yang bersifat menarik serangga untuk hinggap (atractant) (Renwick dan Chew, 1994). Senyawa tersebut menurut Liu et.al (1988) adalah dari jenis 4-hexen-1-ol acetat, 2-2-dimethyl hexanol, dan 2-hexenal. Selain itu, tekstur permukaan juga dapat menjadi pilihan serangga dalam proses peletakan telur. Pada  H. armigera dan H. punctigera tekstur permukaan yang kasar dan berambut sangat disukai karena serangga dewasa dapat berpijak dengan baik dan telur tidak mudah lepas (Cullen, 1969; Hassan, 1985).
Larva. Umumnya terdapat 6 instar larva, akan tetapi pada kondisi musim dingin ketika perkembangan larva menjadi panjang, stadia larva dapat mencapai 7 instar bahkan pernah ditemukan di Rhodesia Selatan (Pearson dan darling,1958; dalam Jayaraj, 1981). Larva yang baru menetas berwarna kekuning-kuningan dengan garis longitudinal berwarna kuning orange. Kepala, torak, anal dan kaki berwarna coklat. Larva yang tumbuh sempurna berukuran panjang 35-44 mm dengan warna body secara menyeluruh nampak hijau pucat dengan garis patah pada sisi bodynya dan membujur lurus pada bahagian atas (Jayaraj, 1981). Perkembangan stadia larva tergantung pada indeks pertumbuhan tanaman inang. Pada tanaman kapas dan tomat perkembangannya lebih cepat dibanding tanaman lain. Pada tanaman kapas dan jagung, larva dapat mencapai 6 instar dengan stadia perkembangan 25,1 hari, sedang pada kacang buncis segar tercatat hanya 5 instar (Elna, 1988; Setawati, 1991; Sing dan Rembold, 1988). Temperatur sangat berpengaruh terhadap lama perkembangan dari larva. Di California bervariasi antara 21-40 hari, di Ohio 18-51 hari, dan di Punjab (India) 8-12 hari pada inang yang sama (Wilcox et.al, 1956; Sing dan Sing, 1975; dalam  Jayaraj, 1981), sedangkan di lembah pada suhu 18 0 - 26 0 C, lama perkembangan berkisar antara 52-82 hari (Setiawati, 1991).
Pupa. Panjang pupa adalah antara 14-18 mm, pupa berwarna kekuning-kuningan, kemudian akan berubah menjadi kuning-kecoklatan dan berwarna coklat menjelang pupa akan berubah menjadi serangga dewasa. Pupa yang jantan secara morfologis berbeda dari yang betina, yakni ditandai dengan adanya celah segitiga pada ruas abdomen terakhir (untuk pupa betina) dan adanya celah membulat pada yang jantan. Stadia larva bervariasi antara 15 - 21 hari (Setiawati, 1995).
Imago. Serangga yang dewasa mempunyai kebiasaan meletakkan telur pada malam hari yang diletakkan pada jambul dari tongkol tanaman jagung. Stadia umur keluarnya rambut tongkol berpengaruh terhadap preferensi peletakan dan yang paling disukai adalah rambut tongkol yang berumur 5 hari. Sifat fisik tanaman seperti warna rambut tongkol tidak significant berpengaruh terhadap preferensi serangga dalam meletakkan telur, akan tetapi yang paling dominan adalah adanya senyawa volatile tanaman yang sifatnya menarik serangga dewasa untuk hinggap (Kamandalu, et.al.,1997); Renwick dan Chew, 1994; Liu et.al.,1988). Kemampuan serangga dewasa dalam meletakkan telur tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsinya, sedangkan Nonci et.al (1997) mengemukakan bahwa kemampuan serangga dewasa meletakkan telur tergantung kondisi stadia tanaman. Bedjo (1990) mencatat produksi telur seekor serangga dapat mencapai 100-114 butir pada makanan buatan lebih tinggi dari makanan alami, sedangkan Nonci et.al (1997) mencatat produksi telur yang ditemukan pada fase generatif lebih tinggi dari fase vegetatif tanaman dan yang tertinggi ditemukan pada 6, 7 dan 8 minggu setelah tanaman yakni pada pertanaman I, II dan III.

Pengendalian
Pengendalian hama penggerek tongkol ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan :
1.      Parasitoid, seperti Trichogramma spp. yang merupakan parasitoid telur, dan Eriborus argentiopilosa parasit pada larva muda, atau dengan menggunakan lalat tabuhan,
2.      Menggunakan jamur patogen/cendawan, seperti Metarhizium anisopliae menginfeksi larva,
3.      Pencegahan dengan tanaman resisten atau disuntik dengan gen Bt (Bacillus thuringensis),
4.      Virus, Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV),
5.      Kultur teknis, pengolahan tanah secara sempurna akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
6.      Kimiawi, untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.

Penggerek batang (Ostinia furnacalis)

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Fylum              :Arthropoda
Kelas               :Insecta
Ordo                : lepidoptera
Family             : pyralidae
Genus              : Ostrinia
Spesies            :Ostrinia furnacalis
Tipemulut        : Penggigit Pengunyah (mandibulata)
Metemorfosis  : Holometabola (sempurna)
Bioekologi
Penggerek batang, Ostrinia furnacalis Guenee, merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung sehingga keberadaannya perlu diwaspadai.
Kehilangan hasil akibat hama tersebut mencapai 20-80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh padat populasi larva O. furnacalis serta umur tanaman saat terserang.

Telur
 O. Furnacalis diletakkan secara berkelompok pada bagian bawah daun, bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Periode telur berlangsung 3-4 hari.

Larva terdiri atas lima instar, setiap instar lamanya 3-7 hari. Stadium pupa berlangsung 7-9 hari. Lama hidup ngengat adalah 2-7 hari sehingga siklus hidup dari telur hingga ngengat adalah 27-46 hari dengan rata-rata 37,50 hari.

Pengendalian
Musuh alami O. furnacalis yang ditemukan di Sulawesi Selatan, seperti di Maros, Barru, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai adalah parasitoid telur Trichogramma evanescens dan parasitoid larva dari ordo/famili Hymenoptera/ Ichneumonidae (1 spesies), Hymenoptera/Braconidae (1 spesies), dan Diptera/Tachinidae (1 spesies). Persentase telur O. furnacalis yang terparasit dalam satu kelompok berkisar antara 71,56-89,80%. Larva O. furnacalis yang terparasit Ichneumonidae, Braconidae, dan Tachinidae berkisar antara 1-6%. Parasitoid telur lebih efektif menekan populasi O. Furnacalis dibanding parasitoid larva. Jenis-jenis predator telur dan larva O. furnacalis adalah Cocopet (Proreus sp., Euborellia sp.) dan laba-laba (Lycosa sp., Chrysopa sp., dan Orius tristicolor), sedangkan patogen yang efektif menekan populasi O. furnacalis adalah Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana. Keefektifan kedua jenis cendawan tersebut bergantung pada konsentrasi konidia dan stadium perkembangan larva O. furnacalis; makin muda stadium larva makin tinggi tingkat mortalitasnya
.

3.2.3 Hama Kedelai

Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Divisio             : Arthropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Lepidoptera
Famili              : Noctuidae
Genus              : Spodoptera
Spesies            : Spodoptera litura

Bioekologi
Spodoptera adalah ngengat yang termasuk dalam suku Noctuidae. Larvanya (ulatnya) dikenal sebagai hama yang sangat merusak. Ulat yang tidak berbulu oleh awam biasa disebut ulat tentara atau ulat grayak.

Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman cabai. Ulat grayak (Spodoptera litura) menyerang tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang hari berada di dalam tanah. Pada umumnya, ulat grayak menyerang satu tanaman secara bersama-sama sampai seluruh daun tanaman tersebut habis, baru kemudian ke tanaman lain. Ulat ini berumur 20 hari selama hidupnya menyerang tanaman.

      Biologi (Ciri-ciri Karakteristik) Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Serangga dewasa jenis Spodoptera litura, memiliki ukuran panjang badan 20 - 25 mm, berumur 5 - 10 hari dan untuk seekor serangga betina jenis ini dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompok-kelompok 300 butir. Serangga ini sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi. 

Larva Spodoptera litura memiliki jumlah instar 5 dengan ukuran instar 1 panjang 1,0 mm dan instar 5 panjang 40 - 50 mm berwarna coklat sampai coklat kehitaman dengan bercak-bercak kuning dan berumur 20 - 26 hari. Sepanjang badan pada kedua sisinya masing-masing terdapat 2 garis coklat muda.

Ciri khas ulat grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam  dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Sedangkan ulat dewasa berwarna abu-abu gelap atau cokelat. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 hari hingga 61 hari. Stadium yang membahayakan dari hama Spodoptera litura adalah larva (ulat) karena menyerang secara bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar untuk menunjang metamorfosisnya. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabai.

Gejala
Hama ulat grayak menyerang daun dan buah cabai. Serangannya ditandai dengan daun-daun yang terlihat berwarna agak putih, karena yang tertinggal hanya selaput daun bagian atas. Bagian daging daun sebelah bawah telah dimakan oleh ulat ini. Pada awal serangan daun terlihat berlubang-lubang, lama kelamaan hanya tertinggal tulang-tulang daun. Hama ini menyerang bagian daun tanaman cabai secara bergerombol. Daun yang terserang berlubang dan meranggas. Pada serangan parah, biasanya terjadi saat musim kemarau, menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat. Serangan ulat yang masih kecil mengakibatkan bagian daun tanaman cabai yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang daunnya saja. Ulat yang besar memakan tulang daun. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman menjadi gundul.

Ulat grayak disebut juga dengan nama ulat tentara. Seperti halnya jenis hama ulat lain, hama ini menyerang tanaman cabai pada malam hari, sedang siang harinya beresembunyi di balik mulsa atau di dalam tanah. Hama ini bersifat polifag (mempunyai kisaran inang yang cukup luas). Jika daun suatu tanaman rusak, maka tanaman tidak dapat fotosintesis dan tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman tersebut. 

  Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan carsebagaiberikut.
a.       Pengendalian dilakukan secara mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya kemudian langsung membunuhnya. Dapat pula dilakukan dengan pemangkasan daun yang telah menjadi sarang telur ngengat dan membakarnya
b.      Pengendalian dilakukan secara biologis, yaitu dengan cara menyemprotkan Bacillus thuringienis atau Borrelinavirus litura
c.       Pengendalian dilakukan secara kultur teknis , yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyia hama, serta melakukan rotasi tanaman.
d.      Pengendalian dilakukan secara kimiawi, yakni sebagai berikut.
1.      Pemasangan sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Sex pheromone merupakan aroma yag dikeluarkan oleh serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan seksual (birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghmapiri dan melakukan perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Sex phermne ini berasal dari Taiwan yang di Indonesia diberi nama “Ugratas” (Ulat Grayak Beratas Tuntas) berwarna “merah”. Sex pheromone ini sangat efektif untuk dijadikan perangkap kupu-kuu dewasa dari ulat grayak (S. litura). Cara pemaagan Ugratas merh in adalah dimasukkan ke dalam botol bekas Aqua volume 500 cc yang diberi lubang kecil untuk tempat masuknya kupu-kupu janta. Satu hektar kebun cabai cukup dipasang 5 buah hingga 10 buh Ugratas merah dengan cara digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman cabai. Daya tahan (efektivitas) Ugratas ini ±tiga minggu dan tiap malam bekerja efektif sebagai perangkap ngengat jantan. Keuntungan penggunaa Ugratas ini, antara lain, adalah aman bagi manusia dan ternak, tidak berdampak negatif tehadap lingkungan, dapa meekan penggunaan insektisida tidak menimbulkan kekebalan hama, dan dapat memperlambat perkembangan hama tersebut.
2.      Penyemprotan insektisisda yang mangkus dan sangkil seperti Hostathion 40EC 2 cc/lt atau Orthene 75 SP 1 gr/lt. dapat pula dengan menggunakan pestisida yang lain, misalnya Azodrin, Curracron 500 EC, Exalux 25 EC, dan lain-lain
3.      Pembuatan perangkap ulat grayak, yaitu dengan cara pembuatan parit sepanjang sisi kebun dengan lebar 60 cm dan dalam 45 cm. Ulat grayak yang masuk ke dalam parit dimatikan dengan menggulung kayu bulat yang digerakkan maju mundur di atas ulat grayak. Cara lain adalah paritnya diisi dengan jerami atau bahan lainnya yang mudah terbakar, lalu dibakar hingga ulat grayaknya mati.
4.      Pembersihan gulma supaya tidak menjadi tempat berkembang biak dan berembunyi ngengat dan ulat.
5.      Pengolahan tanah secara baik sehingga dapat membunuh kepompong ulat grayak yang bersembunyi di dalam tanah.

Lala bibit (Opiomya paseoli)

Bioekologi
Imago sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah.  Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari dimana betina hidup dua kali lebih lama dari pada jantan. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mm sampai 4,5 mm.
 Telur mulai diletakkan oleh Imago betina tiga sampai lima hari setelah kawin dengan jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan selama tiga sampai tujuh hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, diletakkan dibawah permukaan daun.
 Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap.

 Gejala Serangan :
Serangan terjadi pada tanaman yang baru tumbuh (1-2 minggu setelah tanam).
Larva yang baru menetas melubangi batang yang kemudian membuat terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati.

Pengendalian



Penghisap polong (Riportus linearis)

Klasifikasi
Kingdom         :  Animalia
Filum               :  Arthropoda
Kelas               :  Insecta
Ordo                :  Hemiptera
Famili              :  Coreoidea
Genus              :  Riptortus
Spesies            :Riptortus linearis


Bioekologi
Siklus hidup R. linearis meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar, dan stadium imago. Imago berbadan panjang dan berwarna kuning kecokelatan dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya (Tengkano dan Dunuyaali 1976 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005). Imago datang pertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga dengan meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4– 47 hari. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11– 13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang 13–14 mm.

Telur R. linearis berbentuk bulat dengan bagian tengah agak cekung, ratarata berdiameter 1,20 mm. Telur berwarna biru keabuan kemudian berubah menjadi cokelat suram. Setelah 6–7 hari, telur menetas dan membentuk nimfa instar I selama 3 hari (Gambar 1c). Pada stadium nimfa, R. linearis berganti kulit (moulting) lima kali. Setiap berganti kulit terlihat perbedaan bentuk, warna, ukuran, dan umur. Rata-rata panjang tubuh nimfa instar I adalah 2,60 mm, instar II 4,20 mm, instar III 6 mm, instar IV 7 mm, dan instar V 9,90 mm (Tengkano dan Dunuyaali 1976 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005). Nimfa maupun imago mampu menyebabkan kerusakan pada polong kedelai dengan cara mengisap cairan biji di dalam polong dengan menusukkan stiletnya. Tingkat kerusakan akibat R. linearis bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan polong dan biji. Tingkat kerusakan biji dipengaruhi pula oleh letak dan jumlah tusukan pada biji (Todd dan Turnipseed 1974 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005).

Gejala serangan
Kepik menyerang dengan  cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau kempis (biji tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua yg diserang kepik ini menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan membusuk.

Pengendalian
Penggunaan musuh alami
Penggunaan pestisida sesuai aturan


Kutu Daun
·         Aphis glycine
Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Aphidiciae
Genus : Aphid
Spesies : Aphid
glycine

Bioekologi
Sifatnya partenogenesis, yaitu telurnya berkembang menjadi nimfa tanpa terjadi pembuahan, kemudian dilahirkan oleh induknya.Lama hidupnya antara 13 – 18 hari dengan 4 – 8 kali instar.Nimfa yang baru terbentuk langsung mengisap cairan tanaman secara bergerombol.Nimfa dewasa berwarna hitam dan berkilau. Antenenya lebih pendek dari pada abdomen.Betina menjadi dewasa setelah berumur 4 – 20 hari. Panjang tubuh yang bersayap rata-rata 1,4 mm dan yang tidak bersayap rata-rata 1,5 mm. Mulai menghasilkan keturunan pada umur 5 – 6 hari dan berakhir sepanjang hidupnya.

Gejala serangan
Stadia yang merusak adalah nimfa dan imago yang umumnya mengisap pada bagian daun permukaan bawah, kuncup, batang muda. Tanaman yang terserang akan terhambat pertumbuhannya menjadi lemah dan kehilangan warna daun, mengkerut dan akhirnya menyebabkan penurunan hasil produksi. Serangan berat pada fase pembungaan atau pembentukan polong dapat menurunkan hasil panen. Selain itu, kutu daun kacang juga merupakan vektor penyakit virus (CAMV).

Pengendalian
·         Penanaman tanaman yang resisten.
·         Penggunaan musuh alami seperti Coleoptera, Harmonia arcuata, dan dari ordo Diptera.
·         Penggunaan pestisida dengan tepat

·         Benicia tabaci





Kepik hijau (Nezara viridula)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula


Bioekologi
Serangga dewasa biasanya berwarna hijau yang merata pada seluruh tubuh, tetapi kadang-kadang berwarna kuning pada bagian kepala dan protorak, dan jarang sekali yang seluruh tubuhnya berwarna kuning. Tubuhnya berbentuk segilima seperti perisai, panjang tubuh sekitar 1-1.5 cm dan kepalanya bersungut. Di punggungnya terdapat 3 bintik berwarna hijau. Sedangkan nimfanya (kepik muda) memiliki warna berbeda-beda tergantung perkembangan instarnya. Pada awalnya berwarna coklat muda, kemudian berubah menjadi hitam dengan bintik-bintik putih. Selanjutnya warna berubah menjadi hijau dan berbibtik-bintik hitam dan putih.  Kepik betina dewasa bertelur pada permukaan bawah daun dan jumlahnya mencapai 1100 butir selama hidupnya.. Telurnya berwarna kekuningan, kemudian berubah menjadi kuning, tetapi menjelang menetas warnanya berubah menjadi kemerahan (merah bata). Telur berbentuk oval agak bulat seperti tong. Periode telur 4-6 hari. Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang lebih selama 4-8 minggu.

Gejala serangan
Pada batang terdapat bekas tusukan atau hisapan kepik.  Pada buah tanaman padi yang diserap memiliki noda bekas isapan atau tusukan

Pengendalian
·      Tanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari.
·      Pergiliran tanaman bukan inang.
·      Pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan.
·      Menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma.
·      Menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.



















IV.       KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.      Serangga yang banyak menyerang tanaman pangan adalah jenis serangga yang berasal dari ordo Hemiptera.
2.      Ordo dari suatu hama akan mempengaruhi tipe penyerangan hama terhadapa budidaya pertanian.
3.      Dasar pengklasifikasian hama hama berdasarkan jumlah dan tipe sayap.
4.      Gejala yang ditimbulkan akibat serangan hama akan berbeda dari satu hama dengan hama lainnya.
5.      Pengendalian hama juga tergantung pada jenis kerusakan yang ditimbulkan.
6.      Pengendalian Hama Terpau (PHT) merupakan salah satu cara pengendalian ramah lingkungan dan meminimalisir dampak kerusakan ekonomi pertanian.







DAFTAR PUSTAKA


Borror, J.D. dkk. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga(terjemah). Yogyakarta :         UGM Press
Devisi Pengembangan Produksi Pertanian, 1973. Panduan Bercocok Tanam           Palawija . Dapartemen Pertanian. Jakarta
Gibb, T.J dan Osteo, C.Y. 2006. Arthropod Collection and Identification Field          and Laboratory Techniques. USA : Elsevier
Kalshoven, L.G.E. 1987. Insec Pests of Field Corn in The Philippines.  Revised     and Translated by P.A vab Der Laan. P.T. Ictiar baru- Van Hoeve. Jakarta.   701. hal    
Indriyani. I.G.A.A, Subiyakto dan A.A.A Ghotama. 1990. Prospek NPV untuk     Pengendalian Ulat Buah Kapas Helicoverta armigera dan Ulat Grayak S.      litura. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Dapartemen               Pertanian. Jakarta   
Mardiningsih, Tri. L dan Barriyah Barimbing. 1995. Biologi S.litura F. Pada          Tanaman Kemiri. Dalam Prosiding Seminar Nasional Tantangan          En 


HAMA-HAMA TANAMAN PANGAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tumbuhan)







Oleh

Diana Novitasari
1314121045

















LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015



I           PENDAHULUAN

1.1              Latar  Belakang
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melanjutkan kehidupannya di muka bumi. Sebagai salah satu kebutuhan primer manusia disamping sandang dan papan, kebutuhan akan pangan menjadi penting untuk diperhatikan. Pada jaman dahulu manusia memenuhi kebutuhannya akan pangan dari berburu hewan dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menuntut diterapkannya teknik budidaya tanaman pangan yang tepat dan benar, karena dengan teknik budidaya yang tepat dan benar diharapkan hasil tanaman pangan akan meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat.
Tanaman pangan merupakan tanaman yang semusim, yang mempunyai jangka waktu panen antara 3 bulan  atau  lebih sesuai dengan jenis tanaman yang ditanami dan  memberikan nilai ekonomi yang baik bagi petani.  Tetapi tanaman pangan juga membawa dampak yang merugikan petani, karena jangka waktu menanam yang tidak serempak (Suwono, 2007).
Hama adalah suatu organisme yang merusak tanaman dan dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Dari berbagai filum di atas, yang paling banyak berperan sebagai hama adalah serangga. Serangga memiliki tiga bagian tubuh yang utama yaitu keoala (Caput), dada (Thorax), dan perut (Abdomen).
Hama Tanaman Pangan merupakan hama yang menyerang tanaman pangan baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga menimbulkan kerugian ekonomis bagi manusia.
Serangga merupakan hama yang paling banyak jenisnya dan paling banyak menyerang tanaman pertanian. Gejala serangan yang disebabkan hama tanaman pangan yaitu dapat merugikan secara eksernal maupum internal (Indriyani, 2009).
Oleh karena itu dilakukannya praktikum pengenalah hama-hama tanaman pangan agar mahasiswa lebih faham macam-macam hama tanaman pangan.

1.2              Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui macam-macam hama tanaman pangan
2.      Mengetahui bioekologi, perilaku menyerang dan pengendaliannya.



II.        METODELOGI PRAKTIKUM



2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah papan, alat tulis menulis, dan kertas hvs.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ulat grayak ( Spodoptera litura), walang sangit (Leptocorixa acuta),  wereng coklat (Nilavarvata lugens), kepik hijau (Nezara viridula L.), belalang kumbara (Lokusta migratoria), penggerek batang padi (Chilo suppressalis),keong emas (Pamocea canaliculata) , anjing tanah (Grillopalta sp).

2.2  Waktu dan Temapat

Pelaksanaan praktikum tentang Pengenalan Serangga Hama Tanaman Pangan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pada tanggal 25 Maret 2015, pada pukul 15.00 - 17.00 WIB.

2.3 Cara Kerja
1.      Mendengarkan yang disampaikan asisten mengenai jalannya praktikum dan mencatatnya.
2.      Mengamati spesimen yang telah disediakan
3.      Menggambar spesimen dan keterangan dari masing-masing spesimen.

3.2   
3.2  Pembahasan
 3.2.1 Hama Padi
Dalam praktikum kali ini dilakukan identifikasi hama penting tanaman pangan adalah ulat grayak ( Spodoptera litura), walang sangit (Leptocorixa acuta),  wereng coklat (Nilavarvata lugens), kepik hijau (Nezara viridula L.), belalang kumbara (Lokusta migratoria), penggerek batang padi (Chilo suppressalis),keong emas (Pamocea canaliculata) , anjing tanah (Grillopalta sp).
dengan cara mengamati hama kemudian digambar selanjutnya dicari klasifikasi ilmiah, siklus hidup, morfologi, gejala serangan dan pengendaliannya.

Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Klasifikasi
Ordo: Lepidoptera
Famili: Noctuidae
Genus: Spodoptera
Spesies: Spodoptera litura
Nama local: ulat grayak
Nama latin: Spodoptera litura

Bioekologi
Morfologi Pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam yang dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya. Telur diletakkan berkelompok 100 – 300 butir/kelompok. Kelompok telur biasanya berbentuk oval dan ditutupi rambut-rambut (sisik) berwarna cokelat. Larva terdiri-dari 6 instar. Imago berwarna cokelat dan aktif pada malam hari. Siklus hidup: lebih kurang 4 – 5 minggu, Telur: 3 – 6 hari, Larva: 15 – 21 hari, Pupa: lebih kurang 12 hari.
Ekologi: Pada siang hari, ulat bersembunyi dalam tanah, sedangkan pada malam hari menyerang tanaman. Hama ini suka bersembunyi di tempat yang lembab.
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini adalah daun tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda rusak, atau seluruh tanaman rusak. Gejala yang nampak tergantung pada jenis tanaman yang diserang dan intensitas serangan larva muda serta larva dewasa.
Pengendalian:
Mekanis: telur yang ada diambil bersama dengan daun tempat menempelnya
Pengendalian secara biologis menggunakan musuh alami berupa Bacillus thuringiensis. Sedangkan pengendalian dengan bahan kimia mengguanakan insektisida dan sanitasi merupakan cara PHT yang dapat diambil dalam mengendalikan ulat garayak.

Walang Sangit (Leptocorixa acuta)
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Phylum
            : Arthropoda
Kelas
              : Insecta
Ordo
               : Hemiptera
Famili
              : Alydidae
Genus
              : Leptocorisa
Spesies
            : Leptocorisa acuta
Author             :Thunberg
Bioekologi
Pada pengamatan selanjutnya yaitu Walang Sangit (Leptocorixa acuta) yang termasuk Ordo Hemiptera. Serangga ini memiliki ciri-ciri morfologi yang meliputi mata, caput, thorax, abdomen, sayap dan rostum (moncong). Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kedua jenis serangga ini adalah buah padi yang hilang isi buahnya karena dihisap/dimakan.
 Umumnya Ordo Hemiptera memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.

Gejala Serangan
Serangga betina menghasilkan 100-200 telur, yang diletakkan pada daun bendera padi. Nimfanya berwarna hijau, yang berangsur-angsur menjadi coklat, dan mengalami ganti kulit 5 kali. Stadia nimfa terjadi selama 17-27 hari. Pada kondisi yang cocok, imago dapat hidup hingga 115 hari. Nimfa dan imago menyerang buah padi yang matang susu dengan cara menghisap cairan buah, sehingga buah menjadi hampa. Pada bekas tusukannya, timbul suatu bercak-bercak putih yang disebabkan cendawan Helminthosporium.




Pengendalian
Cara mengendalikannya adalah dengan penanaman secara serentak, sanitasi pada tanaman yang diserang, atau dengan penyemprotan insektisida menurut dosis anjuran (Rioardi, 2009).

Salah satu pengendalian berdasarkan perilaku walang sangit sangat tertarik pada bau-bauan  yang dikandung tanaman  Lycopodium sp dan Cerapodium sp. Walang sangit juga tertarik dengan bau busuk bangkai terutama bau busuk pada bangkai kepiting dan siput. Ketertarikan ini dapat digunakan sebagai dasar tindakan pengendalian walang sangit. Dibuatlah suatu alat perangkap khusus terbuat dari botol plastik dan didalamnya diberi bangkai kepiting/siput yang diikat menggantung dan dibawahnya diberi larutan sabun. Selanjutnya digantung di tiang bambu dengan jarak 3-5m. Dengan cara ini diharapkan walang sangit akan tertarik pada bau busuk dari bangkai tersebut dan selanjutnya masuk kedalam botol. Saat sudah terperangkap walang sangit tidak dapat keluar dan akan mati didalam botol.pengendalai cara ini cukup efektif , murah dan efisien (Devisi Pengembangan Produksi Pertanian,1973).

Wereng Cokelat (Nillaparvata lugens)

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan          : Animalia
Filum               :
Arthropoda
Upafilum         :
Hexapoda
Kelas               :
Insecta
Ordo                :
Hemiptera
Famili              :
Delphacidae
Genus              :
Nilaparvata
Spesies            : N. lugens

Bioekologi
Masa prapenelurannya 3-4 hari untuk brakiptela (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang) .Telur biasanya diletakan pada jaringan pangkal pelepah daun.Tetapi, kalau populasinya tinggi, telur diletakan di ujung pelepah daun dan tulang daun.Telur diletakan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir.Bentuk telur wereng coklat lonjong agak melengkung berdiameter 0,067-0,133 milimeter dengan panjangnya antara 0.830-1,000 milimeter.Dalam waktu sekitar 9 hari telur telah mulai menetas.Satu wereng betina tidak meletakan telur hanya pada satu rumpun padi, tetapi dari beberapa rumpun dan berpindah-pindah.Larva/nimfa, Telur wereng cokelat menetas menjadi nimfa.Metamorfosanya sederhana atau bertingkat disebut heterometabola.Serangga muda mirip induknya. Makanannyapun sama dengan serangga induknya. Nimfa mengalami lima instar dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan stadium nimfa beragam, tergantung dari bentuk dari bentuk dewasa yang muncul. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa bentuk pertama adalah makroptera (bersayap kerdil) yaitu wereng cokelat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang secara normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng cokelat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang yang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimental. wereng cokelat mulai bersayap dalam umur sekitar 13 hari. Umumnya wereng brakiptera bertubuh lebih besar, mempunyai tungkai dan peletak telur lebih panjang.Wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Beberapa dari jenis wereng ini dapat berperan sebagai vector penyebaran penyakit diantaranya penyakit tungro dan kerdil rumput.

Gejala serangan
Terjadi perubahan warna pada daun dan batang tanaman padi yang menjadi kecoklatan.Serangan awal tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.tanaman yang telah terserang pada umumnya tidak dapat tumbuh dengan sempurna serta tanaman tersebut tidak dapat menghasilkan bulir padi.Pada serangan yang parang petani dapat pemperoleh kerugian hingga 90% artinya petani gagal panen karena tidak adanya bulir padi yang dihasilkan.

Pengendalian
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara bertanam padi serempak, selain itu perlu dilakukan rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama tersebut, langkah awal yang dapat diterapkan yakni menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; kemudian dilakukan penyemprotan BVR


Kepik Hijau (Nezara viridula)

Klasifikasi kepik hijau (Nezara viridula)
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula

Bioekologi
Pada pengamatan selanjutnya yaitu Kepik Hijau (Nezara viridula) yang termasuk Ordo Hemiptera. Serangga ini memiliki ciri-ciri morfologi yang hampir sama dengan  Walang Sangit (Leptocorixa acuta) meliputi mata, caput, thorax, abdomen, sayap dan rostum (moncong). Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kedua jenis serangga ini adalah buah padi yang hilang isi buahnya karena dihisap/dimakan.

Umumnya Ordo Hemiptera memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.
Gejala serangan
 Gejala serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi mengempis, polong gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman terhadap serangan penghisap polong ini adalah pada stadia pengisian biji. Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara mengisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk(Rioardi, 2009).

Pengendalian
Pengendalian: Menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam(Pracaya. 2002).


Penggerek Padi (Scirpophaga sp/Chillo suppressalis )

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan          : Animalia
Filum               :
Arthropoda
Upafilum         :
Hexapoda
Kelas               :
Insecta
Ordo                :
Lepidoptera
Superfamili      :
Pyraloidea
Famili              :
Crambidae
Upafamili        :
Schoenobiinae
Genus              :
Scirpophaga

Morfologi dan siklus hidup
Ngengat betina mampu bertelur 100-600 butir.  Semua ngengat penggerek padi meletakkan telurnya secara berkelompok dengan jumlah telur 50-150 butir per kelompok. Larva keluar  dari samping atau atas kelompok telur menembus lapisan rambut penutup juga dapat keluar dari bawah kelompok telur tersebut dengan membuat 2-3 lubang untuk menembus daun. Pupa penggerek Scirpophaga terbungkus oleh kokon berwarna putih dalam ruas batang terbawah dekat bakal lubang keluar, sedangkan pupa penggerek Chilo dan sesamia tidak terbungkus dalam kokon.  Pupa Chilo dan Scirpophaga umumnya terdapat dalam pangkal batang beberapa cm di atas permukaan tanah/air, sedang pupa sesamia terdapat diantara pelepah dan batang.

Gejala serangan
Hama ini menyerang bagian batang padi yang menyebabkan padi menjadi kuning dan tumbuh abnormal.

Pengendalian
Penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen.  Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati.Apabila diperlukan sebagai alternatif pada fase vegetatif penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat ditemukan kelompok telur rata-rata >1 kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan rata-rata > 5%.Bila tingkat parasitisasi kelompok telur pada fase awal vegetatif >50% tidak perlu aplikasi insektisida.Pemanfaatan musuh alami baik parasitoid, predator, maupun patogen.


Keong Emas (Pamocea canaliculata)

Klasifilasi
Klasifikasi Keong mas menurut Cowie (2006) adalah sebagai berikut.
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Mollusca 
Classis             :Gastropoda 
Subclass          : Prosobranchia 
Ordo               : Megagastropoda 
Familia            : Ampullariidae 
Genus              : Pomacea 
Speies            : P. canaliculata, Pomacea diffusa, Pomacea paludosa,
Pomacea haustrum
and Pomacea insularum.

Bioekologi
Keong emas mempunyai bentuk cangkang yang bulat dan melingkar. Cangkangnya tidak mengerucut berdiameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm, dan berat 4,2-15,8 g. Cangkangnya berwarna cokelat keemasan dengan tubuh lunak berwarna putih krem hingga coklat keemasan. Cangkang memiliki bagian suture yang membentuk sudut 90° di ujung akhirannya. Whorl dihubungkan dengan suture yang sangat dalam dan bagian ujung konde cangkang yang tumpul. Bagian perut juga akan terjulur dari cangkang yang digunakan sebagai alat gerak yang dikenal sebagai kaki perut (gastropoda). Bagian anterior tubuh terdapat mulut, tampak juga sepasang tentakel kepala dan tentakel mulut.  Sepasang mata terlihat dibelakang tentakel yang dihubungkan dengan sistem syaraf . Saluran pencernaan dengan bentuk mengikuti alur lingkaran cangkang, mulut berhubungan langsung dengan esofagus menuju intestinum dan berakhir pada kelenjar digestoria. Sistem ekskresi berupa ginjal yang terbagi menjadi dua yaitu anterior dan posterior. Jantung terletak di bagian anterior jantung ginjal posterior, sedang sisi anteriornya terdapat palium (Pulmo) dan ctenidium (branchia) bagian dari sistem respirasinya. Keong mas  (Pomacea canaliculata) mengeluarkan  telur  dengan warna merah jambu ini diketahui sebagai jenis yang berpotensi menjadi hama. Keong mas terdiri dari jantan dan betina, sulit untuk dibedakan antara jantan dan betina. Menurut para ahli umumnya keong jantan lebih kecil dari betina. Penutup tubuh pada betina letaknya kedalam (cekung) dari lubang, dibandingkan dengan penutup tubuh jantan yang melengkung keluar.

Gejala
Biasanya menyerang pada tanaman padi yang masih muda berumur 10 -20 hari, proses penyerangannya lebih banyak beraktivitas malam hari, meninggalkan bekas serangan berupa lendir dan tanaman yang dilewati akan rusak.

Pengendalian
• Secara mekanis
Pungut keong dan hancurkan. Telur keong mas dihancurkan dengan kayu/bambu. Selain itu bila padi ditanam dengan sebar langsung, selama 21 hari setelah sebar, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian. Selain itu perlu dibuat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah sebelum tanam, baik di musim hujan maupun kemarau. Ini dimaksudkan agar pada saat dilakukan pengeringan, keong mas akan menuju caren sehingga memudahkan pengambilan keong mas dan sebagai salah satu cara pengendaliannya
• Secara fisik
Gunakan saringan berukuran 5 mm mesh yang dipasang pada tempat air masuk di pematang untuk meminimalkan masuknya keong mas ke sawah dan memudahkan pemungutan dengan tangan.
• Secara biologis
Pemberian tanaman tingkat rendah seperti lumu dan tidak terlalu banyak memberikan air.
• Secara kimiawi
Bila diperlukan gunakan pestisida yang berbahan aktif niclos amida dan pestisida botani seperti lerak, deris, dan saponin. Aplikasi pestisida dilakukan di sawah yang tergenang, di caren, atau di cekungan-cekungan yang ada airnya tempat keong mas berkumpul. Telur keong mas berwarna merah muda.

Belalang Kumbara (Lokusta migratoria)
Bioekologi
Belalang kembara termasuk dalam keluarga Acrididae dan marga Locusta dan mengalami tiga stadia pertumbuhan yaitu stadia telur, serangga muda (nimfa) dan serangga dewasa (imago).  Ketiga fase perkembangan belalang kembara itu disebut metamorphose sederhana.
Daur hidup belalang kembara rata-rata 76 hari.  Stadia telur rata-rata 17 hari dan stadia nimfa 38 hari dimana instar pertama selama 7 hari, instar kedua 6,5 hari, instar ketiga 6,5 hari, instar keemapt 7,5 hari dan instar terakhir selama 10,5 hari.  Masa serangga dewasa hingga siap kawin 11 hari dan masa sejak kawin hingga bertelur yang pertama 10 hari atau masa pra bertelur 21 hari.  Masa aktif bertelur sejak meletakkan telur pertama sampai mati rata-rata selama 63 hari.  Umur belalang betina dan jantan dewasa sampai mati rata-rata 60 hari sampai 92 hari.  Waktu antara peletakkan telur sampai peletakkan telur pertama oleh keturunan berikutnya berkisar antara 70 sampai 110 hari dengan lama hidup belalang dewasa mencapai 160 hari.                

Anjing tanah (Gryllotalpa sp)

Ordo                : Orthoptera
Famili              : Gryllotalpidae
Spesies             : Gryllotalpidae

Bioekologi
Anjing tanah adalah serangga berukuran sedang, berwarna coklat terang hingga gelap, memiliki kulit pelindung yang tebal yang hidup di dalam tanah, dengan sepasang tungkai depan termodifikasi berbentuk cangkul untuk menggali tanah dan berenang. Orang Jawa menyebutnya orong-orong, di tanahSunda disebut gaang, sementara dalam bahasa Toba disebut singke. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mole cricket, atau "jangkrik tikus mondok". Semua anggotanya termasuk dalam keluarga Gryllotalpidae. Serangga yang kadang-kadang ditemukan berlari cepat di sudut pekarangan ini dapat pula terbang hingga sejauh 8 km dalam musim kawin. Hewan muda memiliki sayapyang pendek. Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan pada musim dingin melakukan hibernasi. Pada musim kawin hewan ini dapat menghasilkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi), namun dengan suara yang jauh berbeda. Suaranya bersifat monoton, tanpa jeda, dan amat mengganggu pendengaran. Bila lubang persembunyiannya didekati, ia akan berhenti bersuara namun akan memulai lagi begitu merasa gangguan berlalu.
Anjing tanah memakan segala, meskipun pada dasarnya ia adalah karnivora. Menunya adalah larva-larva serangga lain atau cacing. Bila kekurangan makanan ia akan memakan akar dan rumput-rumputan. Akibat tindakan yang terakhir ini anjing tanah kadang-kadang digolongkan sebagai hama tanaman. Pemangsanya bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, segung, hingga rubah.
Daur hidup anjing tanah: Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari mencari makan. Habitat yang disukai adalah ladang yang kering, pekarangan, serta lapangan rumput. Hewan ini dapat ditemukan di semua tempat, kecuali daerah dekat kutub bumi.Perannya dalam kehidupan manusia tidak terlalu penting. Hewan ini kadang-kadang digolongkan sebagai hama karena perilakunya merusak perakaran atau juga memakannya. Di Asia Timur hewan ini kadang-kadang digoreng dan disantap. Pemelihara burung juga menjadikan orong-orong sebagai bagian pakan hidup. Sekresi yang dihasilkan orong-orong di Cina menjadi bahan pengobatan, dan sekarang mulai diteliti khasiatnya secara farmasi.
Anjing tanah di beberapa tempat berstatus terancam punah karena peralihan habitat dan erosi tanah. Pembasmian akibat dianggap hama juga mengganggu kehidupannya.
Selain sepasang tungkai depannya yang besar dan bergerigi, anjing tanah mempunyai bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang keras. Hewan ini juga memiliki sepasang sayap kecil. Warna tubuhnya mulai dari kecoklatan hingga hitam dengan panjang tubuh berkisar antara 27-35 mm. Sekilas tampang serangga ini memang menakutkan dan primitif. Tidak menherankan, karena diperkirakan anjing tanah (mole cricket) telah ada sejak 35 juta tahun silam.
Orong-orong atau anjing tanah merupakan hewan nokturnal yang beraktifitas di malam hari. Hewan ini juga mampu mengeluarkan suara melalui organ stridulasi seperti jangkrik, meskipun suaranya terdengan lebih monoton ketimbang jangkrik. Anjing tanah mengeluarkan suaranya dari dalam lubang persembunyian atau rumah yang berupa terowongan di dalam tanah. Anjing Tanah.
Morfologi/Bioekologi :Orong – orong tinggal dibawah permukaan tanah. Imago menyerupai jengkrik, panjang kira – kira 3 cm, dan berwarna merah tua. Mempunyai sepasang kaki depan yang kuat untuk melindungi diri, dan terbang pada malam  hari. Telur berwarna putih kekuning – kuningan, diletakkan pada sel – sel keras yang dibuat dari tanah. Didalam satu sel terdapat 30 – 50 butir telur. Nimfa seperti serangga dewasa, tetapi ukurannya lebih kecil. Sifatnya sangat polifag, mamakan akar, umbi, tanaman muda dan serangga kecil seperti kutu daun. Lamanya daur hidup 3 – 4 bulan.
Gejala
Hama ini umumnya banyak dijumpai menyerang tanaman bawang pada fase penanaman ke dua atau sekitar umur tanaman kira – kira 1 – 2 minggu setelah tanam. Serangan ditandai dengan layunya tanaman, karena akar tanaman rusak, bahkan pada umbi kadang terdapat lubang dengan bentuk yang tidak beraturan.

Pengendalian 
Kultur Teknis Penggunaan pupuk kandang yang matang dapat mengurangi serangan Gryllotalpa sp. Menjaga kebersihan kebun (sanitasi) dapat mengurangi serangan Gryllotalpa sp.Fisik/MekanikPemasangan umpan beracun yang terdiri dari 10 kg dedak dicampur dengan 100 ml insektisida yang dianjurkan kemudian campuran tersebut diaduk secara merata dan disebar diatas bedengan pertanaman pada senja hari. BiologiPemanfaatan musuh alami seperti predator Chlaenius, Labidura riparia, parasitoid Neothrombium gryllotalpae , dan pathogen serangga Beauveria bassiana, Paecilomyces sp.

Binatang yang sering ditemukan di pemukiman ini ternyata mempunyai kemampuan terbang yang jauh. Orong-orong mampu terbang sejauh 8 km ketika sedang berusaha mencari pasangan kawin. Anjing tanah merupakan binatang karnivora yang memakan larva-larva serangga lain dan cacing tanah. Namun sering kali orong-orong juga memakan akar, tunas-tunas tanaman, dan rerumputan. Pemangsa alami orong-orong bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, sigung, hingga rubah(Jumar. 2007).

Tikus (Rattus argentiventer)

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mammalia
Ordo                : Rodentia
Genus              : Ratus
Spesies            : Rattus argentiventer Rob dan Kloss  

Bioekologi
Tikus sawah atau Rattus argentiventer Rob dan Kloss  merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mamalia, yang mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dibandingkan jenis hama utama padi lainnya. Tikus sawah dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi mulai dari saat pesemaian padi hingga padi siap dipanen, dan bahkan menyerang padi di dalam gudang penyimpanan. Secara umum tikus betina memasuki umur dewasa seksual pada usia 3 bulan dan dapat beranak 4 kali dalam setahun. Masa kehamilannya hanya sekitar 21 hari, dengan rata-rata kelahiran anak sebanyak 6 ekor ( 2 s/d 18 ekor). Sehingga secara teoretis, sepasang tikus dewasa secara seksual dapat melahirkan anak rata-rata 6 ekor/kelahiran (3 jantan dan 3 betina) maka pada bulan ke 13 akan menghasilkan sejumlah 2046 tikus

Gejala
Tikus dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai agroekosistem, baik lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan/lahan kering, maupun lahan sawah rawa pasang surut. Tikus sawah tergolong binatang pemakan dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan (omnivora), sehingga juga berperan sebagai hama pada tanaman hortikultura, perkebunan dan hama gudang. Tikus sawah juga diketahui sebagai vektor penyebab penyakit berbahaya pada manusia dan binatang ternak. Tikus juga dapat bereaksi dan bertingkah laku seperti manusia, jika dia memakan suatu jenis makananan yang ditemukannya dan setelah itu menimbulkan sakit perut perut maka tikus akan jera dan tidak akan mau makan lagi.

Pengendalian
Beberapa faktor penyebab kurang berhasilnya pengendalian tikus oleh petani antara lain:
1.      Monitoring terhadap keberadaan hama tikus oleh petani masih kurang, sehingga sering terjadi keterlambatan dalam mengantisipasi pengendalian,
2.      Pemahaman petani terhadap berbagai aspek sifat-sifat biologis hama tikus dan teknologi pengendaliannya masih lemah,
3.       Kegiatan pengendalian belum terorganisir dengan baik (masih sendiri-sendiri), dan tidak berkelanjutan,
4.       Ketersediaan sarana pengendalian masih terbatas dan
5.       Masih banyak petani yang mempunyai persepsi “mistis” terhadap tikus yang dapat menghambat pelaksanaan pengendalian.

3.2.2 Hama Jagung

Penggerek Tongkol (Helicoperva armigera Hbn)

Klasifikasi
Nama umum    : penggerek tongkol jagung
Nama ilmiah    : Heliothis armigera
Ordo                : Lepidoptera
Famili              : Noctuidae

Bioekologi
Berdasarkan morfologi larva, serangga ini dibagi atas 4 species yakni H. armigera, H. punctigera, H. rubrescens dan H. assulta (Kirkpatrick, 1961), sedangkan berdasarkan larva dan bentuk sklerit bagian dorsal ruas abdomen I, Stanley (1978) mengelompokkannya menjadi 2 species yakni H. armigera dan H. punctigera. Mitter et.al (1993) membagi atas 4 kelompok besar berdasarkan analisis filogenetik dan morfologinya.
Telur. Menururt Jayaraj (1981), telur serangga bentuknya hampir bulat dengan bentuk datar pada bahagian bawahnya berwarna bening dan berubah menjadi kuning-keputihan lalu menjadi coklat gelap sebelum menetas. Ukuran telur bervariasi antara 0.4-0.55 mm. Telur diletakkan pada malam hari tepatnya akhir malam dan umumnya sesudah pukul 21.00 tengah malam. Pada beberapa tanaman, telur diletakkan satu per satu pada bahagian bawah daun sepanjang tulang daun dan terkadang pula ditemukan pada bunga dan antara bunga dengan calyxnya. Lama stadia telur bergantung pada kondisi suhu, pada suhu 18  - 28  0C telur H. armigera dapat menetas dalam kurun waktu 10-18 hari setelah peletakan telur, akan tetapi bila suhu rata-rata mencapai 27 0C, penetasan dapat berlangsung lebih cepat yakni antara 3-4 hari setelah peletakan telur (Setiawati, 1991; Elena, 1988). Serangga ini meletakkan telur terlebih dahulu melakukan orientasi yang mencakup pencarian inang, penemuan inang, hinggap, mengevaluasi permukaan tempat bertelur dan penerimaan inang. Dalam masa orientasi, serangga ditutun oleh adanya sinyal kimiawi volatile dari tanaman yang bersifat menarik serangga untuk hinggap (atractant) (Renwick dan Chew, 1994). Senyawa tersebut menurut Liu et.al (1988) adalah dari jenis 4-hexen-1-ol acetat, 2-2-dimethyl hexanol, dan 2-hexenal. Selain itu, tekstur permukaan juga dapat menjadi pilihan serangga dalam proses peletakan telur. Pada  H. armigera dan H. punctigera tekstur permukaan yang kasar dan berambut sangat disukai karena serangga dewasa dapat berpijak dengan baik dan telur tidak mudah lepas (Cullen, 1969; Hassan, 1985).
Larva. Umumnya terdapat 6 instar larva, akan tetapi pada kondisi musim dingin ketika perkembangan larva menjadi panjang, stadia larva dapat mencapai 7 instar bahkan pernah ditemukan di Rhodesia Selatan (Pearson dan darling,1958; dalam Jayaraj, 1981). Larva yang baru menetas berwarna kekuning-kuningan dengan garis longitudinal berwarna kuning orange. Kepala, torak, anal dan kaki berwarna coklat. Larva yang tumbuh sempurna berukuran panjang 35-44 mm dengan warna body secara menyeluruh nampak hijau pucat dengan garis patah pada sisi bodynya dan membujur lurus pada bahagian atas (Jayaraj, 1981). Perkembangan stadia larva tergantung pada indeks pertumbuhan tanaman inang. Pada tanaman kapas dan tomat perkembangannya lebih cepat dibanding tanaman lain. Pada tanaman kapas dan jagung, larva dapat mencapai 6 instar dengan stadia perkembangan 25,1 hari, sedang pada kacang buncis segar tercatat hanya 5 instar (Elna, 1988; Setawati, 1991; Sing dan Rembold, 1988). Temperatur sangat berpengaruh terhadap lama perkembangan dari larva. Di California bervariasi antara 21-40 hari, di Ohio 18-51 hari, dan di Punjab (India) 8-12 hari pada inang yang sama (Wilcox et.al, 1956; Sing dan Sing, 1975; dalam  Jayaraj, 1981), sedangkan di lembah pada suhu 18 0 - 26 0 C, lama perkembangan berkisar antara 52-82 hari (Setiawati, 1991).
Pupa. Panjang pupa adalah antara 14-18 mm, pupa berwarna kekuning-kuningan, kemudian akan berubah menjadi kuning-kecoklatan dan berwarna coklat menjelang pupa akan berubah menjadi serangga dewasa. Pupa yang jantan secara morfologis berbeda dari yang betina, yakni ditandai dengan adanya celah segitiga pada ruas abdomen terakhir (untuk pupa betina) dan adanya celah membulat pada yang jantan. Stadia larva bervariasi antara 15 - 21 hari (Setiawati, 1995).
Imago. Serangga yang dewasa mempunyai kebiasaan meletakkan telur pada malam hari yang diletakkan pada jambul dari tongkol tanaman jagung. Stadia umur keluarnya rambut tongkol berpengaruh terhadap preferensi peletakan dan yang paling disukai adalah rambut tongkol yang berumur 5 hari. Sifat fisik tanaman seperti warna rambut tongkol tidak significant berpengaruh terhadap preferensi serangga dalam meletakkan telur, akan tetapi yang paling dominan adalah adanya senyawa volatile tanaman yang sifatnya menarik serangga dewasa untuk hinggap (Kamandalu, et.al.,1997); Renwick dan Chew, 1994; Liu et.al.,1988). Kemampuan serangga dewasa dalam meletakkan telur tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsinya, sedangkan Nonci et.al (1997) mengemukakan bahwa kemampuan serangga dewasa meletakkan telur tergantung kondisi stadia tanaman. Bedjo (1990) mencatat produksi telur seekor serangga dapat mencapai 100-114 butir pada makanan buatan lebih tinggi dari makanan alami, sedangkan Nonci et.al (1997) mencatat produksi telur yang ditemukan pada fase generatif lebih tinggi dari fase vegetatif tanaman dan yang tertinggi ditemukan pada 6, 7 dan 8 minggu setelah tanaman yakni pada pertanaman I, II dan III.

Pengendalian
Pengendalian hama penggerek tongkol ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan :
1.      Parasitoid, seperti Trichogramma spp. yang merupakan parasitoid telur, dan Eriborus argentiopilosa parasit pada larva muda, atau dengan menggunakan lalat tabuhan,
2.      Menggunakan jamur patogen/cendawan, seperti Metarhizium anisopliae menginfeksi larva,
3.      Pencegahan dengan tanaman resisten atau disuntik dengan gen Bt (Bacillus thuringensis),
4.      Virus, Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV),
5.      Kultur teknis, pengolahan tanah secara sempurna akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
6.      Kimiawi, untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.

Penggerek batang (Ostinia furnacalis)

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Fylum              :Arthropoda
Kelas               :Insecta
Ordo                : lepidoptera
Family             : pyralidae
Genus              : Ostrinia
Spesies            :Ostrinia furnacalis
Tipemulut        : Penggigit Pengunyah (mandibulata)
Metemorfosis  : Holometabola (sempurna)
Bioekologi
Penggerek batang, Ostrinia furnacalis Guenee, merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung sehingga keberadaannya perlu diwaspadai.
Kehilangan hasil akibat hama tersebut mencapai 20-80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh padat populasi larva O. furnacalis serta umur tanaman saat terserang.

Telur
 O. Furnacalis diletakkan secara berkelompok pada bagian bawah daun, bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Periode telur berlangsung 3-4 hari.

Larva terdiri atas lima instar, setiap instar lamanya 3-7 hari. Stadium pupa berlangsung 7-9 hari. Lama hidup ngengat adalah 2-7 hari sehingga siklus hidup dari telur hingga ngengat adalah 27-46 hari dengan rata-rata 37,50 hari.

Pengendalian
Musuh alami O. furnacalis yang ditemukan di Sulawesi Selatan, seperti di Maros, Barru, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai adalah parasitoid telur Trichogramma evanescens dan parasitoid larva dari ordo/famili Hymenoptera/ Ichneumonidae (1 spesies), Hymenoptera/Braconidae (1 spesies), dan Diptera/Tachinidae (1 spesies). Persentase telur O. furnacalis yang terparasit dalam satu kelompok berkisar antara 71,56-89,80%. Larva O. furnacalis yang terparasit Ichneumonidae, Braconidae, dan Tachinidae berkisar antara 1-6%. Parasitoid telur lebih efektif menekan populasi O. Furnacalis dibanding parasitoid larva. Jenis-jenis predator telur dan larva O. furnacalis adalah Cocopet (Proreus sp., Euborellia sp.) dan laba-laba (Lycosa sp., Chrysopa sp., dan Orius tristicolor), sedangkan patogen yang efektif menekan populasi O. furnacalis adalah Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana. Keefektifan kedua jenis cendawan tersebut bergantung pada konsentrasi konidia dan stadium perkembangan larva O. furnacalis; makin muda stadium larva makin tinggi tingkat mortalitasnya
.

3.2.3 Hama Kedelai

Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Divisio             : Arthropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Lepidoptera
Famili              : Noctuidae
Genus              : Spodoptera
Spesies            : Spodoptera litura

Bioekologi
Spodoptera adalah ngengat yang termasuk dalam suku Noctuidae. Larvanya (ulatnya) dikenal sebagai hama yang sangat merusak. Ulat yang tidak berbulu oleh awam biasa disebut ulat tentara atau ulat grayak.

Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman cabai. Ulat grayak (Spodoptera litura) menyerang tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang hari berada di dalam tanah. Pada umumnya, ulat grayak menyerang satu tanaman secara bersama-sama sampai seluruh daun tanaman tersebut habis, baru kemudian ke tanaman lain. Ulat ini berumur 20 hari selama hidupnya menyerang tanaman.

      Biologi (Ciri-ciri Karakteristik) Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Serangga dewasa jenis Spodoptera litura, memiliki ukuran panjang badan 20 - 25 mm, berumur 5 - 10 hari dan untuk seekor serangga betina jenis ini dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompok-kelompok 300 butir. Serangga ini sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi. 

Larva Spodoptera litura memiliki jumlah instar 5 dengan ukuran instar 1 panjang 1,0 mm dan instar 5 panjang 40 - 50 mm berwarna coklat sampai coklat kehitaman dengan bercak-bercak kuning dan berumur 20 - 26 hari. Sepanjang badan pada kedua sisinya masing-masing terdapat 2 garis coklat muda.

Ciri khas ulat grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam  dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Sedangkan ulat dewasa berwarna abu-abu gelap atau cokelat. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 hari hingga 61 hari. Stadium yang membahayakan dari hama Spodoptera litura adalah larva (ulat) karena menyerang secara bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar untuk menunjang metamorfosisnya. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabai.

Gejala
Hama ulat grayak menyerang daun dan buah cabai. Serangannya ditandai dengan daun-daun yang terlihat berwarna agak putih, karena yang tertinggal hanya selaput daun bagian atas. Bagian daging daun sebelah bawah telah dimakan oleh ulat ini. Pada awal serangan daun terlihat berlubang-lubang, lama kelamaan hanya tertinggal tulang-tulang daun. Hama ini menyerang bagian daun tanaman cabai secara bergerombol. Daun yang terserang berlubang dan meranggas. Pada serangan parah, biasanya terjadi saat musim kemarau, menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat. Serangan ulat yang masih kecil mengakibatkan bagian daun tanaman cabai yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang daunnya saja. Ulat yang besar memakan tulang daun. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman menjadi gundul.

Ulat grayak disebut juga dengan nama ulat tentara. Seperti halnya jenis hama ulat lain, hama ini menyerang tanaman cabai pada malam hari, sedang siang harinya beresembunyi di balik mulsa atau di dalam tanah. Hama ini bersifat polifag (mempunyai kisaran inang yang cukup luas). Jika daun suatu tanaman rusak, maka tanaman tidak dapat fotosintesis dan tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman tersebut. 

  Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan carsebagaiberikut.
a.       Pengendalian dilakukan secara mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya kemudian langsung membunuhnya. Dapat pula dilakukan dengan pemangkasan daun yang telah menjadi sarang telur ngengat dan membakarnya
b.      Pengendalian dilakukan secara biologis, yaitu dengan cara menyemprotkan Bacillus thuringienis atau Borrelinavirus litura
c.       Pengendalian dilakukan secara kultur teknis , yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyia hama, serta melakukan rotasi tanaman.
d.      Pengendalian dilakukan secara kimiawi, yakni sebagai berikut.
1.      Pemasangan sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Sex pheromone merupakan aroma yag dikeluarkan oleh serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan seksual (birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghmapiri dan melakukan perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Sex phermne ini berasal dari Taiwan yang di Indonesia diberi nama “Ugratas” (Ulat Grayak Beratas Tuntas) berwarna “merah”. Sex pheromone ini sangat efektif untuk dijadikan perangkap kupu-kuu dewasa dari ulat grayak (S. litura). Cara pemaagan Ugratas merh in adalah dimasukkan ke dalam botol bekas Aqua volume 500 cc yang diberi lubang kecil untuk tempat masuknya kupu-kupu janta. Satu hektar kebun cabai cukup dipasang 5 buah hingga 10 buh Ugratas merah dengan cara digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman cabai. Daya tahan (efektivitas) Ugratas ini ±tiga minggu dan tiap malam bekerja efektif sebagai perangkap ngengat jantan. Keuntungan penggunaa Ugratas ini, antara lain, adalah aman bagi manusia dan ternak, tidak berdampak negatif tehadap lingkungan, dapa meekan penggunaan insektisida tidak menimbulkan kekebalan hama, dan dapat memperlambat perkembangan hama tersebut.
2.      Penyemprotan insektisisda yang mangkus dan sangkil seperti Hostathion 40EC 2 cc/lt atau Orthene 75 SP 1 gr/lt. dapat pula dengan menggunakan pestisida yang lain, misalnya Azodrin, Curracron 500 EC, Exalux 25 EC, dan lain-lain
3.      Pembuatan perangkap ulat grayak, yaitu dengan cara pembuatan parit sepanjang sisi kebun dengan lebar 60 cm dan dalam 45 cm. Ulat grayak yang masuk ke dalam parit dimatikan dengan menggulung kayu bulat yang digerakkan maju mundur di atas ulat grayak. Cara lain adalah paritnya diisi dengan jerami atau bahan lainnya yang mudah terbakar, lalu dibakar hingga ulat grayaknya mati.
4.      Pembersihan gulma supaya tidak menjadi tempat berkembang biak dan berembunyi ngengat dan ulat.
5.      Pengolahan tanah secara baik sehingga dapat membunuh kepompong ulat grayak yang bersembunyi di dalam tanah.

Lala bibit (Opiomya paseoli)

Bioekologi
Imago sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah.  Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari dimana betina hidup dua kali lebih lama dari pada jantan. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mm sampai 4,5 mm.
 Telur mulai diletakkan oleh Imago betina tiga sampai lima hari setelah kawin dengan jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan selama tiga sampai tujuh hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, diletakkan dibawah permukaan daun.
 Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap.

 Gejala Serangan :
Serangan terjadi pada tanaman yang baru tumbuh (1-2 minggu setelah tanam).
Larva yang baru menetas melubangi batang yang kemudian membuat terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati.

Pengendalian



Penghisap polong (Riportus linearis)

Klasifikasi
Kingdom         :  Animalia
Filum               :  Arthropoda
Kelas               :  Insecta
Ordo                :  Hemiptera
Famili              :  Coreoidea
Genus              :  Riptortus
Spesies            :Riptortus linearis


Bioekologi
Siklus hidup R. linearis meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar, dan stadium imago. Imago berbadan panjang dan berwarna kuning kecokelatan dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya (Tengkano dan Dunuyaali 1976 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005). Imago datang pertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga dengan meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4– 47 hari. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11– 13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang 13–14 mm.

Telur R. linearis berbentuk bulat dengan bagian tengah agak cekung, ratarata berdiameter 1,20 mm. Telur berwarna biru keabuan kemudian berubah menjadi cokelat suram. Setelah 6–7 hari, telur menetas dan membentuk nimfa instar I selama 3 hari (Gambar 1c). Pada stadium nimfa, R. linearis berganti kulit (moulting) lima kali. Setiap berganti kulit terlihat perbedaan bentuk, warna, ukuran, dan umur. Rata-rata panjang tubuh nimfa instar I adalah 2,60 mm, instar II 4,20 mm, instar III 6 mm, instar IV 7 mm, dan instar V 9,90 mm (Tengkano dan Dunuyaali 1976 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005). Nimfa maupun imago mampu menyebabkan kerusakan pada polong kedelai dengan cara mengisap cairan biji di dalam polong dengan menusukkan stiletnya. Tingkat kerusakan akibat R. linearis bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan polong dan biji. Tingkat kerusakan biji dipengaruhi pula oleh letak dan jumlah tusukan pada biji (Todd dan Turnipseed 1974 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005).

Gejala serangan
Kepik menyerang dengan  cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau kempis (biji tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua yg diserang kepik ini menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan membusuk.

Pengendalian
Penggunaan musuh alami
Penggunaan pestisida sesuai aturan


Kutu Daun
·         Aphis glycine
Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Aphidiciae
Genus : Aphid
Spesies : Aphid
glycine

Bioekologi
Sifatnya partenogenesis, yaitu telurnya berkembang menjadi nimfa tanpa terjadi pembuahan, kemudian dilahirkan oleh induknya.Lama hidupnya antara 13 – 18 hari dengan 4 – 8 kali instar.Nimfa yang baru terbentuk langsung mengisap cairan tanaman secara bergerombol.Nimfa dewasa berwarna hitam dan berkilau. Antenenya lebih pendek dari pada abdomen.Betina menjadi dewasa setelah berumur 4 – 20 hari. Panjang tubuh yang bersayap rata-rata 1,4 mm dan yang tidak bersayap rata-rata 1,5 mm. Mulai menghasilkan keturunan pada umur 5 – 6 hari dan berakhir sepanjang hidupnya.

Gejala serangan
Stadia yang merusak adalah nimfa dan imago yang umumnya mengisap pada bagian daun permukaan bawah, kuncup, batang muda. Tanaman yang terserang akan terhambat pertumbuhannya menjadi lemah dan kehilangan warna daun, mengkerut dan akhirnya menyebabkan penurunan hasil produksi. Serangan berat pada fase pembungaan atau pembentukan polong dapat menurunkan hasil panen. Selain itu, kutu daun kacang juga merupakan vektor penyakit virus (CAMV).

Pengendalian
·         Penanaman tanaman yang resisten.
·         Penggunaan musuh alami seperti Coleoptera, Harmonia arcuata, dan dari ordo Diptera.
·         Penggunaan pestisida dengan tepat

·         Benicia tabaci





Kepik hijau (Nezara viridula)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula


Bioekologi
Serangga dewasa biasanya berwarna hijau yang merata pada seluruh tubuh, tetapi kadang-kadang berwarna kuning pada bagian kepala dan protorak, dan jarang sekali yang seluruh tubuhnya berwarna kuning. Tubuhnya berbentuk segilima seperti perisai, panjang tubuh sekitar 1-1.5 cm dan kepalanya bersungut. Di punggungnya terdapat 3 bintik berwarna hijau. Sedangkan nimfanya (kepik muda) memiliki warna berbeda-beda tergantung perkembangan instarnya. Pada awalnya berwarna coklat muda, kemudian berubah menjadi hitam dengan bintik-bintik putih. Selanjutnya warna berubah menjadi hijau dan berbibtik-bintik hitam dan putih.  Kepik betina dewasa bertelur pada permukaan bawah daun dan jumlahnya mencapai 1100 butir selama hidupnya.. Telurnya berwarna kekuningan, kemudian berubah menjadi kuning, tetapi menjelang menetas warnanya berubah menjadi kemerahan (merah bata). Telur berbentuk oval agak bulat seperti tong. Periode telur 4-6 hari. Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang lebih selama 4-8 minggu.

Gejala serangan
Pada batang terdapat bekas tusukan atau hisapan kepik.  Pada buah tanaman padi yang diserap memiliki noda bekas isapan atau tusukan

Pengendalian
·      Tanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari.
·      Pergiliran tanaman bukan inang.
·      Pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan.
·      Menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma.
·      Menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.


















IV.       KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.      Serangga yang banyak menyerang tanaman pangan adalah jenis serangga yang berasal dari ordo Hemiptera.
2.      Ordo dari suatu hama akan mempengaruhi tipe penyerangan hama terhadapa budidaya pertanian.
3.      Dasar pengklasifikasian hama hama berdasarkan jumlah dan tipe sayap.
4.      Gejala yang ditimbulkan akibat serangan hama akan berbeda dari satu hama dengan hama lainnya.
5.      Pengendalian hama juga tergantung pada jenis kerusakan yang ditimbulkan.
6.      Pengendalian Hama Terpau (PHT) merupakan salah satu cara pengendalian ramah lingkungan dan meminimalisir dampak kerusakan ekonomi pertanian.






DAFTAR PUSTAKA


Borror, J.D. dkk. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga(terjemah). Yogyakarta :         UGM Press
Devisi Pengembangan Produksi Pertanian, 1973. Panduan Bercocok Tanam           Palawija . Dapartemen Pertanian. Jakarta
Gibb, T.J dan Osteo, C.Y. 2006. Arthropod Collection and Identification Field          and Laboratory Techniques. USA : Elsevier
Kalshoven, L.G.E. 1987. Insec Pests of Field Corn in The Philippines.  Revised     and Translated by P.A vab Der Laan. P.T. Ictiar baru- Van Hoeve. Jakarta.   701. hal    
Indriyani. I.G.A.A, Subiyakto dan A.A.A Ghotama. 1990. Prospek NPV untuk     Pengendalian Ulat Buah Kapas Helicoverta armigera dan Ulat Grayak S.      litura. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Dapartemen               Pertanian. Jakarta   
Mardiningsih, Tri. L dan Barriyah Barimbing. 1995. Biologi S.litura F. Pada          Tanaman Kemiri. Dalam Prosiding Seminar Nasional Tantangan          Entomologi pada Abad XXI. Perhitungan Entomologi Indonesia. Balai             Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 96-102 hal
Nafus, O.M. and I.H. Schreiner. 1987. Location of Ostrinia furnacalis         (Lepidoptera:pyralidae) egg and Larvae on Sweet Corn in Relation to Plant Growth stage. J. Econ. Entomol. 80(2): 411-416 p
  Nonci, N dan D. Baco.1987. pengaruh Waktu Infestasi dan Jumlah larva Ostrinia furnacalis Guenee Terhadap Kerusakan pada Tanaman Jagung.    Agrikam. Buletin Penelitian Pertanian Maros 2(2): 49-59
Pechenik, Jan A. 2005. Biologi of Invertebrates. Fifth edition. New York : MC            Graw HillCompanies, Inc
Prayugo, Yusmani dan Suharsono.2005. Optimali sasi Pengendalian Hama            Penghisap Polong Kedelai (Riptortus lineris) dengan Cendawan             Entomopatogen Varticillium lecanii. Jurnal Litbang Pertanian 24 (4),             2005. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian,         Malang.
 tomologi pada Abad XXI. Perhitungan Entomologi Indonesia. Balai             Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 96-102 hal
Nafus, O.M. and I.H. Schreiner. 1987. Location of Ostrinia furnacalis         (Lepidoptera:pyralidae) egg and Larvae on Sweet Corn in Relation to Plant Growth stage. J. Econ. Entomol. 80(2): 411-416 p
  Nonci, N dan D. Baco.1987. pengaruh Waktu Infestasi dan Jumlah larva Ostrinia furnacalis Guenee Terhadap Kerusakan pada Tanaman Jagung.    Agrikam. Buletin Penelitian Pertanian Maros 2(2): 49-59
Pechenik, Jan A. 2005. Biologi of Invertebrates. Fifth edition. New York : MC            Graw HillCompanies, Inc
Prayugo, Yusmani dan Suharsono.2005. Optimali sasi Pengendalian Hama            Penghisap Polong Kedelai (Riptortus lineris) dengan Cendawan             Entomopatogen Varticillium lecanii. Jurnal Litbang Pertanian 24 (4),             2005. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian,         Malang.


aftimar

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Manual Categories